Cara Menanam Kumis Kucing

KUMIS KUCING
( Orthosiphon spp. )
Kumis kucing
1. SEJARAH SINGKAT
Kumis kucing merupakan tanaman obat berupa tumbuhan berbatang basah yang tegak. Tanaman ini dikenal dengan berbagai istilah seperti: kidney tea plants / java tea (Inggris), giri-giri marah (Sumatera), remujung (Jawa Tengah dan Jawa Timur) dan songot koneng (Madura). Tanaman Kumis kucing berasal dari wilayah Afrika tropis, kemudian menyebar ke wilayah Asia dan Australia. Nama daerah: Kumis kucing (Melayu – Sumatra), kumis kucing (Sunda), remujung (Jawa), se-salaseyan, songkot koceng (Madura).
2. URAIAN TANAMAN
2.1 Klasifikasi
  • Divisi : Spermatophyta
  • Sub divisi : Angiospermae
  • Kelas : Dicotyledonae
  • Keluarga : Lamiaceae
  • Genus : Orthosiphon
  • Spesies : Orthosiphon spp.
.2.2 Deskripsi
Tanaman terna yang tumbuh tegak, pada buku-bukunya berakar tetapi tidak tampak nyata, tinggi tanaman sampai 2m. Batang bersegi empat agak beralur. Helai daun berbentuk bundar telur lonjong, lanset, lancip atau tumpul pada bagian ujungnya, ukuran daun panjang 1 – 10cm dan lebarnya 7.5mm – 1.5cm, urat daun sepanjang pinggir berbulu tipis atau gundul, dimana kedua permukaan berbintik-bintik karena adanya kelenjar yang jumlahnya sangat banyak, panjang tangkai daun 7 – 29cm. Kelopak bunga berkelenjar, urat dan pangkal berbulu pendek dan jarang sedangkan di bagian yang paling atas gundul. Bunga bibir, mahkota berwarna ungu pucat atau putih, dengan ukuran panjang 13 – 27mm, di bagian atas ditutupi oleh bulu pendek yang berwarna ungu atau putih, panjang tabung 10 – 18mm, panjang bibir 4.5 – 10mm, helai bunga tumpul, bundar. Benang sari ukurannya lebih panjang dari tabung bunga dan melebihi bibir bunga bagian atas. Buah geluk berwarna coklat gelap, panjang 1.75 – 2mm.
2.3 Jenis Tanaman
Spesies kumis kucing yang terdapat di Pulau Jawa adalah O. aristatus, O. thymiflorus, O. petiolaris dan O. tementosus var. glabratus. Klon kumis kucing yang ditanam di Indonesia adalah Klon berbunga putih dan ungu.
3. MANFAAT TANAMAN
Daun kumis kucing basah maupun kering digunakan sebagai bahan obat-obatan. Di Indonesia daun yang kering dipakai (simplisia) sebagai obat yang memperlancar pengeluaran air kemih (diuretik) sedangkan di India untuk mengobati rematik. Masyarakat menggunakan kumis kucing sebagai obat tradisional sebagai upaya penyembuhan batuk encok, masuk angin dan sembelit. Disamping itu daun tanaman ini juga bermanfaat untu pengobatan radang ginjal, batu ginjal, kencing manis, albuminuria, dan penyakit syphilis.
4. SENTRA PENANAMAN
Hingga saat ini, sentra penanaman kumis kucing banyak terdapat di Pulau Jawa. Baik di dataran rendah maupun dataran tinggi.
5. SYARAT PERTUMBUHAN
  1. Iklim.
    1. Curah hujan yang ideal bagi pertumbuhan tanaman ini adalah lebih dari 3.000 mm/tahun.
    2. Dengan sinar matahari penuh tanpa ternaungi. Naungan akan menurunkan kadar ekstrak daun.
    3. Keadaan suhu udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini adalah panas sampai sedang.
  2. Media Tanam
    1. Tanaman ini dapat dengan mudah tumbuh di lahan-lahan pertanian, untuk produksi sebaiknya dipilih tanah yang gembur, subur, banyak mengandung humus/bahan organik dengan tata air dan udara yang baik.
    2. Tanah Andosol dan Latosol sangat baik untuk budidaya kumis kucing.
  3. Ketinggian Tempat : Ketinggian tempat optimum tanaman kumis kucing 500 - 1.200 m dpl.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
  1. Penyiapan Bibit : Cara yang paling mudah dan biasa untuk mengembangkan kumis kucing adalah perbanyakan vegetatif dengan stek batang/cabang. Bahan tanaman diambil dari rumpun yang tumbuhnya normal, subur dan sehat.
    1. Pilih batang/cabang yang tidak terlalu tua atau muda dan sudah berkayu.
    2. Potong batang dengan pisau tajam/gunting pangkas yang bersih.
    3. Potong-potong batang menjadi stek berukuran 15–20 cm berbuku 2-3.
    4. Buang sebagian daun untuk mengurangi penguapan air.
    • Adapun kebutuhan bibit untuk 1 hektar dengan jarak tanam 40 x 40 cm diperlukan 50.000-62.500 stek/ha.
  2. Teknik Penyemaian Bibit : Stek dapat langsung ditanam di kebun produksi atau ditanam dulu di persemaian. Di dalam persemaian stek ditanam dengan jarak tanam 10x10 cm. Stek yang masih segar langsung ditanam di lahan yang telah diolah sedalam 20 cm. Setelah itu disirami 1-2 kali sehari tergantung dari cuaca dan hujan yang turun. Bila perlu persemaian dinaungi dengan naungan plastik transparan atau jerami/daun kering. Setelah timbul tunas baru, bibit
    dipindahkan ke kebun produksi..
6.2. Pengolahan Media Tanam
  1. Persiapan : Tanah diolah 30-40 cm, gulma dan tanaman lain dibuang. Setelah diolah, tanah dibiarkan 15 hari.
  2. Pembentukan Bedengan : Pembuatan bedengan dilakukan setelah pengolahan tanah yang kedua yaitu dengan menghancurkan bongkahan tanah pada pengolahan tanah yang pertama hingga mendapatkan struktur tanah yang remah dan gembur. Pada saat pengolahan tanah kedua ini juga dianjurkan memberikan pupuk dasar berupa pupuk kompos atau pupuk kandang sebanyak 50 – 60 ton per hektar bersamaan pada saat pembuatan bedengan. Bedengan dibuat selebar 100-120 cm tinggi 30 cm dan jarak antar bedengan 40-50 cm. Panjang bedengan disesuaikan dengan keperluan dan lahan
  3. Pemupukan (sebelum tanam) : Buat lubang tanam berukuran 30x30x30 cm dengan jarak tanam 40 x 60 cm. Masukkan pupuk kandang sebanyak 2,4-3,2 kg/lubang dan tutup lubang tanah. Campur tanah bedengan dengan 15-20 kg/ha pupuk kandang sapi.
6.3. Teknik Penanaman
  1. Penentuan Pola Tanaman : Waktu tanam terbaik adalah di awal musim hujan (Oktober-Desember) kecuali jika air tersedia sepanjang tahun, waktu tanam bisa dilaksanakan kapan saja.
  2. Pembuatan Lubang Tanam : Buat lubang tanam berukuran 30x30x30 cm dengan jarak tanam 40 x 40 cm
  3. Cara Penanaman :
    1. Pilih bibit yang baik dari pembibitan.
    2. Buat lubang kecil di tempat lubang tanam.
    3. Tanamkan bibit/stek tegak lurus sedalam 5 cm atau 1/3 bagian dari pangkal batang stek. Setiap lubang diisi 4-6 bibit/stek.
    4. Padatkan tanah di sekitar bibit.
    5. Sirami sampai cukup basah.
  4. Perioda Tanam : Penanaman tanaman ini bias dilakukan sepanjang tahun yaitu dengan membongkar tanaman tua yang telah mengeras berkayu dan tidak produktif lagi atau daunnya jarang dan kecil-kecil, kemudian menanam ulang dengan tanaman baru yang masih muda.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
  1. Penyulaman : Dilakukan antara 1-15 hari setelah tanam untuk tetap menjaga pertanaman pada jarak tanam yang telah ditentukan (40 x 40cm). Penyulaman dilakukan terutama pada tanaman yang mati atau tumbuh tidak normal dengan tanaman baru yang umurnya tidak berbeda jauh, sehingga pertumbuhan selanjutnya akan tetap sama dan seragam.
  2. Penyiangan : Gulma disiangi secara kontinyu untuk mengurangi persaingan unsur hara. Penyiangan biasanya dilakukan agak sering saat tanaman masih muda sehingga lahan di atara tanaman masih terbuka karena kanopi tanaman belum tumbuh besar. Tetapi pada tanaman dewasa periode penyiangan sudah agak jarang karena kanopi pada masing-masing tanaman akan saling menutup permukaan tanah, sehingga akan menekan pertumbuhan gulma di bawahnya.
  3. Pemupukan :
    1. Pemupukan Organik : Pemupukan secara organic dengan menggunakan pupuk kompos yang merupakan pupuk organic komplek dapat diberikan sbb: Sebagai pupuk dasar telah diuraikan di atas yang diberikan pada saat penyiapan media tanam. Selanjutnya pupuk kompos organic dapat diberikan setiap bulan sekali sebanyak 1 – 2kg setiap tanaman. Pemupukan pada tanaman dewasa bisa lebih sering yaitu setiap 2 – 3 minggu sekali sebesar 1.5 – 3kg per tanaman dan terutama diberikan setelah dilakukan pemanenan/perompesan daun sehingga pertumbuhan selanjutnya akan lebih baik.
    2. Pemupukan Konvensional : Dosis pupuk anjuran adalah 75 kg/ha urea yang diberikan setiap 3 kali panen atau 6-9 minggu sekali. Pupuk disebar di dalam larikan dangkal antara baris tanaman dan segera ditutup tanah.
  4. Pengairan dan Penyiraman : Pada awal pertumbuhan, tanaman diairi/disiram 1-2 kali sehari. Setelah tanaman terlihat kokoh dan rimbun, penyiraman dikurangi. Frekuensi penyiraman selanjutnya tergantung cuaca, yang penting tanah tidak sampai kering. Penambahan air dapat dilakukan dengan cara disiram atau menggenangi saluran di antara bedengan dengan air.
  5. Waktu Penyemprotan Pestisida : Penyemprotan pestisida dilakukan jika telah timbul gejala serangan hama penyakit..
7. HAMA DAN PENYAKIT
  1. Hama : Selama ini tidak ada hama atau penyakit yang benar-benar merusak tanaman kumis kucing. Hama yang sering ditemukan adalah kutu daun dan ulat daun.
  2. Penyakit : Penyakit yang menyerang disebabkan oleh jamur upas (Upsia salmonicolor atau Corticium salmonicolor). Jamur ini menyerang batang atau cabang tanaman yang berkayu. Pengendalian dilakukan dengan perbaikan tata air, meningkatkan kebersihan kebun, memotong bagian yang sakit, pergiliran tanaman dan penyemprotan pestisida selektif.
