Showing posts with label tanaman buah. Show all posts
Showing posts with label tanaman buah. Show all posts

Cara Menanam Nangka

NANGKA
( Artocarpus heterophyllus Lamk )
1. SEJARAH SINGKAT
Nangka merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari India dan menyebar ke daerah tropis termasuk Indonesia. Di Indonesia pohon ini memiliki beberapa nama daerah antara lain nongko/nangka (Jawa, Gorontalo), langge (Gorontalo), anane (Ambon), lumasa/malasa (Lampung), nanal atau krour (Irian Jaya), nangka (sunda). Beberapa nama asing yaitu: jacfruit, jack (Inggris), nangka (Malaysia), kapiak (Papua Nugini), liangka (Filipina), peignai (Myanmar), khnaor (Kamboja), mimiz, miiz hnang (laos), khanun (Thailand), mit (Vietnam).
2. JENIS TANAMAN
Di Indonesia lebih dari 30 kultivar di Jawa terdapat lebih dari 20 kultivar. Berdasarkan sosok pohon dan ukuran buah nangka terbagi dua golongan yaitu pohon nangka buah besar dan pohon nangka buah mini.
1) Nangka buah besar: tinggi mencapai 20-30 m; diameter batang mencapai 80 cm dan umur mulai berbuah sekitar 5-10 tahun.
2) Nangka buah kecil: tinggi mencapai 6-9 m; diameter batang mencapai 15-25 cm dan umur mulai berbuah sekitar 18-24 bulan.
Berdasarkan kondisi daging buah nangka dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:
  1. Nangka bubur: daging buah tipis, lunak agak berserat, beraroma keras mudah lepas dari buah.
  2. Nangka salak: daging buah tebal, agak kering aromanya kurang keras. (nangka celeng dan nangka belulang).
  3. Nangka cempedak: daging buah tipis, liat dan beraroma harum spesifik. Varietas-varietas unggul nangka yang ditanam di Indonesia yaitu: nangka bilulang/nangka celeng, nangka cempedak, nangka dulang, nangka kandel, nangka kunir, nangka merah, nangka salak, nangka mini, dan nangka misin.
3. MANFAAT TANAMAN
  1. Daging buah nangka muda (tewel) dimanfaatkan sebagai makanan sayuran.
  2. Tepung biji nangka digunakan sebagai bahan baku industri makanan (bahan makan campuran).
  3. Daun muda dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
  4. Kayu nangka dianggap lebih unggul daripada jati untuk pembuatan meubel, konstruksi bangunan pembubutan, tiang kapal, untuk tiang kuda dan kandang sapi ( di Priangan), dayung, perkakas, dan alat musik.
  5. Pohon nangka dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional.
4. SENTRA PENANAMAN
Merupakan buah utama bahkan dianggap sebagai pangan pokok pada saat kekurangan pangan. Di Asia Tenggara, nangka terutama dipelihara di pekarangan dan dikebun buah campuran; pada tahun 1980-an beberapa kebun buahnya yang luas ditanamai nangka sebagai tanaman tumpang sari dengan Nangka. Karena buahnya mudah sekali busuk, tidak dapat dilakukan perdagangan ekspor ke Australia, Eropa dan sebagainya dari pabrik-pabrik pengalengan di Malaysia.
5. SYARAT TUMBUH
5.1. Iklim
  1. Angin berperan dalam membantu penyerbukan bunga pada tanaman nangka.
  2. Pohon nangka cocok tumbuh di daerah yang memilki curah hujan tahunan rata-rata 1.500-2.500 mm dan musim keringnya tidak terlalu keras. Nangka dapat tumbuh di daerah kering yaitu di daerah-daerah yang mempunyai bulan-bulan kering lebih dari 4 bulan
  3. Sinar matahari sangat diperlukan nangka untuk memacu fotosintesa dan pertumbuhan, karena pohon ini termasuk intoleran. Kekurangan sinar matahari dapat menyebabkan terganggunya pembentukan bunga dan buah serta pertumbuhannya.
  4. Rata-rata suhu udara minimum 16-21 derajat C dan suhu udara maksimum 31- 31,5 derajat C.
  5. Kelembaban udara yang tinggi diperlukan untuk mengurangi penguapan.
5.2. Media Tanam
  1. Pohon nangka dipelihara di berbagai tipe tanah, tetapi lebih menyenangi aluvial, tanah liat berpasir/liat berlempung yang dalam dan beririgasi baik.
  2. Umumnya tanah yang disukai yaitu tanah yang gembur dan agak berpasir. Pohon ini hidup pada tanah tandus sampai subur dengan kondisi reaksi tanah asam sampai alkalis. Bahkan pada tanah gambutpun pohon ini dapat tumbuh dan menghasilkan buah.
  3. Pohon nangka tahan terhadap pH rendah (tanah masam) dengan pH 6,0-7,5, tetapi yang optimum pH 6–7.
  4. Kedalaman air tanah yang cocok bagi pertumbuhan nangka adalah 1-2 m atau antara 1-2.5 m. Karena perakarannya sangat dalam, maka sebaiknya ditanam pada tanah yang cukup teball lapisan atasnya (kira-kira 1 m).
5.3. Ketinggian Tempat
Pohon nangka dapat tumbuh dari mulai dataran rendah sampai ketinggian tempat 1.300 m dpl. Namun ketinggian tempat yang terbaik untuk pertumbuhan nangka adalah antara 0-800 m dpl.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Persyaratan Bibit
Umumnya perbanyakan tanaman nangka dilakukan dengan menggunakan bijinya, karena perbanyakkan dengan cangkok atau okulasi hanya sedikit persentase jadinya. Hal ini mungkin disebabkan kandungan lateksnya yang dapat menghambat proses persatuan. Seleksi dilakukan sejak masa pembibitan apabila ingin mendapatkan nangka yang bersifat unggul (cepat berbuah, mampu berproduksi banyak dengan buah yang berkualitas dan tahan terhadap hama dan penyakit). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih bibit yang baik adalah:
  1. Bibit harus berasal dari jenis atau varietas yang unggul (produksi tinggi, buah berkualitas baik, berumur panjang dan tahan terhadap hama dan penyakit).
  2. Bibit harus sehat yang dapat dilihat dari sosoknya yang kokoh, batangnya kuat, lurus dan tumbuh tegak, percabangan banyak serta daun bagian atas berwarna hijau segar dan mengkilap.
2) Penyiapan Bibit
Penanganan benih mencakup pencucian secara hati-hati untuk membuang kulit biji yang berlendir dan membuang bagian perikarp yang berupa tanduk; perlakuan ini akan memperbaiki perkecambahan. Benih disemai sewaktu masih segar; jika diperlukan penyimpanan jangka pendek, benih tidak boleh dibiarkan mengering. Benih yang memilki 40% dari kandungan air aslinya dan disimpan dalam wadah plastik yang kedap, dengan suhu udara 20 derajat C masih mampu berkecambah selama 3 bulan. Dalam kondisi yang memadai perkecambahan dapat diawali setelah 10 hari dan mencapai persentase perkecambahan 80-100% dalam jangka waktu 35-40 hari setelah disemai. Benih hendaknya diletakkan mendatar atau dengan hilumnya menghadap ke bawah untuk perkecambahan. Cara pembiakan pohon nangka dengan okulasi memerlukan keterampilan khusus dan pengalaman dan persentase jadinya rendah. Keuntungannya antara lain cepat berbuah dan sifatnya induknya dapat diturunkan.Tanaman yang digunakan sebagai pangkal bawah adalah anakan nangka/cempedak yang asalnya dari biji.
Cara okulasinya adalah sebagai berikut:
  1. Sayat sebuah mata kayu (mata entras) dari batang nangka, dengan kulitnya kira-kira 2 cm dari atas sampai 2 cm di bawah mata. Kayu yang terbawa dibuang dengan hati-hati agar titik tumbuh mata tidak rusak.
  2. Sayat kulit pohon pangkal bawah , kira-kira 10-20 cm di atas leher akar dengan lebar 2-3 cm dan panjangnya 3-4 cm. Ungkitlah dari kayunya dan lidah kukit dipotong separuhnya. Masukkanlah mata tersebut ke dalam lidah kulit pohon pangkal bawah tersebut, sedemikian rupa, mata masih kelihatan di atas lidah kulit pohon yang dipotong. Kemudian ikatlah dengan tali rafia dan mata tetap tersembul keluar (jangan sampai terhimpit).
  3. Pada okulasi yang berhasil, sesudah 8-14 hari ikatan tali rafia harus dibuang. Apabila tunas sudah tumbuh sepanjang 1-10 cm, ikatlah tunas pada bagian atas pohon, agar tunas tumbuhnya lurus dan tidak dirusak karena digoyang-goyang angin. Bahan untuk cangkok diambil dari dahan muda/ranting baru berada di cabang pohon/tunas ranting baru yang berada di cabang pohon maupun tunas ranting yang belum produktif. Pencangkokkan dilakukan menjelang musim penghujan agar perakaran dapat tumbuh dengan baik. Namun demikian pencangkokkan dilakukan pada musim kemarau, tetapi harus disiram secara teratur.
Cara mencangkok dilakukan dengan cara mengupas kulit sekeliling dalam 3-5 cm lebarnya. Luka yang telah dibuat dibiarkan kering kena angin 1-2 hari. Kemudian luka bagian atas diolesi hormon rootone F, setelah itu ditutup dengan tanah berkompos atau humus yang telah dibasahi dan dibalut dengan sabut kelapa atau plastik yang telah diberi lobang-lobang kecil.
3) Teknik Penyemaian Bibit
Biji disemai/ditanam ke dalam kantong-kantong plastik yang sudah tersedia di bedengan sedalam setebal biji, setelah itu ditutup lapisan tanah tipis. Biji akan berkecambah dengan rata-rata daya kecambah dan persen jadi tanaman ± 90 %. Semai muda dipotkan selambat-lambatnya setelah berdaun empat helai, karena bibit yang lebih tua sulit untuk dipindahtanamkan (transplanting). Kesulitan ini dapat diatasi dengan cara menyemaikan 1-2 benih langsung ke dalam satu wadah. Semai paling cocok disimpan di bawah naungan (50-70 % intensitas cahaya matahari penuh).
4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Untuk bibit dari biji, penyiraman dilakukan secara teratur setiap pagi hari. Sebaiknya persemaian diberi naungan yang tidak terlalu rapat dan menghadap ke arah timur guna mencegah penguapan air yang terlalu cepat. Untuk bibit dari cangkokkan, penyiraman dapat dilakukan secara teratur tiap hari untuk mencegah kekeringan. Penyiraman ini dilakukan kalau belum ada hujan. Semai dari cangkokan sebaiknya diberi naungan saat baru dipindahkan supaya tidak layu.