  3. Gulma : Gulma yang banyak tumbuh di lahan pertanaman kumis kucing cukup bervariasi dan kebanyakan dari jenis gulma kebun seperti rumput teki, lulangan, ageratum, alang-alang, dan rumput-rumput lainnya
  4. Pengendalian hama/penyakit secara organic : Sama seperti pada tanaman obat lainnya bahwa pengendalian hama/penyakit secara organic pada pertanaman kumis kucing lebih diusahakan secara PHT (pengendalian hama secara terpadu). Termasuk di dalamnya system bercocok tanam secara tumpang sari akan dapat menghambat serangan hama/penyakit. Untuk pengendalian gulma sebaiknya dilakukan secara manual dengan cara penyiangan seperti telah dijelaskan di atas. Namun demikian apabila diperlukan dapat diterapkan penyemprotan dengan insektisida maupun pestisida nabati. Beberapa tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati dan digunakan dalam pengendalian hama antara lain adalah:
    1. Tembakau (Nicotiana tabacum ) yang mengandung nikotin untuk insektisida kontak sebagai fumigan atau racun perut. Aplikasi untuk serangga kecil misalnya Aphids.
    2. Piretrum (Chrysanthemum cinerariaefolium) yang mengandung piretrin yang dapat digunakan sebagai insektisida sistemik yang menyerang urat syaraf pusat yang aplikasinya dengan semprotan. Aplikasi pada serangga seperti lalat rumah, nyamuk, kutu, hama gudang, dan lalat buah.
    3. Tuba (Derris elliptica dan Derris malaccensis) yang mengandung rotenone untuk insektisida kontak yang diformulasikan dalam bentuk hembusan dan semprotan.
    4. Neem tree atau mimba (Azadirachta indica) yang mengandung azadirachtin yang bekerjanya cukup selektif. Aplikasi racun ini terutama pada serangga penghisap seperti wereng dan serangga pengunyah seperti.hama penggulung daun (Cnaphalocrocis medinalis). Bahan ini juga efektif untuk menanggulangi serangan virus RSV, GSV dan Tungro.
    5. Bengkuang (Pachyrrhizus erosus) yang bijinya mengandung rotenoid yaitu pakhirizida yang dapat digunakan sebagai insektisida dan larvasida.
    6. Jeringau (Acorus calamus) yang rimpangnya mengandung komponen utama asaron dan biasanya digunakan untuk racun serangga dan pembasmi cendawan, serta hama gudang Callosobrocus.
8. PANEN
  1. Ciri dan Umur Panen : Tanaman berumur 1 bulan setelah tanam, tangkai bunga belum muncul dan tinggi tanaman sekitar 50 cm. Panen pertama jangan sampai terlambat karena akan mempengaruhi produksi.
  2. Cara Panen : Daun dipanen dengan cara memetik pucuk bedaun 3-5 helai kemudian merempal daun-daun tua di bawahnya sampai helai ke 10.
  3. Periode Panen : Panen dilaksanakan dalam periode 2-3 minggu sekali yaitu pada pertumbuhan optimum dari daun. Saat panen yang tepat adalah pada saat awal pertumbuhan bunga tetapi belum tumbuh bunga. Karena yang dimanfaatkan adalah daunnya maka bunga yang tumbuh sebaiknya dirompes untuk dapat memaksimalkan pertumbuhan daun pada panen berikutnya.
  4. Perkiraan Hasil Panen : Tanaman yang sehat dan terpelihara menghasilkan rimpang segar sebanyak Dengan pemeliharaan yang intensif, akan dihasilkan daun basah 6-9 ton/ha yang setara dengan 1-2 ton/ha daun kering.
9. PASCAPANEN
Setelah pemetikan, daun-daun hasil panen dikumpulkan di dalam karung dan dibawa ke tempat pengumpulan hasil. Proses pasca panen untuk mendapatkan daun kering kualitas ekspor adalah sbb:
  1. Penyortiran Basah dan Pencucian : Sortasi basah dilakukan pada bahan segar dengan cara memisahkan daun dari kotoran atau bahan asing lainnya. Setelah selesai, timbang jumlah bahan hasil penyortiran dan tempatkan dalam wadah plastik untuk pencucian..Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika air bilasannya masih terlihat kotor lakukan pembilasan sekali atau dua kali lagi. Hindari pencucian yang terlalu lama agar kualitas dan senyawa aktif yang terkandung didalam tidak larut dalam air. Pemakaian air sungai harus dihindari karena dikhawatirkan telah tercemar kotoran dan banyak mengandung bakteri / penyakit. Setelah pencucian selesai, tiriskan dalam tray/wadah yang belubang-lubang agar sisa air cucian yang tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam wadah plastik/ember.
  2. Pengeringan : Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar matahari atau alat pemanas/oven. Pengeringan daun dilakukan selama kira-kira 1 - 2 hari atau setelah kadar airnya dibawah 5%. Pengeringan dengan sinar matahari dilakukan diatas tikar atau rangka pengering, pastikan daun tidak saling menumpuk. Selama pengeringan daun harus dibolak-balik kira-kira setiap 4 jam sekali agar pengeringan merata. Lindungi daun tersebut dari air, udara yang lembab dan dari bahan-bahan yang bisa mengkontaminasi. Pengeringan didalam oven dilakukan pada suhu 50°C - 60°C. Daun yang akan dikeringkan ditaruh diatas tray oven dan alasi dengan kertas Koran dan pastikan bahwa daun tidak saling menumpuk. Setelah pengeringan, timbang jumlah daun yang dihasilkan.
  3. Penyortiran Kering : Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yang telah mengalami pengeringan dengan memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing atau kotoran-kotoran lain. Timbang jumlah bahan hasil penyortiran ini (untuk menghitung rendemennya).
  4. Pengemasan : Setelah bersih, daun yang kering dikumpulkan dalam wadah yang bersih dan kedap udara (belum pernah dipakai sebelumnya), dapat berupa kantong plastik atau karung. Berikan label yang jelas pada wadah tersebut, yang menjelaskan nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih dan metode penyimpanannya.
  5. Penyimpanan : Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak melebihi 30°C, dan gudang harus memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak bocor, terhindar dari kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas bahan yang bersangkutan, memiliki penerangan yang cukup (hindari dari sinar matahari langsung), serta bersih dan terbebas dari hama gudang.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN.
10.1 Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya kunyit seluas 1000 m2 yang dilakukan pada tahun 1999 di daerah Bogor.
  1. Biaya produksi
    1. Sewa lahan 1 musim tanam Rp. 150.000,-
    2. Bibit 6000 bh @ Rp. 100,- Rp. 600.000,-
    3. Pupuk
      • Pupuk kandang 4.000 kg @ Rp. 150,- Rp. 600.000,-
      • Pupuk buatan: Urea 25 kg @ Rp. 1.100,- Rp. 27.500,-
    4. Pestisida Rp. 100.000,-
    5. Alat Rp. 60.000,-
    6. Tenaga kerja Rp. 200.000,-
    7. Panen dan pasca panen Rp. 100.000,-
    8. Lain-lain Rp. 100.000,-
    • Jumlah biaya produksi Rp.1.937.500,-
  2. Pendapatan 700 kg @ Rp. 3.500,- Rp.2.450.000,-
  3. Keuntungan Rp. 512.500,-
  4. Parameter kelayakan usaha : a. Rasio output/input = 1,265
10.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Semakin tingginya minat masyarakat Indonesia dan dunia terhadap pemakaian obat bahan alam memberikan peluang pada kita untuk membudidayakan kumis kucing untuk kepentingan lokal atau ekspor. Ekspor kumis kucing dari Indonesia telah dimulai pada awal tahun 30-an sebanyak 23.296-47.414 ton. Pada tahun 1987 ekspor meningkat sampai 8.791.468 ton dengan tujuan negara di Eropa Barat, Amerika dan Singapura. Dengan adanya peningkatan perminataan dunia akan bahan kering tanaman obat, agribisnis kumis kucing agaknya perlu didukung terutama dukungan teknik penanaman dan pasca panen untuk meningkatkan produksi dan kualitas hasil.
11. STANDAR PRODUKSI
  1. Ruang Lingkup : Standar produksi meliputi: jenis dan standar mutu, cara pengambilan contoh dan syarat pengemasan.
  2. Deskripsi : …
  3. Klasifikasi dan Standar Mutu : -----.
  4. Pengambilan Contoh : Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang telah berpengalaman atau dilatih terlebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan suatu badan hukum.
  5. Pengemasan : Daun kering dimasukan ke dalam kotak kayu persegi empat dan dipadatkan. Pemadatan dilakukan dengan alat pemadat dengan panjang dan lebar sedemikian rupa sehingga alat bisa tepat masuk ke dalam kotak. Setelah pemadatan berat daun kering di dalam kemasan adalah 20-40 kg tergantung dari ukuran kotak dan permintaan pasar. Dibagian luar dari tiap kemasan ditulis, dengan bahan yang tidak luntur, jelas terbaca antara lain:
    • Produk asal Indonesia
    • Nama/kode perusahaan/eksportir
    • Nama barang
    • Negara tujuan
    • Berat kotor
    • Berat bersih
    • Nama pembeli
12. DAFTAR PUSTAKA
  1. Rahmat Rukmana, Ir. Kumis Kucing. Penerbit Kanisius. Yogyakarta,
  2. Anonimous. 1994. Hasil Penelitian Dalam Rangka Pemanfaatan Pestisida Nabati. Prosiding Seminar di Bogor 1 – 2 Desember 1993. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor. 311 Hal.
  3. Anonimous. 1989. Vademekum Bahan Obat Alam. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 411 Hal
Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS

Cara Menanam Kubis atau Kol

Kol atau kubis merupakan tanaman sayur famili Brassicaceae berupa tumbuhan berbatang lunak yang dikenal sejak jaman purbakala (2500-2000 SM) dan merupakan tanaman yang dipuja dan dimuliakan masyarakat Yunani Kuno.

Mulanya kol merupakan tanaman pengganggu (gulma) yang tumbuh liar disepanjang pantai laut Tengah, di karang-karang pantai Inggris, Denmark dan pantai Barat Prancis sebelah Utara. Kol mulai ditanam di kebun-kebun Eropa kira-kira abad ke 9 dan dibawa ke Amerika oleh emigran Eropa serta ke Indonesia abad ke 16 atau 17. Pada awalnya kol ditanam untuk diambil bijinya.

Kubis, kol, kobis, atau kobis bulat adalah nama yang diberikan untuk tumbuhan sayuran daun yang populer. Tumbuhan dengan nama ilmiah Brassica oleracea L. Kelompok Capitata ini dimanfaatkan daunnya untuk dimakan. Daun ini tersusun sangat rapat membentuk bulatan atau bulatan pipih, yang disebut krop, kop atau kepala (capitata berarti "berkepala"). Kubis berasal dari Eropa Selatan dan Eropa Barat dan, walaupun tidak ada bukti tertulis atau peninggalan arkeologi yang kuat, dianggap sebagai hasil pemuliaan terhadap kubis liar B. oleracea var. sylvestris.

Nama "kubis" diambil dari bahasa Perancis, chou cabus (harafiah berarti "kubis kepala"), yang diperkenalkan oleh sebagian orang Eropa yang tinggal

Pertumbuhan

Kubis memiliki ciri khas membentuk krop. Pertumbuhan awal ditandai dengan pembentukan daun secara normal. Namun semakin dewasa daun-daunnya mulai melengkung ke atas hingga akhirnya tumbuh sangat rapat. Pada kondisi ini petani biasanya menutup krop dengan daun-daun di bawahnya supaya warna krop makin pucat. Apabila ukuran krop telah mencukupi maka siap kubis siap dipanen. Dalam budidaya, kubis adalah komoditi semusim. Secara biologi, tumbuhan ini adalah dwimusim (biennial) dan memerlukan vernalisasi untuk pembungaan. Apabila tidak mendapat suhu dingin, tumbuhan ini akan terus tumbuh tanpa berbunga. Setelah berbunga, tumbuhan mati.



Macam-macam kubis

Warna sayuran ini yang umum adalah hijau sangat pucat sehingga disebut forma alba ("putih"). Namun demikian terdapat pula kubis dengan warna hijau (forma viridis) dan ungu kemerahan (forma rubra). Dari bentuk kropnya dikenal ada dua macam kubis: kol bulat dan kol gepeng (bulat agak pipih). Perdagangan komoditi kubis di Indonesia membedakan dua bentuk ini.

Terdapat jenis agak khas dari kubis, yang dikenal sebagai Kelompok Sabauda, yang dalam perdagangan dikenal sebagai kubis Savoy. Kelompok ini juga dapat dimasukkan dalam Capitata.

Kandungan gizi dan manfaat

Kubis segar mengandung banyak vitamin (A, beberapa B, C, dan E). Kandungan Vitamin C cukup tinggi untuk mencegah skorbut (sariawan akut). vitamin A 200 IU, B 20 IU dan C 120 IU mgr. Vitamin-vitamin ini sangat berperan dalam memenuhi kebutuhan manusia. Mineral yang banyak dikandung adalah kalium, kalsium, fosfor, natrium, dan besi. Kubis segar juga mengandung sejumlah senyawa yang merangsang pembentukan glutation, zat yang diperlukan untuk menonaktifkan zat beracun dalam tubuh manusia.