5) Pemindahan Bibit
Bibit yang akan diangkut ke lapangan penanaman sebaiknya disiram terlebih dahulu. Pengangkutan bibit ke lapangan penanaman dilakukan pagi atau sore hari dan dikerjakan dengan hati-hati. Pembongkaran bibit di lapangan dikerjakan hati-hati seperti halnya pada waktu pengangkutan. Apabila jarak angkutan bibit cukup jauh, maka bibit yang telah dibongkar dirawat lebih dahulu beberap hari sebelum ditanam. Bibit-bibit ini (dari biji) dapat ditanam di lapangan sewaktu masih muda sekali, yaitu sebelum perakarannya tumbuh keluar pot, sebab gangguan terhadap perakaran dapat mematikan bibit itu. Bibit juga harus mempunyai ukuran tinggi 50-75 cm dan berumur 1-1 1/2 bulan. Bibit dari okulasi dapat ditanam di lapangan pada umur 6-8 bulan. Jika panjang tunas telah mencapai 2-30 cm, potonglah bagian atas pohon pangkal dan lukanya ditutup parafin. Untuk okulasi sebaiknya dilakukan pada saat udara cerah dan tidak hujan. Bibit dari cangkokan, umumnya setelah 1-2,5 bulan, cangkokan sudah berakar banyak dan cangkok dapat diambil. Setelah disapih beberapa hari, cangkok dapat ditanam di lapangan.
6.2. Pengolahan Media Tanam
1) Persiapan
Sebelum kegiatan penanaman dilaksanakan, perlu dilakukan pemeriksaan lapangan dan berdasarkan hasil pemeriksaan lapangan ditentukan batas-batas areal.Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman nangka seperti gulma, genangan air, struktur serta pola tekstur tanah harus dibenahi/dikendalikan. Untuk itu tindakan pembersihan lapangan secara total, pengaturan drainase dan pengolahan tanah terutama di tempat yang akan dibuat lobang tanam.
2) Pembentukan Bedengan
Beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan dalam pembuatan bedengan pembibitan sebagai berikut:
  1. Ukuran bedengan beragam tetapi biasanya digunakan antara 5 x1 m atau 10 x 1 m.
  2. Bedengan membusur arah Utara ke Selatan dan pinggirnya diperkuat dengan bambu, batu merah, atau kayu serta permukaannya ditinggikan 10-15 cm dari atas permukaan tanah.
  3. Antar bedengan berjarak 0,45 m dan setiap 5-10 m bedengan dibuat jalan pemeriksaan sekitar 60-100 m.
  4. Saluran air dibuat sepanjang kiri kanan pemeriksaan.
  5. Bedengan diberi naungan dengan atap nipah atau sarlom. Bagian yang menghadap ke timur dibuat lebih tinggi daripada yang menghadap ke Barat.
  6. Dalam bedengan disusun kantong-kantong plastik yang sudah diisi media tumbuh dan sudah diberi lobang-lobang kecil di bagian bawahnya. Media tumbuh yang digunakan campuran tanah lapisan olah, pupuk organik, dan pasir halus dengan perbandingan 2:1:1. Ukuran kantong plastik yang digunakan 20 x 30 cm dengan tebal 0,08 mm dan berwarna hitam.
3) Pengapuran
Apabila pH tanah bersifat terlalu asam atau basa maka perlu dilakukan beberapa upaya agar nangka bisa tumbuh dan memberikan hasil yang optimal. Apabila terlalu asam (pH<5) dapat ditambahkan kapur, jika terlalu basa (pH>7)bisa ditambahkan belerang. Dosis yang dipakai tergantung pada kondisi tanahnya namun sebagai pedoman 1 kg kapur atau belerang untuk 1 m 3 lobang tanam.
4) Pemupukan
Pada lobang tanam, tanah hasil galian dicampur dengan pupuk kandang 20 kg/lubang dan dolomit 0,5 kg/lubang (untuk menaikkan pH). Tanah campuran ini dimasukkan ke lubang 2-3 minggu sebelum penanaman. Seminggu sebelum tanam berilah pupuk NPK (15-15-15) 100 gram ke dalam lubang penanaman.
6.3. Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola Tanam
Pola usaha pekarangan adalah bertanam di lahan sekitar rumah. Hasil ini tidak semata-mata untuk dijual tetapi sebagian untuk dikonsumsi sendiri. Sedangakan pola usaha kebun yaitu bertanam di lahan yang jauh lebih luas dari pekarangan dengan pertimbangan hasilnya untuk memnuhi kebutuhan pasar, modal dan tenaga kerja cukup tersedia serta lahannya sesuai dengan persyaratan tempat tumbuh nangka. Pola usaha kebun dapat berbentuk kebun tanaman murni dan kebun tanaman campuran. Pada kebun tanaman murni hanya ditanam satu jenis tanaman yaitu seluruhnya ditanami nangka. Sedangkan di kebun campuran, pohon nangka dicampur nenas, pepaya, dan sebagainya. Pohon nangka yang dipelihara di kebun buah jarak tanamnya 8 - 12 m, dalam pola segi empat atau segi enam: kepadatan yang umum adalah 100-120 batang/ha. Jarak tanamnya antara lobang tanam 12 x 12 m atau 4 x 6 m. 2) Pembuatan Lobang Tanam Lubang tanam dibuat dengan ukuran 0,5 x 0,5 x 0,5 m atau 1 x 1 x 0,5 m. Pada saat penggalian lubang tanam, tanah bagian atas dipisahkan dari tanah bagian bawah. Tanah bagian atas dicampur dengan pupuk kandang yang sudah matang sebanyak 20 kg per lubang. Lubang tanah yang telah digali dibiarkan terbuka selama 1-2 minggu, agar mendapat sinar matahari sehingga teroksidasi dengan baik. Untuk menghindari kendala tanah asam, tanah galian dicampur dengan dolomit/kapur pertanian sebanyak 0,5-1 kg per lubang tanam dan tanah campuran ini dimasukkan ke dalam lubang 2-3 minggu sebelum penanaman. Untuk tanah yang terlalu berat, selain pengolahan tanah dapat pula ditambahkan pasir sebanyak 0,5 kaleng per lubang. Seminggu sebelum tanam berilah NPK (15–15– 15) 100 gram ke dalam lubang penanamn apabila perlu. Bibit hasil semaian atau okulasi ditanam tegak dan kokoh ke dalam tengah lubang penanaman. Jarak antara lubang tanam 12 x 12 m atau 4 x 6 m.
3) Cara Penanaman
Penanaman dilakukan sore hari atau pagi hari pada permulaan musim penghujan yaitu saat curah hujan sudah cukup merata. Bibit ditanam pada lubang yang sudah tersedia, tegak lurus. Sebelum bibit ditanam, kantong plastik harus dibuang. Kalau penanaman dilakukan di luar musim penghujan atau karena adanya kelainan iklim, yaitu musim hujan tiba-tiba berubah menjadi kemarau lagi, maka bibit yang telah ditanam perlu disiram secara teratur.
4) Pembuatan Lubang pada Mulsa
Pemberian mulsa di sekitar pohon nangka sangat perlu; terutama pada saat musim kemarau untuk meningkatkan kelembapan tanah. Namun pada musim hujan mulsa tidak diperlukan karena dapat mendatangkan serangan jamur. Mulsa juga dapat dimasukkan ke dalam tanah sebagai pupuk organi, pemberian dua kali per tahun sangat membantu pertumbuhan tanaman. Pemberian pupuk pabrik majemuk dilakukan di Malaysia dengan dosis 2-3 kg per pohon.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
1) Penjarangan dan Penyulaman
Penyulaman tanaman yang mati dilakukan pada saat hujan masih turun di tahun pertama dan tahun kedua.
2) Penyiangan
Penyiangan atau membebaskan tanaman dari serangan gulma atau tumbuhan pengganggu dilakukan dengan cara membersihkan gulma secara manual/kimia dari tanaman nangka dengan radius 1-2 m. Pengendalian gulma secara kimiawi menggunakan herbisida misalnya Paracol 1,5 liter dalam 600 liter air per ha atau Roundup 2-3 liter dalam 800 liter air/ha. Penyiangan pertama dilakukan 1-2 bulan setelah penanaman, selanjutnya setiap 2-4 bulan dilakukan selama 2-3 tahun. Penyiangan dilakukan dengan cara manual atau kimiawi.
3) Pemupukan
Pemberian pupuk organik berupa pupuk kandang atau pupuk kompos 1-2 kali setahun sebanyak 20 kg per tanaman. Pemberian pupuk anorganik dilakukan satu minggu setelah penanaman dengan dosis 100 gram NPK per tanaman. Pemupukan kedua pada umur 6 bulan dengan dosis 150 gram NPK per tanaman. Pemupukan ketiga dilakukan pada tanaman umur 12 bulan dengan dosis 200 gram per tanaman. Pemupukan keempat pada umur 18 bulan dengan dosis 250 gram per tanaman dan pemupukan kelima dilakukan pada tanaman umur 24 bulan dengan dosis 300 gram per tanaman. Selanjutnya bagi tanaman yang sudah berbunga pada lahan tidak subur dapat ditambahkan pupuk organik 650 gram/pohon.
Untuk meningkatkan tanaman diperlukan tambahan pupuk daun guna merangsang pembentukan daun. Pemberian pupuk daun dilakukan selang 2 minggu sampai tanaman umur 17 bulan. Jenis pupuk daun yang digunakan Gandasil D/Bayfolan.
4) Pengairan dan Penyiraman
Tanaman nangka membutuhkan drainase yang baik. Pengairan ini diperlukan untuk meningkatkan produktivitasnya. Tanaman nangka memiliki perakaran dalam, tidak membutuhkan penggenangan pada saat musim kemarau karena tanaman nangka kurang toleran terhadap genangan. Akarnya masih mampu meyerap air pada tanah yang dalam. Pemberian air tambahan diperlukan selama dua tahun pertama pertumbuhannya.