Antigizi
Sebagaimana suku kubis-kubisan lain, kubis mengandung sejumlah senyawa yang dapat merangsang pembentukan gas dalam lambung sehingga menimbulkan rasa kembung (zat-zat goiterogen). Daun kubis juga mengandung kelompok glukosinolat yang menyebabkan rasa agak pahit.

Sentra Penanaman Di Indonesia
Kol banyak ditanam di dataran tinggi dengan sentra terdapat di Dieng, Wonosobo, Tawangmangu, Kopeng, Salatiga, Bobot Sari, Purbalingga, Malang, Brastagi, Argalingga, Tosari, Cipanas, Lembang, Garut, Pengalengan dan beberapa daerah lain di Bali, Timor Timur, Nusa Tenggara Timur dan Irian Jaya, tetapi beberapa varietas dapat ditanam di dataran rendah.

Berdasarkan klasifikasinya, kol/kubis termasuk dalam:a) Divisi : Spermatophyta
b) Sub Divisi : Angiospermae
c) Klas : Dicotyledonae
d) Famili : Cruciferae
e) Genus : Brassica
f) Spesies : Brassica oleracea




JENIS TANAMAN KUBIS

JENIS-JENIS KUBIS

1. Kubis Krop (Brassica oleracea L. var. cagitata L)
Daunnya membentuk krop (telur) dan berwarna putih sehingga sering disebut kubis telur atau kubis putih.

2. Kubis Kailan (Brassica oleracea L. Var. gennipera D.C)
Daunnya tidak membentuk krop dan berwarna hijau.

3. Kubis Tunas (Brassica oleracea L. var. gennipera D.C)
Tunas samping dapat membentuk krop, sehingga dalam satu tanaman terdapat beberapa krop kecil.

4. Kubis Bunga (Brassica oleracea L. var. bathytis L)
Jenis ini bakal bunganya mengembang, merupakan telur yang berbentuk kerucut dan berwarna putih kekuning-kuningan yang bunganya berwarna hijau.

Dari klasifikasi ini turunlah varietas-varietas tanaman kol yang dibudidayakan, berikut ini merupakan kol varietas unggul:

A. Kubis putih (B.o. var. capitata L. f.alba DC.)
1. Kubis kepala bulat: krop bulat dan kompak, ukuran daun kecil sampai sedang, mempunyai daun luar berwarna hijau muda, memiliki teras atau hati kecil dan mempunyai batang pendek. Beberapa varietas unggul kubis putih kepala bulat:
- Globe Master: umur panen 75 hari, produksi 2-2,5 kg/tanaman
- Emerald Cross Hybrid: umur panen 45 hari, produksi 1,2 kg/tanaman
- Copenhagen Market: umur panen 72 hari, produksi 1,8-2 kg/tanaman
- K-K Cros: umur panen 58 hari, produksi 1,6 kg/tanaman
- Green Cup: umur panen 73 hari, produksi 1,5 kg/tanaman
- Ecarliana: umur panen 60 hari, produksi 1 kg/tanaman

2. Kubis kepala bulat runcing: Krop kubis berbentuk bulat dengan ujung bagian atas meruncing sehingga nampak berbentuk elips. Contoh varietas komersial:
- Early Jersey Wakefield: umur panen 63 hari, produksi 1 kg/tanaman
- Green point: umur panen 50 hari, produksi 1 kg/tanaman

3. Kubis kepala bulat datar: Krop kubis berbentuk bulat, bagian atasnya mendatar dan nampak gepeng (baca "kol gepeng", krop kurang kompak dan berongga, ukuran sedang sampai besar dan memiliki daun luar yang melengkung ke arah dalam menutupi kepala. Beberapa jenis komersial adalah:
- Premium Flat Dutch: umur panen 100 hari, produksi 4,5 kg/tanaman.
- Early Flat Dutch: umur panen 83 hari, produksi 2,4-2,7 kg/tanaman.
- O-S Cross: umur panen 80 hari, produksi 2 kg/tanaman.
- Surehead: umur panen 93 hari, produksi 3-4,5 kg/tanaman.
- Kubis 632 Spring Light: umur panen 65 hari, produksi 1,8 kg/tanaman.
- Kubis 633 Summer Autumn: umur panen 60 hari, produksi 2 kg/tanaman.
- Kubis 634 Good Season: umur panen 45 hari, produksi 1,8 kg/tanaman.
- Kubis 635 Summer Summit: umur panen 50 hari, produksi 2 kg/tanaman.
- Kubis 636 Tropical Delight: umur panen 50-55 hari, produksi 2 kg/tanaman.
- Kubis 637 Summit: umur panen 50 hari, produksi 1,5 kg/tanaman.

B. Kubis merah (B.o. var. capitata L. f. rubra.)
Krop berbentuk bulat kompak berwarna merah keunguan dan permukaan luar daun tertutup lapisan. Beberapa varietas yang mempunyai nilai ekonomi:
- Ruby perfection: warna krop merah cerah, umur panen 80 hari, produksi 1,6 kg/tanaman.
- Mammoth Red Rock: warna krop merah tua keunguan dan keras, umur panen 100 hari, produksi 3,4 kg/tanaman.
- Rubby ball: warna krop merah tua, umur panen 65 hari, produksi 1,5 kg/tanaman.
- Res Acre: warna krop merah tua, umur panen 76 hari, produksi 1,8 kg/tanaman.

C. Kubis Savoy (B.o. var. sabauda L.)
Ciri-ciri memiliki daun keriting berbentuk babad/perut daging sapi, berwarna hijau, krop berbentuk bermacam-macam, bulat dan kerucut. Kubis ini biasa disebut kubis keriting/kubis babat. Contoh beberapa varietas komersial:
- Perfection Drumhead: umur panen 90 hari, produksi 2,7-3,2 kg/tanaman.
- Vorbote: produksi 1-2 kg/tanaman.
- Savoy King Hybrid: umur panen 80 hari, produksi 1,8 kg/tanaman.
- Savoy Ace: umur panen 80 hari, produksi 1,6 kg/tanaman.
- Langedijk Early Yellow: produksi 1,5-2 kg/tanaman.
- Langedijk Storage Yellow: produksi 2-3 kg/tanaman.

Selain jenis kubis diatas masih terdapat jenis lain yang cukup komersial yaitu kubis brussel (B.o. var. gemmivera DC.).

FASE TANAM
1. Jarak tanam
Jarak tanam jarang 70 x 50 cm atau jarak tanam rapat 60 x 50 cm

2. Bibit
Bibit yang telah berumur 3 - 4 minggu memiliki 4 - 5 daun siap ditanam

3. Pemupukan
Pupuk dasar diberikan sehari sebelum tanam dengan dosis 250 kg/ha TSP, 50 kg/ha Urea, 175 kg/ha ZA dan 100 kg/ha KCl.
Pupuk dasar dicampur secara merata lalu diberikan pada lubang tanam yang telah diberi pupuk kandang, kemudian ditutup kembali dengan tanah.

4. Cara tanam
- Buat lubang tanam dengan tugal sesuai jarak tanam
- Pilih bibit yang segar dan sehat
- Tanam bibit pada lubang tanam
- Bila bibit disemai pada bumbung daun pisang langsung ditanam bersama bumbungnya
- Bila bibit disemai pada polybag plastik, keuarkan bibit dari polibag lalu baru ditanam
- Bila disemai dalam bedengan ambil bibit beserta tanahnya sekitar 2-3 cm dari batang sedalam 5 cm dengan solet (sistem putaran)
- Setelah ditanam, siram bibit dengan air sampai basah
- Kubis dapat ditumpangsarikan dengan tomat dengan cara tanam : 2 baris kubis 1 baris tomat. Tomat ditanam 3 atau 4 minggu sebelum kubis

FASE PRA PEMBENTUKAN KROP (0 - 49 HARI )
- Penyiraman dilakukan tiap hari pada pagi atau sore hari
- Pemupukan susulan dilakukan pada umur 28 hari dengan dosis 50 kg/ha Urea, 175 kg/ha ZA dan 100 kg/ha KCl
- Penyiangan (penggemburan dan pembubunan tanah) dilakukan pada umur 2 dan 4 minggu
- Perempelan cabang atau tunas-tunas samping dilakukan seawal mungkin supaya pembentukan bunga optimal
- Hama yang menyerang pada fase ini antara lain Ulat tanah (Agrotis ipsilon Hufn.),Ulat daun kubis (Plutella xylostella L.), Ulat krop kubis (Crocidolomia binotalis Zell.), Ulat krop bergaris (Hellula undalis F.)
- Lakukan pengamatan tiap minggu sekali terhadap hama-hama tersebut mulai kubis umur 13 hari. Populasi tertinggi terjadi pada awal musim kemarau
- Cara pengendalian; kumpulkan dan musnah secara mekanik, sanitasi lingkungan.
- Tanaman muda yang mati karena penyakit rebah kecambah (Rhizoctonia solani Kuhn.) dicabut, kemudian disulam dengan tanaman baru yang sehat.



HAMA DAN PENYAKIT

Pengendalian Hama dan Penyakit

Kegiatan pengendalian hama dan penyakit merupakan faktor terpenting dalam budidaya kubis ramah lingkungan. Hal ini disebabkan tujuan kegiatan ini adalah menghemat penggunaan pestisida dengan bertumpu pada konsep pengendalian hama terpadu (PHT). Adapun cara pengendalian beberapa hama dan penyakit kubis dengan konsep PHT dapat dilakukan sebagai berikut :

Untuk pengendalian hama ulat krop kubis yang disebabkan (Crocidolomia binotalis Zell) dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan (memusnahkan) telur, larva atau imago yang ditemukan. Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan bila ditemukan 3 paket telur pada 10 tanaman dan 5 % tanaman terserang hama tersebut. Pengendalian kimia cara tersebut dapat menghemat/menekan penggunaan pestisida 7 – 11 kali penyemprotan. Pemilihan bahan aktif insektisida dilakukan dengan selektif dan yang efektif diantaranya Bacillus thuringiensis (Turex, Thuricide), sipermetrin (Cymbush), Klorfluazuron (Atabron), lufenuron (Match), Lamda sihalotrin (Matador), Protiofos (Tokuthion) dan lain-lain. Selain itu dapat juga digunakan pestisida nabati atau biologi dengan dosis anjuran adalah : Bacillus thurigiensis, biji sirsak atau dengan menggunakan biji nimba 30 gr/liter.

Untuk pengendalian hama ulat kubis Plutella xytostella dapat dilakukan dengan cara mekanis dan kimia. Cara mekanis yaitu dengan memusnahkan dan mengumpulkan semua larva imago yang ditemukan, sedangkan cara kimiawi dilakukan dengan penggunaan pestisida selektif bila ditemukan 5 larva setiap 10 tanaman dan 5% dari jumlah tanaman telah terserang hama tersebut. Dengan melakukan pengamatan, maka akan menghemat penggunaan pestisida 7 – 11 kali penyemprotan dengan dosis 0,5 – 1cc/liter tiap penyemprotan. Hama ulat kubis ( Plutella maculipennis), dikendalikan dengan Diazinon atau Bayrusil 1 -2 cc/1 air dengan frekwensi penyemprotan 1 minggu. Sedangkan ulat kubis (Crocidolonia binotalis) dikendalikan dengan Bayrusil 13 cc/1 air.

Pengendalian penyakit bengkak akar yang disebabkan oleh jamur Plasmodiophora brassicae yang ditandai daun-daun kubis layu, bila tanaman tersebut dicabut pada akarnya akan terlihat ada pembengkakkan. Untuk mengendalikannya dapat dilakukan antara lain sebagai berikut :
(1) penggunaan varietas tahan P. brassicae seperti 72754, G6-voloqod shajas, Zimjaja dan Winter.,
(2) perlakuan benih dengan pestisida nabati berupa ekstrak daun/umbi bawang putih (8%) selama 2 jam,
(3) tanah untuk persemaian menggunakan tanah dari luar daerah endemis atau tanah lapisan bawah (min. 40 cm) yang dikukus atau diberi fungisida,
(4) melakukan pengapuran dengan dolomit 2 ton/hektar dilakukan 15 hari sebelum tanam, (5) tanah diinokulasi dengan Gliogladium (Bio GL) dosis 11 cc/liter atau Glio kompos 1 kg/4 meter2 sehari sebelum tanam atau Dazomet 30-40 gram/m2 (200-267 gram/ha) 2 minggu sebelum tanam,
(6) mencabut tanaman muda yang terserang dan memusnahkannya kemudian
(7) memusnahkan segera sisa panen .

Pengendalian penyakit bercak daun Altenaria dapat dilakukan dengan merendam benih dalam air panas (50oC) selama 15 menit, penggunaan jarak tanam yang agak lebar agar sirkulasi tanaman tidak terganggu, dan terakhir adalah penggunaan fungisida bila tanaman belum membentuk krop dan serangan lebih dari 10%. Dalam pengendalian hama dan penyakit kubis dengan pestisida harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
(1) melakukan penyemprotan setelah ambang kendali untuk masing-masing hama atau penyakit terlewati,
(2) pemilihan pestisida yang tepat dan efektif,
(3) tidak menggunakan oplosan dari beberapa bahan aktif pestisida yang berbeda,
(4) Melakukan penyemprotan secara bergantian agar hama dan penyakit tidak kebal,
(5) tidak mengurangi atau menambah takaran dari dosis yang dianjurkan,
(6) waktu dan frekwensi penyemprotan dilakukan secara tepat dimana waktu penyemprotan sebaiknya pagi sekali atau sore dengan frekwensi tidak dirapatkan karena dapat meninggalkan residu pada hasil panen dan hama penyakit menjadi kebal.

Pengendalian hama dan penyakit pada kubis ... untuk lebih jelasnya klik disini

FASE PEMBENTUKAN CROP ( 50 - 90 HARI )
- Penyiangan secara manual dengan tangan perlu dilakukan sampai kira-kira satu minggu sebelum panen
- Lakukan pengamatan lebih intensif terhadap hama yang merusak berat pada fase ini yaitu; Ulat Daun Kubis (P. xylostella) dan Ulat krop kubis (C. binotalis), biasanya Pebruari Maret
- Serangan hama menjelang panen tidak perlu dikendalikan (secara kimia)

PANEN DAN PASCA PANEN
Tanaman kubis dapat dipetik kropnya setelah besar, padat dan umur berkisar antara 3 - 4 bulan setelah penyebaran benih. Hasil yang didapat rata-rata untuk kubis telur 20 - 60 ton/ha dan kubis bunga 10 -15 ton/ha. Pemungutan hasil jangan sampai terlambat, karena kropnya akan pecah (retak), kadang-kadang akan menjadi busuk. Sedangkan untuk kubis bunga, jika terlambat bunganya akan pecah dan keluar tangkai bunga, hingga mutunya menjadi rendah

- Kubis dipanen setelah berumur 81- 105 hari
- Ciri-ciri kubis siap panen bila tepi daun krop terluar pada bagian atas krop sudah melengkung ke luar dan berwarna agak ungu, krop bagian dalam sudah padat.
- Pada saat panen diikursertakan dua helai daun hijau untuk melindungi krop
- Jangan sampai terjadi memar atau luka
- Amati penyakit Busuk Lunak (Erwinia carotovora) dan Busuk Hitam (Xanthomonas camprestris)
- Daun-daun kubis yang terinfeksi harus dibuang.



Peningkatan Mutu Hasil

Untuk memperoleh krop kubis yang baik, maka kubis harus dipanen tepat waktu. Kepadatan dan kekompakan digunakan sebagai penetapan saat panen. Biasanya kubis dipanen setelah umur 81-105 hari di pertanaman dan tergantung pada varietas yang ditanam. Panen yang terhambat akan menyebabkan krop pecah. Untuk penyemprotan sebaiknya tidak dilakukan lagi 2 minggu sebelum dipanen.

Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma kubis dapat dilakukan saat tanaman mulai ditumbuhi gulma. Gulma yang ada dicabut sampai akarnya. Pada tanah yang jumlah gulmanya banyak dapat dilakukan dengan pemberian herbisida sebelum tanam. Adapun herbisida yang dapat digunakan antara lain yang berbahan aktif glifosat, parakuat diklorida, oksifluorfen dan lain-lain.


sumber : http://caracara-penanaman.blogspot.com

Cara Menanam Kurma

Langkah Pertama Menyemaikan biji kurma dengan cara
Bahan:
1.     Beberapa biji kurma segar yang dagingnya udah dimakan sampai bersih (yang eke pake kurma ‘Deglet Nour’)
2.    Gelas

3.    Air bersih
4.    Kapas
5.    Toples
6.    Pisau/pinset
7.    Pot-pot kecil (atau eke pake bekas gelas plastic jus yang bawahnya dilubangi utk drainase air)
8.    Media tanam (berupa campuran tanah+kompos+pasir+sekam yang bisa dibeli di penjual tanaman hias, ± IDR 6,000/karung.)
Langkah:

1.     Siapkan biji kurma yang telah dimakan daging buahnya sampai bersih. Siapkan lebih dari 3 biji ya, untuk jaga-jaga biji mana saja yang akan jadi jantan dan betina.
2.    Rendam biji2 tsb ke dalam gelas yang telah diisi air bersih selama 2 hari.
3.    Selama masa perendaman, cek keadaan air rendaman dan biji yang direndam. Jika air rendaman menjadi kecoklatan, maka ganti airnya. Jika kulit ari atau sisa2 daging buah dari biji tsb melunak dan mengelupas, maka buang kulit ari atau sisa2 daging buah tsb menggunakan ujung pisau/pinset. Perlu diperhatikan: biji yang akan disemai harus bersih dari kulit ari dan sisa-sisa daging buah agar saat penyemaian tidak ditumbuhi jamur.
4.   Siapkan toples, lapisi dasar toples menggunakan kapas bersih setebal 1 lapisan saja. Beri air pada lapisan kapas tersebut sampai lembab dan tidak perlu sampai menggenang.
5.    Letakkan biji-biji tersebut di atas lapisan kapas.

6.   Tutup toples dengan rapat, letakkan toples di tempat-tempat yang hangat dan terlindung dari cahaya matahari seperti: di dalam lemari, di dekat pemanas air, dsb. Perlu diperhatikan:dalam proses penyemaian dibutuhkan kondisi yang hangat dan lembab. Kira2 butuh T sekitar 30oC.
7.    Sesekali cek keadaan biji dan kapas di dalam toples. Bisa 3 atau 4 hari sekali. Jika kapas kering, maka berilah beberapa sendok makan air. Jika kapas menjadi kecoklatan dan ditumbuhi jamur, maka gantilah dgn yang baru. Jika biji ditumbuhi jamur, maka bersihkan permukaan biji dari jamur yang mengganggu dgn ujung pisau/pinset.
8.    Kira-kira dalam waktu 1 minggu di dalam toples, biji akan menampakkan bintik kecambah mungil tepat di tanda lingkaran yang ada di permukaan biji. Maka, biarkan biji tetap berkecambah di dalam toples yang hangat dan lembab.
9.    Saat kecambah mulai panjang ± 2 cm dalam waktu 1.5-2 minggu maka iniliah saatnya memindahkan biji ke dalam media tanam.

Kecambah yang telah berumur 1.5 minggu
10.  Siapkan pot yang telah diisi media tanam sampai dengan ketinggian ¾ pot. Siram media tanam tersebut sampai lembab (jangan ada genangan).
11.  Kubur biji yang berkecambah secara perlahan-lahan dengan kedalaman ± 1 cm. Sirami biji dengan beberapa sendok air tiap 2 hari sekali untuk menjaga tanah tetap lembab.
12.  Tunggu sampai muncul bakal daun. Tetap sirami tanaman tiap 2 hari sekali.
!13.  Biarkan tanaman tetap tumbuh di dalam pot kecil dan pindahkan ke pot/halaman jika tanaman tumbuh lebih besar lagi.



Tumbuh bakal daun setelah berumur 1.5 bulan

Bagi eke yang kesepian ini, mengamati pertumbuhan biji kurma ini sangat menyenangkan dan menghibur. Meskipun si doi diam saja dan tidak bergeming, tapi eke yakin si doi senang dgn kehidupannya yang baru dan tau kalo dia dirawat *lebay dikit gpp. Info aja, sampai saat ini kecambah kurma eke sampai dalam tahap muncul bakal daun kira2 setinggi 4 cm. Biji yang dikubur pun ikut menyembul di permukaan tanah. Harapan eke semoga tanaman ini kelak jadi tanaman yg berguna. Setidaknya kalo tidak bisa berbuah, bisa digunakan sebagai tanaman dekorasi utk tema mediterania.

atau dengan cara:

  1. Hal pertama yang harus anda lakukan adalah dengan mencari bibit kurma di toko yang menyediakannya. Atau mungkin juga bisa membeli kurma yang biasa anda makan. Biji dari kurma yang anda beli inilah yang nantinya akan anda tanam.
  2. Langkah kedua adalah dengan melakukan perendaman biji kurma. Hal ini anda lakukan 2 x 24jam. Pertama anda rendam biji kurma yang telah anda siapkan selama kurang lebih 24 jam, lalu bersihkan dari daging kurma yang masih menempel pada biji. Setelah itu lakukan perendaman serupa hingga 24 jam agar biji kurma benar-benar bersih dan siap untuk anda tanam.
  3. Setelah melakukan proses perendaman maka selanjutnya yang perlu anda lakukan adalah menyimpannya dalam wadah yang memiliki kelembaban yang cukup semisal kotak makan ataupun wadah yang lainnya yang tertutup. Selain itu jangan lupa anda menambahkan tisu basah pada bagian bawah wadah agar kelembaban udara di dalam wadah tetap terjaga.
  4. 2 minggu kemudian biji kurma tersebut akan muncul bintik putih. Dan ini merupakan tanda bahwa itulah yang nantinya menjadi bakal akar dari kurma anda.
  5. Ketika ukurannya telah semakin besar kira-kira 1 hingga 2 cm, anda pindahkan ke wadah lain semisal polybag atau pot kecil yang telah anda beri media tanam yang pas.
  6. Biji kurma anda pun akan memunculkan daun, nah ketika daun ini telah mencapai ketinggian lebih dari 1/2m, bibit kurma pun siap untuk anda pindahkan ke pekarangan anda.

Supaya Lengkeng Lebat Bebuah

Pertanyaan atau masalah seputar buah lengkeng
  1. Saat tanaman berbunga, jumlah bunga sangat banyak tapi yang menjadi buah relatif sedikit karena bunga rontok. Apa penyebab bunga rontok?
  2. Bagaimana cara mengatasi bunga rontok dan melebatkan buah?
  3. Apakah lokasi penanaman (lahan atau dalam pot) menyebabkan kerontokan bunga? Jika ya, bagaimana sebaiknya perawatan di masing-masing media tanam?
  4. Apakah ada lengkeng jenis tertentu yang bunganya memang mudah rontok?
Miswan
Tangerang, Banten


Dijawab oleh Ahli: Bpk. Sobir, PhD

  1. Rontok bunga diduga terjadi karena tidak adanya serangga penyerbuk. Faktor lain, tanaman kekurangan air atau suhu udara terlalu tinggi lebih dari 300C. Sementara jika kerontokan terjadi pada saat bunga sudah mengalami penyerbukan dan berubah menjadi pentil buah biasanya disebabkan penyakit antraknosa.
  2. Rontok bunga dapat dicegah antara lain dengan memenuhi kebutuhan air untuk tanaman. Sementara rontok pentil buah akibat penyakit antraknosa dapat diatasi dengan menyemprotkan fungisida sesuai dosis. Untuk memacu keluarnya bunga yang nantinya menjadi buah secara serempak antara lain dapat dilakukan dengan stres air. Syaratnya kondisi tanaman harus sehat. Hentikan penyiraman hingga daun terlihat layu. Lalu segera siram kembali seperti rutinitas semula. Ulangi perlakuan 2-3 kali.
  3. Tidak. Untuk mencegah bunga rontok siram tanaman dua hari sekali sesuaikapasitas lapang. Berikan pupuk NPK dengan dosis 10-25 g per m2 luas tajuk tanaman setiap bulan.
  4. Tidak ada. Hanya saja ada dua tipe lengkeng yaitu lokal yang berumah dua dan nonlokal yang berumah satu. Bila hobiis menanam lengkeng lokal maka dibutuhkan tanaman jantan dan betina supaya bunga betina dapat terserbuki. Bunga pun urung rontok. Pada lengkeng nonlokal seperti diamond river dan pingpong yang hermaprodit, bunga bisa terbuahi sendiri walaupun hobiis hanya memiliki satu tanaman.***

    (Tambahan Bang Anas: kalo bisa pake pupuk organik, dan aktivator alami seperti bakteri fermentasi yang memicu banyak unsur NPK).