5) Pemeliharaan Lain
Pemangkasan dilakukan pada bagian tanaman yang tidak subur dan tidak produktif. Pemangkasan cabang dilakukan terhadap pohon nangka yang bertajuk rimbun agar sinar matahari tidak terhalangi sehingga merangsang perbungaan. Pemangkasan dibatasi pada penjarangan pucuk ketika pohon mulai ditanam dan sedikit pemotongan dahan-dahan yang mengandung buah agar memudahkan mencapai buah untuk dibungkus dan kemudian dipanen. Pemangkasan cabang dimaksudkan untuk mengatur pembuahan, karena bunga betina muncul pada batang utama atau cabang primer. Perangsangan pembungaan dilakukan dengan cara melukai, mengebor/mengikat batang. Tujuan perlakuan untuk menghambat hasil asimilasi daun agar tidak meyebar ke seluruh bagian tanaman, melainkan untuk merangsang pembungaan. Agar buah nangka hasilnya baik dan besar, lakukan penjarangan buah. Buah yang mulai membesar bungkuslah dengan kantong/kertas semen yang sudah dicelupakan ke dalam larutan insektisida. Bisa juga dibungkus dengan anyaman dedaunan, misalnya menggunakan daun-daun palem atau anyaman kelapa. Tindakan ini dapat menghalangi serangan tikus atau kelelawar, dan memikat semut yang dapat mengusir serangga lain sehingga diperoleh buah yang kulitnya mulus dan cerah.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
Ulat diaphania caesalis yaitu penggerek pucuk, membuat terowongan sampai ke kuncup, pucuk muda, dan buah. Pemotongan bagian yang terserang memutuskan daun hidupnya karena ulat-ulat ini akan menjadi pupa di dalam terowongan itu; buah dilindungi dengan dibungkus atau disemprot insektisida Thiodan 35 EC. Penggerak kulit batang; berupa ulat-ulat Indarbela tetraonis dan Batocera rufomaculata diberantas dengan mengasap lubang-lubang mereka/disemprot dengan insektisida sistemik yang mengandung bahan aktif karboril (Sevin 85 S). Kumbang-kumbang belalai (weevil) coklat yang menyerang kuncup, Ochyromera artocarpi, merupakan hama nangka yang khas. Tempayaknya (grubs) masuk ke dalam kuncup dan buah yang masih lunak, yang dewasa memakan daun. Bagian tanaman yang terserang dihancurkan, dan diperlukan insektisida. Menyeruaknya kumbang bersayap selaput (spittle bug), Cosmoscarata relata, memakan daun muda. Nimfa hidup bersama-sama dalam suatu massa busa yang disekresi oleh mereka ; nimfa dipungut dan dihancurkan. Larva lalat buah , Dacus dorsalis dan D. umbrosus sering menyerang buah. Untuk menghindari serangannya, buah nangka hendaknya dibungkus; buah yang matang atau kelewat matang jangan dibiarkan bergeletakkan di tanah, tetapi hendaknya dikubur-kubur dalam, dan penyemnprotan pada umpan dapat dilakukan. Hama-hama lainnya adalah bermacam-macam serangga pengisap, seperti kutu tepung, afid, lalat putih, dan ‘thrips’, juga ulat perekat daun (leaf webber). Hama nangka yang lain adalah kepik Helopeltis (Miridae,Hemiptera). Nimfa dan kepik dewasa menghisap cairan bagian tanaman yang masih muda (daun dan buah). Ukuran telurnya 1,5 m, diletakkan dengan cara ditusukkan pada jaringan tanaman. Masa inkubasi 5-7 hari. Nimfa dan kepik dewasa warnanya bervariasi, hijau atau kuning-kehitaman dan kuning oranye. Mengalami 5 kali masa instar. Kepik dewasa panjangnya berkisar 6,5-7,5 mm dengan kemampuan bertelur sampai 18 butir. Beberapa musuh alami diantaranya yang berupa parasit adalah Euphorus helopeltis, Erythmelus helopeltis dan sebagai predator adalah Sycanus leucomesus, Isyndrus sp. dan Cosmolestes picticeps. Untuk pengendaliannya populasi biasanya terkendali oleh musuh alam apabila populasi tinggi dapat dilakukan dengan insektisida misal Lannate 25 WP, Atabron 50EC.
7.2. Penyakit
Bakteri mati bujang (Erwinia carotovora) sering menyerang pohon nangka, juga cempedak. Jamur tersebut pertama kali menyerang bagian pucuk dan turun pada tajuk berikutnya. serangan yang hebat dapat mematikan pohonnya. Di India dilaporakan serangan busuk akar dan busuk batang dilakukan oleh jamur Rhizopus artocarpi yang menyebabkan keruguian tanaman hingga 15-30 %. Jamur ini umunya meyerang tunas bunga. Beberapa penyakit yang cukup penting antara lkain Colletotrichum lagenarium, Phomopsis artocarpina, Septoria artocarpi, dan Corticium salmonicolor. Jamur tersebut kebanyakan menyerang pada musim penghujan. Pemotongan bagian tanaman yang terserang akan banyak membantun mengatasi serangan, di samping itu sanitasi kebun dan pemupukan dapat meningkatkan kesehatan tanaman.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Kematangan buah ditentukan melalui kriteria sebagai berikut:
  1. Apabila buah tersebut dipukul-pukul dengan benda (misalnya punggung pisau) akan berbuyi nyaring.
  2. Perubahan warna kulit buahnya dari hijau pucat ke kuning kehijau-hijauan atau kecoklat-coklatan.
  3. Mengeluarkan bau yang khas atau aromanya harum.
  4. Durinya mulai lunak dan jarak satu duri dengan duri lainnya semakin lebar
  5. Kulit buah terlihat seperti akan pecah.
8.2. Cara Panen
Cara pemetikan buah nangka matang ialah gagangnya dipotong dengan pisau tajam dan buah nangka itu diturunkan dengan hati-hati. Pohon nangka yang berbuah besar berbuah pada umur 5-10 tahun sedangkan nangka mini pada umur 1,5-2 tahun. Pada umumnya buah masak setelah 8 bulan sejak bunganya muncul.
8.3. Periode Panen
Umur maksimum produksi buah 20-30 tahun, sesudah itu harus diremajakan. Hasil buah per tahun per pohon beragam umumnya berkisar 8-12 buah / pohon / tahun.
9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan
Buah nangka dikumpulkan oleh pemborong atau dibawa langsung ke pasar dan dijual ke pedagang eceran atau dibelah dan dilepas satu-satu untuk dijual langsung ke konsumen.
9.2. Penyimpanan
Daging buah nagka yang tebal itu seringkali diekstrak, dibersihkan, dan dijual dalam keadaan ekstrak segar. Jika persediaan melimpah, buah nangka diawetkan, caranya ialah: daging buah dipisahkan dari bijinya, kemudian dicuci, dipipihkan, dan dijemur ditambah gula atau sirop, atau tanpa diberi apa-apa. Hasil olahan ini dijual sebagai kue kering. Di semenanjung Malaysia dilakukan pengalengan.
9.3. Penanganan Lain
Daging buah nangka digunakan untuk mengharumkan es krim dan minuman/dijadikan madu nangka, konsentrat, atau tepung dan dimanfaatkan dalam pembuatan minuman. Biji nangka bisa dibuat tepung biji nangka yang dicampurkan ke dlam tepung gandum untuk pembuatan roti. Penggunaan tepung biji nangka sebagai bahan substitusi sebagian tepung terigu dalam pembuatan cookies dan BMC (Bahan Makanan Campuran).
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
10.1. Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis usaha tani tanaman nangka buah besar seluas 1 ha pada tahun 1999 di daerah Sukabumi (Jawa Barat).
  1. Biaya produksi tahun ke-1
    1. Tanah 1 ha @ m 2 x Rp. 15.000,- Rp. 15.000.000,-
    2. Bibit 150 pohon @ Rp. 50.000,- Rp. 7.500.000,-
    3. Pupuk
      • Kandang 9500 kg @ Rp. 60,- Rp. 570.000,-
      • Urea 1400 kg @ Rp. 1.600,- Rp. 2.240.000,-
      • TSP 1400 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 2.100.000,-
      • KCl 1400 kg @ Rp. 1.600,- Rp. 2.240.000,-
      • NPK 1400 kg @ Rp. 2.800,- Rp. 3.920.000,-
      • Hormon/mineral 70 liter @ Rp. 3.500,- Rp. 245.000,-
    4. Obat dan pestisida
      • Insektisida 150 liter @ Rp. 5.000,- Rp. 750.000,-
      • Fungisida 150 liter @ Rp. 5.000,- Rp. 750.000,-
    5. Alat dan bangunan
      • Bangunan dan sumur Rp. 2.500.000,-
      • Alat semprot 2 unit @ Rp. 75.000,- Rp. 150.000,-
      • Cangkul 2 buah @ Rp. 5.000,- Rp. 10.000,-
      • Sabit 2 buah @ Rp. 3.500,- Rp. 7.000,-
      • Garpu 2 buah @ Rp. 3.000,- Rp. 6.000,-
      • Golok 2 buah @ Rp. 7.500,- Rp. 15.000,-
      • Gunting pangkas 3 buah @ Rp. 5.000,- Rp. 15.000,-
      • Gergaji pangkas 2 buah @ Rp. 6.000,- Rp. 12.000,-
      • Ember 5 buah @ Rp. 3.000,- Rp. 15.000,-
    6. Tenaga kerja tetap
      • Upah 5 bok 12 x 2 orang x Rp. 30.000,- Rp. 3.600.000,-
      • Pakaian 5 x Rp. 45.000,- Rp. 225.000,-
      • THR 5 x Rp. 25.000,- Rp. 125.000,-
    7. Tenaga kerja lepas
      • Membuat lubang tanam 15 OH @ Rp. 3.000,- Rp. 45.000,-
      • Memupuk dan menanam 25 OH @ Rp. 3.000,- Rp. 75.000,-
    • Jumlah biaya produksi tahun ke-1 Rp. 42.115.000,-
  2. Pendapatan dan keuntungan
    1. Tahun ke-5 produk ke 1: 0,25x150x30xRp. 30.000 Rp. 33.750.000,- maka Keuntungan Rp. 33.750.000 – Rp. 42.115.000 = - Rp. 8.365.000,-
    2. Tahun ke-6 produk ke 2: 0,25x150x60xRp. 30.000 Rp. 67.500.000,- maka Keuntungan Rp. 67.500.000-Rp.8.365.000+Rp. 16.765.000 Rp. 42.370.000,-
  3. Investasi rata-rata perpohon: Rp. 175.096,-
Keterangan: pada tahun ke-7 keuntungan sudah dapat menutupi investasi yang dikeluarkan.
10.2. Gambaran Peluang Agrobisnis
Prospek buah nangka sebenarnya dapat dikatakan cukup cerah. Perrmintaan komoditas buah ini selalu menunjukkan peningkatan, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Sayangnya, besarnya permintaan belum dapat diimbangi dengan produksinya. Kondisi tersebut antara lain disebabkan masih jarangnya perkebunan nangka yang dikelola dengan pendekatan agribisnis. Prospek untuk meluaskan nangka di Asia Tenggara agak suram. Pohon dan buahnya memiliki beberapa sifat buruk : hasil sulit diperhitungkan, baik kualitasnya maupun waktunya, kerugian hasil,karena penyakit dan hama, baunya yang terlalu menyenga dan ukuran buahnya terlalu besar yang mengurangi potensi pasar ekspor. Akibatnaya secara ekonomis hasilnya lebih rendah jika misalnya dibandingkan dengan belimbing manis, nangka dan jambu biji. Pemeliharaan kultivar-kultivar unggul merupakan langkah yang penting sekali dalam menutup perbedaan antara potensi dan budidaya. Ada beberapa kultivar yang baru dan rasanya memikat konsumen yang sudah biasa memakannya; kultivar-kultivar ini dapat digunakan untuk menembus pasaran lain. Jika kultivar-kultivar dapat menggeser populasi yang berasal dari benih, menjadi mudahlah mempelajari fenotipe pohonnya, mengingat semua pohon dari satu kultivar memilki genotipe yang sama. Ini berarti perbedaan antar pohon dalam irama pertumbuhan, waktu berbunga, intensitas penyerbukan, pembentukan buah dan hasil produksi mungkin disebabkan oleh adanya faktor-faktor lingkungan. Jadi pengamatan fenologi suatu kultivar di berbagai lingkungan dapat memberikan gambaran bagaimana berfungsinya pohon dan memberikan pertanda untuk menyisihkan faktor-faktor pembatas hasil. Peranan nangka pada masa mendatang bertumpu pada pemakaian secara umum bahan pembiak melalui klon dan adanya pengertian yang baik terhadap fenologi pohon dan kelebatan buahnya.
11. STANDAR PRODUKSI
11.1. Ruang Lingkup
Standar produksi ini meliputi: klasifikasi dan syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, pengemasan dan syarat penandaan.