    Bang Anas Samosir
    Sumber: Majalah Trubus Desember 2012

Cara Menanam Kelengkeng

Cara Menanam Kelengkeng

Lengkeng adalah jenis tanaman keras dengan sistem perakaran cukup luas, batang kayu kuat, serta akar tunggang sangat dalam. Untuk karakter fisiknya sendiri, lengkeng memiliki pohon cukup besar dan cabangnya banyak. Sedangkan untuk daun buahnya merupakan jenis daun majemuk, dimana tiap tangkal mempunyai tiga hingga enam pasang daun. Bagian bunga lengkeng bentuknya berupa malai berwarna kuning muda dengan letak pada ujung-ujung ranting, serta berukuran cukup kecil. Untuk buahnya sendiri memiliki ukuran kecil, kira-kira sebesar kelereng dengan warna kulit cokelat cerah, tidak berbulu, mempunyai daging buah berwarna bening, rasanya manis, dan aromanya khas. Biji buah lengkeng  warnanya hitam kecokelatan.

Lengkeng bisa tumbuh dan berkembang dengan baik di daerah yang memiliki ketinggian 300-900 m dpl. Lahan yang dibutuhkan untuk Menanam lengkeng cukup yang memiliki tekstur tanah halus dengan tingkat pH 5,5 – 5,6. Sedangkan iklim yang cocok untuk menanam lengkeng yakni tipe iklim B atau basah, iklim D atau sedang, dan. tipe C atau agak basah. Tanaman lengkeng bisa tumbuh dengan baik di area yang terbuka.

Bibit lengkeng
Bibit lengkeng bisa diperoleh secara vegetatif dan generatif. Namun, biasanya lebih disarankan untuk menggunakan bibit yang berasal dari pembiakan vegetatif. Untuk pembiakan vegetatif bisa ditempuh melalui bermacam cara, diantaranya:
- Penyambungan. Pada intinya, sistem penyambungan dilakukan dengan cara menempelkan bagian tertentu tanaman yang sudah ditentukan pada bagian tertentu tanaman lainnya yang berfungsi sebagai induknya, untuk selanjutnya menjadi satu tanaman.
- Pencangkokan. Berupa pengusahaan sistem perakaran cabang tanaman dengan tidak memotong cabang dari induknya.
- Penyusunan. Metode pembiakan vegetatif melalui penyusunan dianggap lebih baik dibandingkan sistem okulasi dan cangkok, karena batang atas dan batang bawah tak harus memiliki umur sama.
Ada beberapa keuntungan yang didapatkan dari sistem pembiakan vegetatif diatas, diantaranya adalah:
- Menghasilkan tanaman dengan sifat menyerupai sifat induknya.
- Tanaman tidak terlalu tinggi, sehingga mempermudah tata laksana pemeliharaan dan pemanenan.
- Tanaman jadi cepat berbuah.



Tahapan penanaman
1) Persiapan lahan
Untuk persiapan lahan, pertama siapkan lubang tanaman yang berukuran 60 x 60 cm dengan jarak tiap-tiap lubang tanamnya 10 x 10 m, serta kedalaman 60 cm. Selanjutnya, isi lubang tanaman tersebut dengan tanah yang telah dicampur dengan kompos atau pupuk kandang. Perbandingan tanah dan kompos yang diisikan adalah 3 : 1.
2) Penanaman lengkeng
Penanaman bibit tanaman lengkeng yang asalnya dari pembiakan vegetatif sebenarnya sama seperti penanaman bibit lengkeng dari biji. Namun, lubang tanam harus dibuat lebih dalam supaya sistem perakarannya menjadi lebih luas dan tanaman tak mudah roboh.

Pemeliharaan
1) Pemupukan
Tahap pemupukan tanaman lengkeng bisa dilakukan sebanyak dua kali tiap satu tahunnya, yaitu di awal musim penghujan serta memasuki musim kemarau. Untuk pemupukannya sendiri dengan cara membenamkan pupuk pada tanah di sekeliling tanaman yang berjarak kira-kira sama lebar dengan lingkar luar bagian tajuk daun (dari batang utama). 
2) Pemangkasan
Pemangkasan merupakan kegiatan pemotongan sebagian ranting dan cabang tanaman yang bertujuan sebagai berikut:
- Untuk memperbanyak ranting atau cabang.
- Untuk memperpendek tinggi pohon, sehingga mempermudah proses pemanenan.
- Untuk meremajakan tanaman.
- Agar tamanan lekas berbuah
- Sebagai langkah pengendalian atas hama serta penyakit.

Hama dan penyakit
Biasanya tanaman lengkeng cukup tahan dari berbagai serangan hama serta penyakit. Jenis-jenis hama serta penyakit yang sering menyerang tanaman lengkeng di antaranya adalah kutu daun, akar hitam, uret, busuk buah, dan bercak daun. Langkah pengendalian hama dan penyakit selain melalui pemangkasan, bisa juga dilakukan dengan cara membungkus atau membrongsong buah dengan menggunakan pestisida dan kreneng.

Panen
Ciri-ciri buang lengkeng siap petik diantaranya adalah sebagai berikut:
- Aroma buah lengkeng sudah tercium harum
- Buahnya sudah padat dan kulitnya berwarna lebih cerah
Bila buah lengkeng sudah menunjukkan tanda-tanda tersebut, maka lengkeng bisa segera dipanen dengan memetik dari tangkainya. Untuk penanganan lengkeng paska panen sendiri cukup mudah, yakni hanya dengan mengumpulkan beberapa tangkai lengkeng terpisah menjadi satu, kemudian diikat dan lengkeng siap dipasarkan.


BACA JUGA :
TIPS SUPAYA LENGKENG LEBAT BERBUAH

Cara Mudah Menanam Kaktus

Cara Menanam Kaktus

Tanaman yang berasal dari kata caktos yang artinya tanaman berduri,  ini berasal dari negara Meksiko. tanaman tampa daun ini merupakan tumbuhan sekulen, yaitu tanaman  yang banyak mengandung air Untuk mempertahankan hidupnya di daerah yang panas dan kering. 

Kaktus salah satu tanaman yang memiliki banyak jenis, dari jenis-jenis kaktus ada terdapat hasil penyilangan spesies. Diantaranya Notocactus tubiflora cristata atau kaktus kentang, Mammillaria xantina atau disebut kaktus kendil, Gymnocalycium hanovichiivarred cap atau kaktus kepala merah, var black cap atau kepala hitam, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Yang membedakan yang satu dengan yang laiunnya adalah bentuk, warna batang dan bunganya, besar-kecilnya duri. Menurut bentuknya kaktus ada yang bulat, bulat pipih, silinder, dan ada yang seperti lonceng. Menurut warna batangnya, ada yang putih, ungu, kuning, merah muda, sampai merah tua. Durinya pun ada yang berwarna, lembut, panjang, pendek, dan yang lainnya. Karena keindahannya itu maka kaktus banyak dibudidayakan, di bawah ini cara budidaya kaktus dan cara menanamnya.