11.2. Diskripsi …
11.3. Klasifikasi dan Standar Mutu …
11.4. Pengambilan Contoh
Satu partai/lot buah nangka segar yang terdiri maksimum 1.000 kemasan atau 1000 buah, contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan atau jumlah buah dengan ketentuan sebagai berikut:
  1. Jumlah buah/jumlah kemasan dalam partai/lot: 1–5, pengambilan contoh semua.
  2. Jumlah buah/jumlah kemasan dalam partai/lot: 6–100, pengambilan contohminimum 5.
  3. Jumlah buah/jumlah kemasan dalam partai/lot: 101–300, pengambilan contoh minimum 7.
  4. Jumlah buah/jumlah kemasan dalam partai/lot: 301–500, pengambilan contoh minimum 9.
  5. Jumlah buah/jumlah kemasan dalam partai/lot: 501-1001, pengambilan contoh minimum 10.
Dari setiap kemasan yang dipilih secara acak diambil sekurang-kurangnya tiga buah kemudian dicampur. Untuk kemasan dengan isi kurang dari tiga buah diambil satu buah. Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat, yaitu orang yang telah dilatih terlebih dahulu dan diberi wewenang untuk melakukan hal tersebut.
11.5. Pengemasan
Buah nangka seyogyanya dikemas sesuai dengan pasar yang dituju. Umumnya dikemas dengan kotak karton berkapasitas 10-12 kg atau dikemas dalam keranjang bambu/kayu atau peti kayu berkapasitas 35-50 kg. Label atau gantungan yang menyertai setiap kemasan harus mudah dilihat dan berisi
informasi :
  1. Produksi Indonesia.
  2. Nama perusahaan/eksportir.
  3. Nama kultivar nangka.
  4. Kelas mutu.
  5. Jumlah buah dalam kemasan.
  6. Berat kotor.
  7. Berat bersih.
  8. Identitas pembeli di tempat tujuan.
  9. Tanggal panen.
12. DAFTAR PUSTAKA
  1. Anonimous, 1975. Bertanam Pohon Buah-buahan Jilid II. Yayasan Kanisius, Jakarta
  2. Anonimous, 1993. Ragam Buah Unggul Nasional. Bonus Trubus No. 289- Desember 1993/Tahun XXIV
  3. Anonimous, 1984. Nangka Misin, Gabungan Nangka dan Cempedak. Buletin Informasi Pertanian, 1983/1984; No. 05. Departeman Pertanian.
  4. Harry, N.R, 1994. Nangka. Dalam Lembaran Informasi Prosea. No.7. PROSEA Indonesia- Yayasan PROSEA, Bogor. Hal: 41-42
  5. Heyne, K, 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Cetakan I. Badan Litbang Kehutanan, Jakarta
  6. Lembaga Biologi Nasional LIPI, 1977. Buah-buahan Cetakan Kedua. PN. Balai Pustaka, Bogor
  7. Saptorini, N, Eti Widayati, dan Lila Sari, 1994. Membuat Tanaman Cepat Berbuah Edisi VIII. Penerbit: Penebar Swadaya, Jakarta
  8. Suharti, Sri dan Harun Alrasyid, 1993. Pedoman Teknis Tanaman Buah Nangka (Artocarpus Heterophyllus Lamk). Informasi Teknis No. 41. Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Konservasi Alam, Bogor
Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS

Cara Menanam Nenas

NANAS
( Ananas comosus )
1. SEJARAH SINGKAT
Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah Ananas comosus. Memiliki nama daerah danas (Sunda) dan neneh (Sumatera). Dalam bahasa Inggris disebut pineapple dan orang-orang Spanyol menyebutnya pina. Nanas berasal dari Brasilia (Amerika Selatan) yang telah di domestikasi disana sebelum masa Colombus. Pada abad ke-16 orang Spanyol membawa nanas ini ke Filipina dan Semenanjung Malaysia, masuk ke Indonesia pada abad ke-15, (1599). Di Indonesia pada mulanya hanya sebagai tanaman pekarangan, dan meluas dikebunkan di lahan kering (tegalan) di seluruh wilayah nusantara. Tanaman ini kini dipelihara di daerah tropik dan sub tropik.
2. JENIS TANAMAN
Klasifikasi tanaman nanas adalah:
  • Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
    • Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
      • Kelas : Angiospermae (berbiji tertutup)
        • Ordo : Farinosae (Bromeliales)
          • Famili : Bromiliaceae
            • Genus : Ananas
              • Species : Ananas comosus (L) Merr
Kerabat dekat spesies nanas cukup banyak, terutama nanas liar yang biasa dijadikan tanaman hias, misalnya A. braceteatus (Lindl) Schultes, A. Fritzmuelleri, A. erectifolius L.B. Smith, dan A. ananassoides (Bak) L.B. Smith. Berdasarkan habitus tanaman, terutama bentuk daun dan buah dikenal 4 jenis golongan nanas, yaitu : Cayene (daun halus, tidak berduri, buah besar), Queen (daun pendek berduri tajam, buah lonjong mirip kerucut), Spanyol/Spanish (daun panjang kecil, berduri halus sampai kasar, buah bulat dengan mata datar) dan Abacaxi (daun panjang berduri kasar, buah silindris atau seperti piramida). Varietas cultivar nanas yang banyak ditanam di Indonesia adalah golongan Cayene dan Queen. Golongan Spanish dikembangkan di kepulauan India Barat, Puerte Rico, Mexico dan Malaysia. Golongan Abacaxi banyak ditanam di Brazilia. Dewasa ini ragam varietas/cultivar nanas yang dikategorikan unggul adalah nanas Bogor, Subang dan Palembang.


3. MANFAAT TANAMAN
Bagian utama yang bernilai ekonomi penting dari tanaman nanas adalah buahnya. Buah nanas selain dikonsumsi segar juga diolah menjadi berbagai macam makanan dan minuman, seperti selai, buah dalam sirop dan lain-lain. Rasa buah nanas manis sampai agak masam segar, sehingga disukai masyarakat luas. Disamping itu, buah nanas mengandung gizi cukup tinggi dan lengkap. Buah nanas mengandung enzim bromelain, (enzim protease yang dapat menghidrolisa protein, protease atau peptide), sehingga dapat digunakan untuk melunakkan daging. Enzim ini sering pula dimanfaatkan sebagai alat kontrasepsi Keluarga Berencana. Buah nanas bermanfaat bagi kesehatan tubuh, sebagai obat penyembuh penyakit sembelit, gangguan saluran kencing, mual-mual, flu, wasir dan kurang darah. Penyakit kulit (gatal-gatal, eksim dan kudis) dapat diobati dengan diolesi sari buah nanas. Kulit buah nanas dapat diolah menjadi sirop atau diekstrasi cairannya untuk pakan ternak.
4. SENTRA PENANAMAN
Penanaman nanas di dunia berpusat di negara-negara Brazil, Hawaii, Afrika Selatan, Kenya, Pantai Gading, Mexico dan Puerte Rico. Di Asia tanaman nanas ditanam di negara-negara Thailand, Filipina, Malaysia dan Indonesia terdapat di daerah Sumatera utara, Jawa Timur, Riau, Sumatera Selatan dan Jawa Barat. Pada masa mendatang amat memungkinkan propinsi lain memprioritaskan pengembangan nanas dalam skala yang lebih luas dari tahun-tahun sebelumnya. Luas panen nanas di Indonesia + 165.690 hektar atau 25,24% dari sasaran panen buah-buahan nasional (657.000 hektar). Beberapa tahun terakhir luas areal tanaman nanas menempati urutan pertama dari 13 jenis buah-buahan komersial yang dibudidayakan di Indonesia.
5. SYARAT TUMBUH
5.1. Iklim
  1. Tanaman nanas dapat tumbuh pada keadaan iklim basah maupun kering, baik tipe iklim A, B, C maupun D, E, F. Tipe iklim A terdapat di daerah yang amat basah, B (daerah basah), C (daerah agak basah), D (daerah sedang), E (daerah agak kering) dan F (daerah kering).
  2. Pada umumnya tanaman nanas ini toleran terhadap kekeringan serta memiliki kisaran curah hujan yang luas sekitar 1000-1500 mm/tahun. Akan tetapi tanaman nanas tidak toleran terhadap hujan salju karena rendahnya suhu.
  3. Tanaman nanas dapat tumbuh dengan baik dengan cahaya matahari rata-rata 33-71% dari kelangsungan maksimumnya, dengan angka tahunan rata-rata 2000 jam.
  4. Suhu yang sesuai untuk budidaya tanaman nanas adalah 23-32 ° C, tetapi juga dapat hidup di lahan bersuhu rendah sampai 10 ° C.
5.2. Media Tanam
  1. Pada umumnya hampir semua jenis tanah yang digunakan untuk pertanian cocok untuk tanaman nanas. Meskipun demikian, lebih cocok pada jenis tanah yang mengandung pasir, subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik serta kandungan kapur rendah.
  2. Derajat keasaman yang cocok adalah dengan pH 4,5-6,5. Tanah yang banyak mengandung kapur (pH lebih dari 6,5) menyebabkan tanaman menjadi kerdil dan klorosis. Sedangkan tanah yang asam (pH 4,5 atau lebih rendah) mengakibatkan penurunan unsur Fosfor, Kalium, Belerang, Kalsium, Magnesium, dan Molibdinum dengan cepat.
  3. Air sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman nanas untuk penyerapan unsur-unsur hara yang dapat larut di dalamnya. Akan tetapi kandungan air dalam tanah jangan terlalu banyak, tidak becek (menggenang). Hal yang harus diperhatian adalah aerasi dan drainasenya harus baik, sebab tanaman yang terendam akan sangat mudah terserang busuk akat.
  4. Kelerengan tanah tidak banyak berpengaruh dalam penanaman nanas, namun nanas sangat suka jika ditanam di tempat yang agak miring, sehingga begitu ada air yang melimpah, begitu cepat pula tanah tersebut menjadi kering.
5.3. Ketinggian Tempat
Nanas cocok ditanam di ketinggian 800-1200 m dpl. Pertumbuhan optimum tanaman nanas antara 100-700 m dpl.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
Keberhasilan penanaman nanas sangat ditentukan oleh kualitas bibit. Nanas dapat dikembangbiakan dengan cara vegetatif dan generatif. Cara vegetatif digunakan adalah tunas akar, tunas batang, tunas buah, mahkota buah dan stek batang. Cara generatif dengan biji yang ditumbuhkan dengan persemaian, (jarang digunakan). Kualitas bibit yang baik harus berasal dari tanaman yang pertumbuhannya normal, sehat serta bebas dari hama dan penyakit.
1) Persyaratan Benih
Bibit yang baik harus mempunyai daun-daun yang nampak tebal-tebal penuh berisi, bebas hama dan penyakit, mudah diperoleh dalam jumlah banyak, pertumbuhan relatif seragam serta mudah dalam pengangkutan terutama untuk bibit stek batang. Tunas batang dan stek batang.
2) Penyiapan Benih
Benih nanas dari biji (generatif) jarang digunakan karena membutuhkan teknik khusus dan beberapa jenis nanas tidak dapat melakukan penyerbukan sendiri dan tidak menghasilkan biji. Cara perbanyakan secara vegetatif (tunas akar) mempunyai ciri khusus: tunas yang tumbuh dari bagian batang yang terletak di dalam tanah, jumlah tunas akar per rumpun relatif sedikit, bentuk daun lebih langsing, masa remaja tunas akar relatif pendek. Cara vegetatif lain (tunas batang) mempunyai ciri-ciri tunas yang tumbuh dari batang dan jumlah tunas per rumpun relatif sedikit. Tunas batang mempunyai ciri-ciri tunas yang tumbuh pada tangkai buah di bawah tangkai buah dan di atas tunas batang, jumlah tunas buah per tanaman relatif banyak hingga mencapai 10 tunas dan ukuran tunas yang bervariasi tergantung dari pertumbuhan tanaman. Untuk cara vegetatif dengan mahkota buah ciri-cirinya adalah tunas yang ditumbuhkan dari mata tunas yang non-aktif pada batang, kemudian disemaikan dalam media steril dengan perlakuan khusus serta jumlah bibit yang dihasilkan banyak, seragam, dan mudah dalam pengangkutan.
Penyiapan benih (bibit) untuk tanaman nanas dibedakan menjadi bibit tunas batang dan bibit nanas dari stek. Penyiapan bibit tunas batang: memilih tunas batang pada pohon induk yang sedang berbuah/setelah panen. Tunas batang yang baik adalah panjang 30-35 cm. Daun-daun dekat pangkal pohon dipotong untuk mengurangi penguapan dan mempermudah pengangkutan, setelah itu biarkan selama beberapa hari di tempat teduh dan bibit siap angkut ke tempat penanaman langsung segera ditanam.
Untuk penyiapan bibit nanas dari stek, langkah pertama yang dilakuakan adalah memotong batang nanas yang sudah dipanen buahnya sepanjang 2,5 cm, kemudian potongan dibelah menjadi 4 bagian yang mengandung mata tunas. Media semai berupa pasir bersih dalam bak tanam. Bibit yang dihasilkan dengan tinggi 25-35 cm atau berumur 3-5 bulan dicabut, ditanam di kebun. Bila bibit akan diangkut dalam jarak jauh, akar-akarnya dibungkus dengan humus lembab.
Benih yang disiapkan harus disesuaikan dengan luas areal penanaman. Kepadatan tanaman yang ideal berkisar antara 44.000-77.000 bibit tanaman per Ha, tergantung jarak tanam, jenis nanas, kesuburan tanah, sistem tanam dan jenis bibit. Penanaman dengan sistem persegi (jarak tanam 150 x 150 cm) membutuhkan sekitar 3556 bibit bila lahan yang mangkus ditanami 80%. Atau 12.698 - 15.875 bibit pada sistem tanam kereta api dengan jarak tanam 60 x 60 cm dan jarak antar barisan sebelah kanan/kiri dari kereta api adalah 150 cm.
3) Teknik Penyemaian
Persemaian untuk nanas memerlukan perlakuan khusus. Langkah dalam menyiapkan media semai dalam bak persemaian berupa tepung (misalnya Rootone) pada permukaan belahan batang untuk mempercepat pertumbuhan akar. Belahan batang pada bak persemaian disemaikan sedalam 1,5 - 2,5 cm dan jarak tanam 5-10 cm. Kondisi media persemaian dijaga agar tetap lembab dan sirkulasi udara baik, dengan menutup bak persemaian dengan lembar plastik tembus cahaya (bening). Stek batang nanas dibiarkan bertunas dan berakar. Tempat persemaian baru yang medianya disuburkan dengan pupuk kandang disiapkan. Campuran media berupa tanah halus, pasir dan pupuk kandang halus (1:1:1) atau pasir dengan pupuk kandang halus (1:1). Langkah terakhir adalah memindahtanamkan bibit nanas dari persemaian perkecambahan ke persemaian pembesaran bibit.
4) Pemeliharan Pembibitan
Pemeliharaan pembibitan/persemaian penyiraman dilakukan secara berkala dijaga agar kondisi media tanam selalu lembab dan tidak kering supaya bibit tidak mati. Pemupukan dilakukan dengan pemberian pupuk kandang dengan perbandingan kadar yang sudah ditentukan. Penjarangan dan pemberian pestisida dapat dilakukan jika diperlukan.
5) Pemindahan Bibit
Pemindahan bibit dapat dilakukan jika ukuran tinggi bibit mencapai 25-30 cm atau berumur 3-5 bulan.
6.2. Pengolahan Media Tanam
1) Persiapan
Penanaman nanas dapat dilakukan pada lahan tegalan atau ladang. Waktu persiapan dan pembukaan lahan yang paling baik adalah disaat waktu musim kemarau, dengan membuang pepohonan yang tidak diperlukan. Pengolahan tanah dapat dilakukan pada awal musim hujan. Derajat keasaman tanah perlu diperhatikan karena tanaman nanas dapat tumbuh dengan baik pada pH sekitar 5,5. Jumlah bibit yang diperlukan untuk suatu lahan tergantung dari jenis nanas, tingkat kesuburan tanah dan ekologi pertumbuhannya.
2) Pembukaan Lahan
Untuk membuka suatu lahan, perlu dilakukan: membuang dan membersihkan pohon-pohon atau batu-batuan dari sekitar lahan kebun ke tempat penampungan limbah pertanian. Mengolah tanah dengan dicangkul/dibajak dengan traktor sedalam 30-40 cm hingga gembur, karena, bisa berakibat fatal pada produksi tanaman. Biarkan tanah menjadi kering minimal selama 15 hari agar tanah benar-benar matang dan siap ditanami.
3) Pembentukan Bedengan
Pembentukan bedengan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah untuk kedua kalinya yang sesuai dengan sistem tanam yang dipakai. Sistem petakan cukup dengan cara meratakan tanah, kemudian di sekililingnya dibuat saluran pemasukan dan pembuangan air. Sistem bedengan dilakukan dengan cara membuat bedengan-bedengan selebar 80-120 cm, jarak antar bedengan 90-150 cm atau variasi lain sesuai dengan sistem tanam. Tinggi petakan atau bedengan adalah antara 30-40 cm.
4) Pengapuran
Derajat kemasaman tanah yang sesuai untuk tanaman nanas adalah 4,5-6,5. Pengapuran tanah dilakukan dengan Calcit atau Dolomit atau Zeagro atau bahan kapur lainnya dengan cara ditaburkan merata dan dicampurkan dengan lapisan tanah atas terutama tanah-tanah yang bereaksi asam (pH dibawah 4,5). Dosis kapur disesuaikan dengan pH tanah, namun umumnya berkisar antara 2-4 ton/ha. Bila tidak turun hujan, setelah pengapuran segera dilakukan pengairan tanah agar kapur cepat melarut.
5) Pemupukan
Dalam penanaman nanas dilakukan pemberian pupuk kandang dengan dosis 20 ton per hektar. Cara pemberian: dicampurkan merata dengan lapisan tanah atas atau dimasukkan per lubang tanam. Juga digunakan pupuk anorganik NPK dan urea. Nitrogen (N) sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman, fosfor diperlukan selama beberapa bulan pada awal pertumbuhan sedangkan Kalium diperlukan untuk perkembangan buah, khususnya nanas. Pupuk urea penggunaannya dikombinasikan dengan perangsang pembungaan.
6.3. Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola Tanam
Pola tanam merupakan pengaturan tata letak tanaman dan urutan jenis tanaman dengan waktu tertentu, dalam kurun waktu setahun. Dalam teknik penanaman nanas ada beberapa sistem tanam, yaitu: sistem baris tunggal atau persegi dengan jarak tanam 150 x 150 cm baik dalam maupun antar barisan; 90 x 30 cm jarak dalam barisan 30 cm, dan jarak antar barisan adalah 90 cm. Sistem baris rangkap dua dengan jarak tanam 60 x 60 cm, dan jarak antar barisan sebelah kiri dan kanan dari 2 barisan adalah 150 cm dan jarak tanam 45 x 30 cm, dan jarak antar barisan tanaman sebelah kiri dan kanan dari 2 barisan tanaman adalah 90 cm. Sistem baris rangkap tiga dengan jarak tanam 30 x 30 cm membentuk segitiga sama sisi dengan jarak antar barisan sebelah kiri/ kanan dari 3 barisan tanaman: 90 cm dan jarak tanam 40 x 30 cm dengan jarak antar barisan sebelah kiri/kanan dari 3 barisan adalah 90 cm serta sisitem baris rangkap empat dengan jarak 30 x 30 cm dan jarak antar barisan sebelah kiri/kanan dari 4 barisan tanaman 90 cm.
2) Pembuatan Lubang Tanam
Pembuatan lubang tanam pada jarak tanam yang dipilih sesuai dengan sistem tanam. Ukuran lubang tanam: 30 x 30 x 30 cm. Untuk membuat lubang tanam digunakan pacul, tugal atau alat lain.
3) Cara Penanaman
Penanaman yang baik dilakukan pada awal musim hujan. Langkah-langkah yang dilakukan:
  1. membuat lubang tanam sesuai dengan jarak dan sistem tanam yang dipilih;
  2. mengambil bibit nanas sehat dan baik dan menanam bibit pada lubang tanam yang tersedia masing-masing satu bibit per lubang tanam;
  3. tanah ditekan/dipadatkan di sekitar pangkal batang bibit nanas agar tidak mudah roboh dan akar tanaman dapat kontak langsung dengan air tanah;
  4. dilakukan penyiraman hingga tanah lembab dan basah;
  5. penanaman bibit nanas jangan terlalu dalam, 3-5 cm bagian pangkal batang tertimbun tanah agar bibit mudah busuk.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
1) Penjarangan dan Penyulaman
Penjarangan nanas tidak dilakukan karena tanaman nanas spesifik dan tidak berbentuk pohon. Kegiatan penyulaman nanas diperlukan, sebab ceding-ceding bibit nanas tidak tumbuh karena kesalahan teknis penanaman atau faktor bibit.
2) Penyiangan
Penyiangan diperlukan untuk membersihkan kebun nanas dari rumput liar dan gulma pesaing tanaman nanas dalam hal kebutuhan air, unsur hara dan sinar matahari. Rumput liar sering menjadi sarang dari dan penyakit. Waktu penyiangan tergantung dari pertumbuhan rumput liar di kebun, namun untuk menghemat biaya penyiangan dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemupukan.
Cara penyiangan dilakukan dengan mencabut rumput dengan tangan/kored/cangkul. Tanah di sekitar bedengan digemburkan dan ditimbunkan pada pangkal batang nanas sehingga membentuk guludan.
3) Pembubunan
Pembubunan diperlukan dalam penanaman nanas, dilakukan pada tepi bedengan yang seringkali longsor ketika diairi. Pembubunan sebaiknya mengambil tanah dari selokan atau parit di sekeliling bedengan, agar bedengan menjadi lebih tinggi dan parit menjadi lebih dalam, sehingga drainase menjadi normal kembali. Pembubunan berfungsi untuk memperbaiki struktur tanah dan akar yang keluar di permukaan tanah tertutup kembali sehingga tanaman nanas berdiri kuat.