2. PEMBUDIDAYAAN  KAKTUS

a.  Sifat kaktus
Kaktus meyukai sinar matahari sesuai dengan habitatnya yang panas dan juga menyukai sirkulasi udara yang baik, sebab kaktus berdaging tebal  akan membusuk jika medianya terlalu banyak air sehingga menjadi lembap.

b. Penanaman Kaktus
1)  Bibit kaktus
Kaktus dapat diperbanyak melalui biji atau juga dapat dari anakan atau tunas dari menyemai sendiri dan dapat membeli di took-toko tanaman hias.

2)  Cara menanam kaktus
Kaktus dapat ditanam di tanah secara langsung dan juga di dalam pot.
Bila ditanam di tanah langsung, komposisi media tanahnya cukup tanah liat, humus, dan pasir.
Bila ditanam dipot, media tanam yang digunakan campuran tanah liat, pasir, dan humus dengan perbandingan 2:2:1 dan ditambah bubuk kapur, batu bata dan bubuk tulang. 

Tambahan itu untuk menghilangkan rasa asam pada tanah sebaba tanah yang kelebihan asam mengakibatkan tanaman tidak dapat tumbuh subur.
Namun, campuran tersebut tidak mutlak untuk semua jenis kaktus sebab ada tanaman yang tidak dapat tumbuh dengan baik komposisi media ini.

Kemudian masukkan biji atau tunas pada media yang sudah disiapkan. Usahakan letak tunas di tengah media, sekitar 3 tahun kaktus akan berbunga.

Cara Mengolah Karet

Tahap awal dalam pengolahan karet adalah penerimaan lateks kebun dari pohon karet yang telah disadap. Lateks pada mangkuk sadap dikumpulkan dalam suatu tempat kemudian disaring untuk memisahkan kotoran serta bagian lateks yang telah mengalami prakoagulasi. Setelah proses penerimaan selesai, lateks kemudian dialirkan ke dalam bak koagulasi untuk proses pengenceran dengan air yang bertujuan untuk menyeragamkan Kadar Karet Kering.

Pengenceran
Tujuan pengenceran adalah untuk memudahkan penyaringan kotoran serta menyeragamkan kadar karet kering sehingga cara pengolahan dan mutunya dapat dijaga tetap. Pengenceran dapat dilakukan dengan penambahan air yang bersih dan tidak mengandung unsur logam, pH air antara 5.8-8.0, kesadahan air maks. 6 serta kadar bikarbonat tidak melebihi 0.03 %. Pengenceran dilakukan hingga KKK mencapai 12-15 %. Lateks dari tangki penerimaan dialirkan melalui talang dengan terlebih dahulu disaring menggunakan saringan aluminium Pedoman Teknis Pengolahan Karet Sit Yang Diasap (Ribbed Smoked Sit). Lateks yang telah dibekukan dalam bentuk lembaran-lembaran (koagulum).

Pembekuan
Pembekuan lateks dilakukan di dalam bak koagulasi dengan menambahkan zat koagulan yang bersifat asam. Pada umunya digunakan larutan asam format/asam semut atau asam asetat /asam cuka dengan konsentrasi 1-2% ke dalam lateks dengan dosis 4 ml/kg karet kering Dasar Pengolahan Karet. Jumlah tersebut dapat diperbesar jika di dalam lateks telah ditambahkan zat antikoagulan sebelumnya. Penggunaan asam semut didasarkan pada kemampuannya yang cukup baik dalam menurunkan pH lateks serta harga yang cukup terjangkau bagi petani karet dibandingkan bahan koagulan asam lainnya. Tujuan dari penambahan asam adalah untuk menurunkan pH lateks pada titik isoelektriknya sehingga lateks akan membeku atau berkoagulasi, yaitu pada pH antara 4.5-4.7. Asam dalam hal ini ion H+ akan bereaksi dengan ion OH- pada protein dan senyawa lainnya untuk menetralkan muatan listrik sehingga terjadi koagulasi pada lateks.
Penambahan larutan asam diikuti dengan pengadukan agar tercampur ke dalam lateks secara merata serta membantu mempercepat proses pembekuan. Pengadukan dilakukan dengan 6-10 kali maju dan mundur secara perlahan untuk mencegah terbentuknya gelembung udara yang dapat mempegaruhi mutu sit yang dihasilkan. Kecepatan penggumpalan dapat diatur dengan mengubah perbandingan lateks, air dan asam sehingga diperoleh hasil bekuan atau disebut juga koagulum yang bersih dan kuat. Lateks akan membeku setelah 40 menit. Proses selanjutnya ialah pemasangan plat penyekat yang berfungsi untuk membentuk koagulum dalam lembaran yang seragam.

Pasokan Bahan Baku
Sistem pasokan bahan baku dilakukan dengan cara melakukan pengumpulan lateks di kebun (TPH) oleh para petani yang kemudian diangkut ke pabrik. Bahan baku lateks akan tersedia setiap hari karena penyadapan selalu dilakukan setiap hari.

Sumber Bahan Baku Industri Karet
Sumber bahan baku industri karet berasal dari perkebunan karet baik Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Negara maupun Perkebunan Swasta. Pada perkebunan besar negara maupun swasta, bahan baku yang dihasilkan (lateks) biasanya langsung diolah di pabrik sendiri atau dikirim ke pabrik yang seinduk, sedangkan untuk prosesor yang tidak memiliki kebun harus berusaha untuk mendapatkan bahan baku dari perkebunan karet rakyat, baik melalui pembelian langsung ataupun melalui lelang yang diadakan pada waktu-waktu tertentu.

Kondisi Bahan Baku (Kuantitas, Kualitas dan Kontinuitas)
Kondisi bahan baku industri karet baik kuantitas, kualitas maupun kontinuitas pasokan dipengaruhi oleh sumber bahan baku itu sendiri. Pada perkebunan besar hal ini tidak begitu menjadi masalah. Bahan baku yang berasal dari perkebunan karet rakyat yang biasanya sangat bervariasi kualitasnya.
Untuk menjaga kualitas dan kontinuitas bahan baku, maka dilakukan pengawasan pada tiap penyadap. Dari hasil penyadapan, dapat ditentukan.
  1. Bobot atau isi lateks : Penyadap menuangkan lateks dari ember-ember pengumpul ke dalam ember-ember takaran melalui sebuah saringan kasar dengan ukuran lubang 2 mm, maksudnya untuk menahan lump yang terjadi karena prakoagulasi.
  2. Kadar Karet Kering (KKK) : Penentuan kadar karet kering (KKK) sangat penting dalam usaha mencegah terjadinya kecurangan para penyadap.
Lateks sebagai bahan baku berbagai hasil karet, harus memiliki kualitas yang baik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas lateks, sebagai berikut.
  1. Faktor dari kebun (jenis klon, sistem sadap, kebersihan pohon, dan lain-lain).
  2. Iklim (musim hujan mendorong terjadinya prakoagulasi, musim kemarau keadaan lateks tidak stabil).
  3. Alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan dan pengangkutan (yang baik terbuat dari aluminium atau baja tahan karat).
  4. Pengangkutan (goncangan, keadaan tangki, jarak, jangka waktu).
  5. Kualitas air dalam pengolahan.
  6. Bahan-bahan kimia yang digunakan.
  7. Komposisi lateks.
Untuk mengetahui susunan bahan-bahan yang terkandung dalam lateks dapat dilihat pada tabel Dari bahan-bahan yang terkandung dalam lateks segar masih terdapat fraksi kuning latoid (2-10 ppm), enzim peroksidase dan tyrozinase. Fraksi kuning dianggap normal bila mencapai 0,1-1,0 mg tiap 100 gram lateks kering.
Kandungan Bahan-Bahan dalam Lateks Segar dan Lateks yang Dikeringkan
Bahan Lateks Segar (%) Lateks yang Dikeringkan (%)
Kandungan karet 35,62 88,28
Resin 1,65 4,10
Protein 2,03 5,04
Abu 0,70 0,84
Zat gula 0,34 0,84
Air 59,62 1,00
Sumber: Setyamidjaja (1993)