4) Pemupukan
Pemupukan dilakukan setelah tanaman berumur 2-3 bulan dengan pupuk buatan. Pemupukan susulan berikutnya diulang tiap 3-4 bulan sekali sampai tanaman berbunga dan berbuah. Jenis dan dosis pupuk yang digunakan adalah:
  1. a) Pupuk NPK tablet (Pamafert)
    1. Komposisi kandungan N-P2O5-K2O-MgO-CaO adalah 17-8-12-0-2+mikro
    2. Bentuk pupuk berupa tablet, berat 4 gram setiap tablet
    3. Dosisi anjuran satu tablet tiap tanaman
  2. Pupuk tunggal berupa campuran ZA, TSP, atau SP-36 dan KCl
    1. Dosis anjuran 1: ZA 100 kg + TSP atau SP-36 60 kg + KCl 50 kg per hektar. Pupuk susulan diulang setiap 4 bulan sekali dengan dosis yang sama.
    2. Dosis anjuran 2: mulai umur 3 bulan setelah tanam dipupuk dengan ZA 125 kg atau urea 62,5 kg + TSP atau SP-36 75 kg/ha. Pada umur 6 bulan dipupuk kandang 10 ton/ha.
Cara pemberian pupuk dibenamkan/dimasukkan ke dalam parit sedalam 10-15 cm diantara barisan tanaman nanas, kemudian tutup dengan tanah. Cara lain: disemprotkan pada daun terutama pupuk Nitrogen dengan dosis 40 gram Urea per liter atau ± 900 liter larutan urea per hektar.
5) Pengairan dan Penyiraman
Sekalipun tanaman nanas tahan terhadap iklim kering, namun untuk pertumbuhan tanaman yang optimal diperlukan air yan cukup. Pengairan /penyiraman dilakukan 1-2 kali dalam seminggu atau tergantung keadaan cuaca. Tanaman nanas dewasa masih perlu pengairan untuk merangsang pembungaan dan pembuahan secara optimal. Pengairan dilakukan 2 minggu sekali. Tanah yang terlalu kering dapat menyebabkan pertumbuhan nanas kerdil dan buahnya kecil-kecil. Waktu pengairan yang paling baik adalah sore dan pagi hari dengan menggunakan mesin penyemprot atau embrat.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
  1. Penggerak buah (Thecla basilides Geyer)
    • Ciri: kupu-kupu berwarna coklat dan kupu-kupu betina meletakkan telurnya pada permukaan buah, kemudian menetas menjadi larva; bentuk larva pada bagian tubuh atas cembung, bagian bawah datar dan tubuh tertutup bulu-bulu halus pendek.
    • Gejala: menyerang buah dengan cara menggerek/melubangi daging buah; buah nanas yang diserang hama ini berlubang dan mengeluarkan getah, kemudian membusuk karena diikuti serangan cendawan atau bakteri.
    • Pengendalian:
      1. non kimiawi dengan menjaga kebersihan kebun serta membuang bagian tanaman yang terserang hama;
      2. kimiawi dengan menyemprot insektisida yang mangkus dan sangkil, seperti Basudin 60 EC atau Thiodan 35 EC pada konsentrasi yang dianjurkan.
  2. Kumbang (Carpophilus hemipterus L.)
    • Ciri: berupa kumbang kecil, berwarma coklat/hitam; larva berwarna putih kekuningan, berambut tipis, bentuk langsing berkaki 6.
    • Gejala: menyerang tanaman nanas yang gluka sehingga bergetah dan busuk oleh mikroorganisme lain (cendawan dan bakteri).
    • Pengendalian: dilakukan dengan menjaga kebersihan kebun dan pemberian insektisida.
  3. Lalat buah (Atherigona sp.)
    • Ciri: Lalat berukuran kecil, meletakkan telur pada bekas luka bagian buah, kemudian menjadi larva berwarna putih.
    • Gejala: merusak/ memakan daging buah hingga menyebabkan busuk lunak.
    • Pengendalian:
      1. non kimiawi dengan menjaga kebersihan kebun, membuang buah yang terserang lalat buah;
      2. kimiawi dengan cara disemprot insektisida yang mangkus dan sangkil, seperti Thiodan 35 EC atau Basudin EC pada konsentrasi yang dianjurkan.
  4. Thrips (Holopothrips ananasi Da Costa Lima)
    • Ciri: Tubuh thrips berukuran sangat kecil panjang sekitar 1,5 mm, berwarna coklat, dan bermata besar.
    • Gejala: menyerang tanaman dengan cara menghisap cairan sel daun sehingga menimbulkan bintik-bintik berwarna perak; pada tingkat serangan yang berat menyebabkan pertumbuhan tanaman muda terhambat.
    • Pengendalian:
      1. secara non kimiawi dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan kebun dan mengurangi ragam tanaman inang;
      2. (2) secara kimiawi dilakukan dengan penyemprotan insektisida: Mitac 200 EC atau Dicarol 25 SP pada konsentrasi yang dianjurkan.
  5. Sisik (Diaspis bromeliae Kerne)
    • Ciri: Serangga berukuran kecil diameter ± 2,5 mm, bulat dan datar, berwarna putih kekuningan/keabu-abuan, bergerombol menutupi buah dan daun, sehingga menyebabkan ukuran buah kecil dan pertumbuhan tanaman terhambat.
    • Pengendalian: dapat disemprot dengan insektisida Decis 2,5 EC atau Curacron 500 EC pada konsentrasi yang dianjurkan.
  6. Ulat buah (Tmolus echinon L)
    • Ciri: Serangga muda/dewasa berupa kupu-kupu berwarna coklat serta larva/ulat tertutup rambut halus dan kepalanya kecil.
    • Gejala: menyerang buah nanas dengan cara menggerek dan membuat lubang yang menyebabkan buah berlubang, bergetah dan sebagian buah memotong bagian tanaman yang terserang berat.
    • Pengendalian dilakukan dengan mengumpulkan/membunuh ulat secara mekanis, serta disemprot insektisida: Buldok 25 EC atau Thiodan 35 EC pada konsentrasi yang dianjurkan
  7. Hama lain: rayap, tikus, nematoda, bintil akar dan kutu tepung jeruk juga kadang-kadang menyerang tanaman nanas.
7.2. Penyakit
  1. Busuk hati dan busuk akar
    • Penyebab: cendawan Phytophthora parasitica Waterh dan P. cinnamomi Rands. Penyakit busuk hati disebut hearth rot, sedangkan busuk akar dinamakan root rot. Penyebaran penyakit dibantu bermacam-macam tanaman inang, air yang mengalir, alat-alat pertanian, curah hujan tinggi, tanah yang mengandung bahan organik dan kelembaban tanah tinggi antara 25-35 derajat C.
    • Gejala: pada daun terjadi perubahan warna menjadi hijau belang-belang kuning dan ujungnya.nekrotis; daun-daun muda mudah dicabut bagian pangkalnya membusuk dengan bau busuk berwarna coklat, dan akhirnya tanaman mati; pembusukan pada sistem perakaran.
    • Pengendalian:
      1. non kimiawi dilakukan dengan cara perbaikan drainase tanah, mengurangi kelembapan sekitar kebun, dan memotong/mencabut
        tanaman yang sakit;
      2. kimiawi dengan pencelupan bibit dalam larutan fungisida sebelum tanam, seperti Dithane M-45 atau Benlate.
  2. Busuk pangkal
    • Penyebab: cendawan Thielaviopsis paradoxa (de Seyn) Hohn atau Ceratocystis paradoxa (Dade) C. Moreu. Penyakit ini sering disebut base rot. Penyebaran penyakit dibantu tanaman inangnya, adanya luka-luka mekanis pada tanaman, angin, hujan dan tanah.
    • Gejala: pada bagian pangkal batang, daun, buah dan bibit menampakkan gejala busuk lunak berwarna coklat atau hitam, berbau khas, atau
      bercak-bercak putih kekuning-kuningan.
    • Pengendalian:
      1. non kimiawi dengan melakukan penyimpanan bibit sementara sebelum tanamn agar luka cepat sembuh, menanam bibit pada cuaca kering, dan menghindari luka-luka mekanis;
      2. kimiawi dengan perendaman bibit dalam larutan fungisida Benlate.
  3. Penyakit Lain
    • Penyakit adalah busuk bercak gabus pada buah disebabkan oleh cendawan Pinicillium funiculosum Thom, busuk bibit oleh cendawan Pythium sp., layu dan bercak kuning oleh virus yang belum diketahui secara pasti jenisnya.
    • Pengendalian: harus dilakukan secara terpadu, meliputi penggunaan bibit yang sehat, perbaikan kultur teknik budidaya secara intensif, pemotongan /pencabutan dan pemusnahan tanaman yang sakit.
7.3. Gulma
Penurunan produksi nanas dapat disebabkan oleh banyak dan dominannya gulma karena pemberian mulsa yang kurang baik sehingga pertumbuhan rumput subur.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Panen buah nanas dilakukan setelah nanas berumur 12-24 bulan, tergantung dari jenis bibit yang digunakan. Bibit yang berasal dari mahkota bunga berbuah pada umur 24 bulan, hingga panen buah setelah berumur 24 bulan. Tanaman yang berasal dari tunas batang dipanen setelah umur 18 bulan, sedangkan tunas akar setelah berumur 12 bulan. Ciri-ciri buah nanas yang siap dipanen:
  1. Mahkota buah terbuka.
  2. Tangkai ubah mengkerut.
  3. Mata buah lebih mendatar, besar dan bentuknya bulat.
  4. Warna bagian dasar buah kuning.
  5. Timbul aroma nanas yang harum dan khas.
8.2. Cara Panen
Tata cara panen buah nanas: memilih buah nanas yang menunjukkan tanda-tanda siap panen. Pangkal tangkai buah dipotong secara mendatar/miring dengan pisau tajam dan steril. Pemanenan dilakukan secara hati-hati agar tidak rusak dan memar.
8.3. Periode Panen
Tanaman nanas dipanen setelah berumur 12-24 bulan. Pemanenan buah nanas dilakukan bertahap sampai tiga kali. Panen pertama sekitar 25%, kedua 50%, dan ketiga 25% dari jumlah yang ada. Tanaman yang sudah berumur 4-5 tahun perlu diremajakan karena pertumbuhannya lambat dan buahnya kecil. Cara peremajaan adalah membongkar seluruh tanaman nanas untuk diganti dengan bibit yang baru. Penyiapan lahan sampai penanaman dilakukan seperti cara bercocok tanam pada lahan yang baru.
8.4. Prakiraan Produksi
Potensi produksi per hektar pada tanaman nanas yang dibudidayakan intensif dapat mencapai 38-75 ton/hektar. Pada umumnya rata-rata 20 ton/hektar, tergantung jenis nanas dan sistem tanam.
9. PASCAPANEN
Buah nanas termasuk komoditi buah yang mudah rusak, susut dan cepat busuk. Oleh karena itu, setelah panen memerlukan penanganan pascapanen yang memadai.
9.1. Pengumpulan
Setelah panen dilakukan pengumpulan buah ditempat penampungan hasil atau gudang sortasi.
9.2. Penyortiran dan Penggolongan
Kegiatan sortasi dimulai dengan memisahkan buah yang rusak, memar, busuk, atau mentah secara tersendiri dari buah yang bagus dan normal. Klasifikasi buah berdasarkan bentuk dan ukuran yang seragam, jenis maupun tingkat kematangannya.
9.3. Penyimpanan
Penyimpanan dilakukan jika harga turun, sehingga untuk menunggu harga naik maka dilakukan penyimpanan. Buah nanas biasanya disimpan dalam peti kemas dalam ruangan dingin yang suhunya sekitar 5 ° C.
9.4. Pengemasan dan Pengangkutan
Kegiatan pengemasan dimulai dengan mengeluarkan buah nanas dari lemari pemeraman, lalu dipilih (sortasi) berdasarkan tingkat kerusakannya agar seragam. Kemudian buah nanas dibungkus dengan kertas pembungkus lalu dikemas dalam keranjang bambu atau peti kayu atau dos karton bergelombang. Ukuran wadah pengemasan 60 x 30 x 30 cm yang diberi lubang ventilasi. Proses pengangkutan dimulai dengan memasukkan peti kemas secara teratur pada alat pengangkutan, buah nanas diangkut dan dipasarkan ke tempat pemasaran.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
10.1. Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya nanas dengan luas lahan 1 hektar di daerah Jawa Barat pada tahun 1999 adalah sebagai berikut:
  1. Biaya produksi
    1. Nilai sewa tanah per tahun Rp. 2.500.000,-
    2. Sprayer dan alat pertanian Rp. 600.000,-
    3. Bibit 45.000 batang @ Rp. 150,- Rp. 6.750.000,-
    4. Pupuk
      • Pupuk kandang 20 ton @ RP. 150.000,- Rp. 3.000.000,-
      • ZA 300 kg @ Rp. 1.250,- Rp. 375.000,-
      • TSP (SP-36) 200 kg @ Rp. 1.800,- Rp. 360.000,-
      • KCl 150 Kg @ Rp. 1.650,- Rp. 247.500,-
    5. Pestisida Rp. 400.000,-
    6. Pengolahan tanah borongan Rp. 1.500.000,-
    7. Pemupukan & penanaman 10 HKP @ Rp.7.000,- +100 HKW Rp. 570.000,-
    8. Pemeliharaan tanaman 200 HKW @ RP. 5.000,- +20 HKP Rp. 1.140.000,-
    9. Panen dan pascapanen 100 HKW +10 HKP Rp. 570.000,-
    10. Biaya lain-lain (tidak terduga 10%) Rp. 1.801.250,-
    • Jumlah biaya produksi Rp. 19.813.750,-
  2. Hasil penjualan dan laba (keuntungan)
    1. Produksi tahun ke-1: 75% x 45.000 x Rp 750,- /buah Rp. 25.312.500,-
    2. Biaya produksi tahun ke-1 Rp. 19.813.750,-
    3. Keuntungan tahun ke-1 Rp. 5.498.750,-
    4. Produksi tahun ke-2: 80% x 45.000 x Rp. 750,-/buah Rp. 27.000.000,-
    5. Biaya produksi tanpa dihitung bibit & alat pertanian tahun ke-2 Rp. 12.463.750,-
    6. Keuntungan ke-2 Rp. 7.350.000,-
  3. Parameter kelayakan usaha 1. B/C ratio = 1,28
10.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Prospek komoditas buah nanas sangat besar, terutama bila nanas diolah menjadi makanan kaleng seperti selai nanas, sirup buah nanas dan sirup kulit buah nanas. Pabrik pengalengan buah nanas sudah banyak di bangun, diantarnya dilakukan oleh PT Great Giant Pineapple di Lampung. Negara tujuan ekspor adalah Perancis, Jerman, dan Amerika Serikat. Walaupun daerah penghasil nanas sudah menyebar merata, Indonesia hingga saat ini hanya mampu mengekspor sebagian kecil saja dari kebutuhan dunia, 5%. Padahal menurut proyeksi, kebutuhan nanas dunia tahun 1996 akan naik sebesar 5% kebutuhan dunia saat ini. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan ini diperlukan pasokan nanas yang sangat besar. Tentu saja hal ini akan menjadi prospek yang baik bagi Indonesia. Hal yang perlu untuk dicermati adalah ekspor buah nanas Indonesia meningkat dalam 10 tahun terakhir. Ekspor Indonesia tahun 1987 sebesar 26.952 ton meningkat menjadi 83.997 ton pada tahun 1996. Dari segi nilai, Ekspor Indonesia pada tahun 1987 sebesar US$ 60.766 ribu pada tahun 1996. Sedangkan untuk impor nanas Indonesia mengalami peningkatan namun dalam jumlah kecil. Impor nanas meningkat dari 0,16 ton pada tahun 1987, meningkat menjadi 10,36 ton pada tahun 1995. Dalam era globalisasi ini, peluang pasar dunia semakin terbuka lebar untuk semua komoditas. Demikian juga komoditi nanas cukup besar peluang untuk memasuki pasar dunia baik dalam bentuk segar maupun dalam bentuk buah kaleng. Negara-negara di Asia Tenggara merupakan eksportir utama buah nanas dunia. Thailand merupakan negara eksportir terbesar pada tahun 1995, yaitu sekitar 39% dari ekspor nanas dunia.
11. STANDAR PRODUKSI
11.1. Ruang Lingkup
Standar ini meliputi syarat mutu, cara uji, cara pengambilan contoh dan cara pengemasan nanas.
11.2. Diskripsi
Standar mutu buah nanas sesuai dengan Standar Nasional Indonesia SNI 01-3166- 1992.
11.3. Klasifikasi dan Standar Mutu
Nanas digolongkan dalam dua jenis mutu, yaitu mutu I dan II.
  1. Kesamaan sifat varientas: mutu I=seragam; mutu II=seragam; cara uji organoleptik.
  2. Tingkat ketuaan: mutu I=tua, tidak terlalu matang dan tidak lunak; mutu II=tua, tidak terlalu matang dan tidak lunak; cara uji organoleptik.
  3. Kekerasan: mutu I=keras, mutu II=keras; cara uji organoleptik.
  4. Ukuran: mutu I=seragam, diameter min. 9,5 cm; mutu II=kurang seragam; cara uji SP-SMP-309-1981.
  5. Gagang: mutu I=teropong rapi; mutu II=teropong rapi; cara uji organoleptik.
  6. Mahkota: mutu I=satu, utuh rapi, ukuran normal; mutu II=tidak dipersyaratkan; cara uji organoleptik.
  7. Kerusakan (%): mutu I=maksimum 5; mutu II=maksimum 10; cara uji SP-SMP-310- 1981.
  8. Busuk (%): mutu I=maksimum 1; mutu II=maksimum 2; cara uji SP-SMP-311-1981.
  9. Kadar total padatan terlarut (%): mutu I=minimum 12; mutu II=minimum 12; cara uji SP-SMP-321-1981
  10. Kotoran: mutu I=bebas kotoran; mutu II=bebas kotoran; cara uji organoleptik.
11.4. Pengambilan Contoh
1) Produk dalam ikatan/kemasan
Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan seperti terlihat di bawah ini. Dari setiap kemasan/ikatan diambil contohnya sebanyak 5 buah nanas, dari bagian atas, tengah dan bawah. Contoh-contoh tersebut diacak bertingkat (stratified random sampling) sampai diperoleh minimum 5 buah untuk dianalisis.
  1. Jumlah ikatan/kemasan dalam partai adalah sampai dengan 100 : jumlah contoh 5
  2. Jumlah ikatan/kemasan dalam partai adalah 101 sampai 300 : jumlah contoh 7
  3. Jumlah ikatan/kemasan dalam partai adalah 301 sampai 500 : jumlah contoh 9
  4. Jumlah ikatan/kemasan dalam partai adalah 501 sampai 20 : jumlah contoh 10
  5. Jumlah ikatan/kemasan dalam partai adalah Lebih dari 1000 : jumlah contoh 15 (min)
Catatan: Khusus untuk pengujian kerusakan dan busuk, jumlah contoh akhir sebanyak 100 buah. Pengujian dapat dilakukan di lapangan.
2) Produk dalam curah (in bulk)
Sekurang-kurangnya 5 contoh diambil secara acak sesuai dengan jumlah berat total seperti terlihat di bawah ini. Contoh-contoh tersebut yang diambil dari bagian atas, tengah dan bawahserta berbagai sudut dicampur, kemudian diacak bertingkat (stratified random sampling) sampai diperoleh minimum 10 kg untuk dianalisa. Dalam hal berat nanas yang diambil contohnya lebih dari 2 kg/buah, setiap pengambilan contoh sekurang-kurangnya terdiri dari 5 buah nanas.
  1. Jumlah berat lot s/d 200 kg berat : contoh minimal yang diambil 10 kg
  2. 201 s/d 500 kg berat : contoh minimal yang diambil 20 kg
  3. 501 s/d 1000 kg berat : contoh minimal yang diambil 30 kg
  4. 1001 s/d 5000 kg berat : contoh minimal yang diambil 60 kg
  5. Lebih dari 5000 kg berat : contoh minimal yang diambil 100 kg
Catatan: Khusus untuk pengujian kerusakan dan busuk, jumlah contoh akhir sebanyak 100 buah. Pengujian dapat dilakukan dilapangan. Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang telah berpengalaman atau dilatih terlebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan suatu badan hukum.
11.5. Pengemasan
Nanas dikemas dalam keranjang bambu, peti kayu ataupun karton dengan atau tanpa bahan penyakit dengan berat bersih maksimum 40 kg. Atau diikat dengan tali, masing-masing ikatan terdiri dari maksimum 10 buah nanas. Pemberian merek untuk nanas yang dikemas dalam kemasan pada bagian luar kemasan diberi label yang bertuliskan:
  1. Nama barang.
  2. Jenis mutu.
  3. Nama/kode perusahaan/eksportir.
  4. Berat bersih.
  5. Jumlah nanas/kemasan.
  6. Daerah asal.
  7. Produksi Indonesia.
  8. Tempat/negara tujuan.
12. DAFTAR PUSTAKA
  1. AAK. 1998. Bertanam Pohon Buah-buahan. Kanisius. Yogyakarta
  2. Ashari, Semeru. 1995. Holtikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia Press (UI-Press). Jakarta
  3. Badan Agribisnis Departemen Pertanian. 1999. Investasi Agribisnis Komoditas Unggulan Tanaman Pangan dan Holtikultura. Kanisius. Yogyakarta
  4. E.W.M., Verheij & R.E. Coronel. 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara II; Buah-buahan Yang Dapat Dimakan. PT. Gramedia Pustaka Utama dan Prosea Indonesia & European Commission. Jakarta.
  5. Natawidjaja, P. Suparman. 1983. Mengenal Buah-buahan yang Bergizi. Pustaka Dian. Jakarta.
  6. Rukmana, Rahmat. 1996. Nanas Budidaya dan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta.
Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS

Cara Menanam Manggis

M A N G G I S
( Garcinia mangostana L. )
1. SEJARAH SINGKAT
Manggis merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan Asia Tenggara, yaitu hutan belantara Malaysia atau Indonesia. Dari Asia Tenggara, tanaman ini menyebar ke daerah Amerika Tengah dan daerah tropis lainnya seperti Srilanka, Malagasi, Karibia, Hawaii dan Australia Utara. Di Indonesia manggis disebut dengan berbagai macam nama lokal seperti manggu (Jawa Barat), Manggus (Lampung), Manggusto (Sulawesi Utara), Manggista (Sumatera Barat).
2. JENIS TANAMAN
Klasifikasi botani pohon manggis adalah sebagai berikut:
  • Divisi : Spermatophyta
    • Sub divisi : Angiospermae
      • Kelas : Dicotyledonae
        • Keluarga : Guttiferae
          • Genus : Garcinia
            • Spesies : Garcinia mangostana L
Balai Penelitian Pohon Buah-buahan Solok merekomendasikan tiga klon manggis, yaitu:
  1. Kelompok besar: panjang daun>20 cm; lebar>10 cm; ketebalan kulit buah>9 mm; diameter buah>6,5 cm; berat buah>140 gram; buah tiap tandan 1 butir.
  2. Kelompok sedang: panjang daun 17-20 cm; lebar 8,5-10 cm; ketebalan kulit buah 6-9 mm; diameter buah 5,5-6,5 cm; berat buah 70-140 gram; buah tiap tandan 1-2 butir.
  3. Kelompok kecil: panjang daun<17 cm; lebar<8,5 cm; ketebalan kulit buah<6 mm; diameter buah<5,5, cm; berat buah<70 gram; buah tiap tandan>2 butir. Klon yang dikembangkan adalah MBS1, MBS2, MBS3, MBS4, MBS5, MBS6 dan MBS 7.
3. MANFAAT TANAMAN
Buah manggis dapat disajikan dalam bentuk segar, sebagai buah kaleng, dibuat sirop/sari buah. Secara tradisional buah manggis adalah obat sariawan, wasir dan luka. Kulit buah dimanfaatkan sebagai pewarna termasuk untuk tekstil dan air rebusannya dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Batang pohon dipakai sebagai bahan bangunan, kayu bakar/ kerajinan.
4. SENTRA PENANAMAN
Pusat penanaman pohon manggis adalah Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Jawa Barat (Jasinga, Ciamis, Wanayasa), Sumatera Barat, Sumatera Utara, Riau, Jawa Timur dan Sulawesi Utara.
5. SYARAT TUMBUH
5.1. Iklim
  1. Dalam budidaya manggis, angin berperan dalam penyerbukan bunga untuk tumbuhnya buah. Angin yang baik tidak terlalu kencang.
  2. Daerah yang cocok untuk budidaya manggis adalah daerah yang memiliki curah hujan tahunan 1.500–2.500 mm/tahun dan merata sepanjang tahun.
  3. Temperatur udara yang ideal berada pada kisaran 22-32°C.
5.2. Media Tanam
  1. Tanah yang paling baik untuk budidaya manggis adalah tanah yang subur, gembur, mengandung bahan organik.
  2. Derajat keasaman tanah (pH tanah) ideal untuk budidaya manggis adalah 5–7.
  3. Untuk pertumbuhan tanaman manggis memerlukan daerah dengan drainase baik dan tidak tergenang serta air tanah berada pada kedalaman 50–200 m
5.3. Ketinggian Tempat
Pohon manggis dapat tumbuh di daerah dataran rendah sampai di ketinggian di bawah 1.000 m dpl. Pertumbuhan terbaik dicapai pada daerah dengan ketinggian di bawah 500-600 m dpl.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
Pohon manggis dapat diperbanyak dengan biji/bibit hasil penyambungan pucuk dan susuan. Pohon yang ditanam dari biji baru berbunga pada umur 10-15 tahun sedangkan yang ditanam dari bibit hasil sambungan dapat berbunga pada umur 5-7 tahun.
  1. 1) Persyaratan Benih
    1. Perbanyakan dengan biji untuk batang bawah Biji yang akan dijadikan benih diambil dari buah tua yang berisi 5-6 segmen daging buah dengan 1-2 segmen yang berbiji, tidak rusak, beratnya minimal satu gram dan daya kecambah sedikitnya 75%. Buah diambil dari pohon yang berumur sedikitnya 10 tahun.
    2. Untuk pembuatan bibit dengan cara sambungan diperlukan batang bawah dan pucuk (entres) yang sehat. Batang bawah adalah bibit dari biji berumur lebih dari dua tahun dengan diameter batang 0.5 cm dan kulitnya berwarna hijau kecoklatan.
  2. 2) Penyiapan Benih
    1. Perbanyakan dengan biji untuk batang bawah Untuk menghilangkan daging buah, rendam buah dalam air bersih selama 1 minggu (dua hari sekali air diganti) sehingga lendir dan jamur terbuang. Biji akan mengelupas dengan sendirinya dan biji dicuci sampai bersih. Celupkan biji kedalam fungisida Benlate dengan konsentrasi 3 g/L selama 2-5 menit. Keringanginkan biji di tempat teduh selama beberapa hari sampai kadar airnya 12-14%.
    2. Pucuk untuk sambungan berupa pucuk (satu buku) yang masih berdaun muda berasal dari pohon induk yang unggul dan sehat. Dua minggu sebelum penyambungan bagian bidang sayatan batang bawah dan pucuk diolesi zat pengatur tumbuh Adenin/Kinetin dengan konsentrasi 500 ppm untuk lebih memacu pertumbuhan.
  3. 3) Teknik Penyemaian Benih
    1. Perbanyakan dengan biji dalam bedengan Bedengan dibuat dengan ukuran lebar 100-120 cm dengan jarak antar bedengan 60-100 cm. Tanah diolah kedalam 30 cm, kemudian campurkan pasir, tanah dan bahan organik halus (3:2:1) dengan merata. Persemaian diberi atap jerami/daun kelapa dengan ketinggian sisi Timur 150-175 cm dan sisi Barat 10-125 cm. Benih ditanam di dalam lubang tanam berukuran 10 x 10 cm dengan jarak tanam 3 x 3 cm dan jarak antar baris 5 cm pada kedalaman 0,5-1,0 cm. Tutup benih dengan tanah dan selanjutnya bedengan ditutup dengan karung goni basah atau jerami setebal 3 cm. Persemaian disiram 1-2 kali sehari, diberi pupuk urea dan SP-36 masing-masing 2 g/tanaman setiap bulan. Setelah berumur 1 tahun, bibit dipindahkan ke dalam polybag ukuran 20 x 30 cm berisi campuran tanah dan kompos/pupuk kandang (1:1). Bibit ini dipelihara sampai berumur 2 tahun dan siap ditanam dilapangan/dijadikan batang bawah pada penyambungan.
    2. Penyemaian dan pembibitan di dalam polybag berukuran 20 x 30 cm. Satu/dua benih disemai di dalam polybag 20 x 30 cm yang dasarnya dilubangi kecil-kecil pada kedalaman 0.5-1.0 cm. Media tanam berupa campuran tanah halus, kompos/pupuk kandang halus dan pasir (1:1:1). Simpan polybag di bedengan yang sisinya dilingkari papan/bilah bambu agar polybag tidak roboh. Persemaian disiram 1-2 hari sekali dan diberi urea dan SP-36 sebanyak 2-3 g/tanaman setiap bulan. Bibit ini dipelihara sampai berumur 2 tahun dan siap ditanam di lapangan atau dijadikan batang bawah pada penyambungan.
    3. Perbanyakan dengan penyambungan pucuk : Adapun cara penyambungan pucuk adalah sebagai berikut:
      1. Potong bahan bawah setinggi 15-25 cm dari pangkal leher lalu buat celah di ujung batang sepanjang 3-5 cm.
      2. Runcingkan pangkal batang atas sepanjang 3-5 cm.
      3. Selipkan bagian runcing batang atas (pucuk) ke dalam celah batang bawah.
      4. Balut bidang pertautan batang bawah dan atas dengan tali rafia. Pembalutan dimulai dari atas, lalu ikat ujung balutan dengan kuat.
      5. Tutupi hasil sambungan dengan kantung plastik transparan dan simpan di tempat teduh. Setelah 2-3 minggu penutup dibuka dan bibit dibiarkan tumbuh selama 3-4 minggu. Balutan dapat dilepas setelah berumur 3 bulan yaitu pada saat bibit telah bertunas. Setelah berumur 6 bulan bibit siap dipindahtanamkan ke kebun.
      6. Selama penyambungan siram bibit secara rutin dan siangi gulma.
    4. Perbanyakan dengan penyambungan susuan Adapun cara penyambungan susuan adalah sebagai berikut:
      1. Pilih pohon induk yang produktif sebagai batang atas.
      2. Siapkan batang bawah di dalam polibag dan letakan di atas tempat yang lebih tinggi daripada pohon induk.
      3. Pilih satu cabang (entres) dari pohon induk untuk bahan cabang atas. Diameter cabang lebih kecil atau sama dengan batang bawah.
      4. Sayat batang bawah dengan kayunya kira-kira 1/3-1/2 diameter batang sepanjang 5-8 cm.
      5. Sayat pula cabang entres dengan cara yang sama.
      6. Satukan bidang sayatan kedua batang dan balut dengan tali rafia.
      7. Biarkan bibit susuan selama 5 - 6 bulan.
      8. Pelihara pohon induk dan batang bawah di dalam polibag dengan intensif.
      9. Susuan berhasil jika tumbuh tunas muda pada pucuk batang atas (entres) dan ada pembengkakan (kalus) di tempat ikatan tali.
      10. Bibit susuan yang baru dipotong segera disimpan di tempat teduh dengan penyinaran 30% selama 3-6 bulan sampai tumbuh tunas baru. Pada saat ini bibit siap dipindahtanamkan.
6.2. Pengolahan Media Tanam
  1. Persiapan : Penetapan areal untuk perkebunan mangga harus memperhatikan faktor kemudahan transportasi dan sumber air.
  2. Pembukaan Lahan
    1. Membongkar tanaman yang tidak diperlukan dan mematikan alang-alang serta menghilangkan rumput-rumput liar dan perdu dari areal tanam.
    2. Membajak tanah untuk menghilangkan bongkahan tanah yang terlalu besar.
  3. Pengaturan Jarak Tanam : Pada tanah yang kurang subur, jarak tanam dirapatkan sedangkan pada tanah subur, jarak tanam lebih renggang. Jarak tanam standar adalah 10 m dan diatur dengan cara:
    1. segi tiga sama kaki.
    2. diagonal.
    3. bujur sangkar (segi empat).
  4. Pemupukan : Bibit ditanam di musim hujan kecuali di daerah yang beririgasi sepanjang tahun. Sebelum tanam taburkan campuran 500 gram ZA, 250 gram SP-36 dan 200 gram KCl ke dalam lubang tanam dan tutup dengan tanah.
6.3. Teknik Penanaman
1) Pembuatan Lubang Tanam
Buat lubang tanam ukuran 50 x 50 cm sedalam 25 cm dan tempatkan tanah galian tanah di satu sisi. Perdalam lubang tanam sampai 50 cm dan tempatkan tanah galian di sisi lain. Keringanginkan lubang tanam 15-30 hari sebelum tanam. Kemudian masukkan tanah bagian dalam (galian ke dua) dan masukkan kembali lapisan tanah atas yang telah dicampur 20-30 kg pupuk kandang. Jarak antar lubang 8 x 10 m atau 10 x 10 m dihitung dari titik tengah lubang. Untuk lahan berlereng perlu dibuat teras, tanggul dan saluran drainase untuk mencegah erosi.
2) Cara Penanaman
Dengan jarak tanam 10x 10 m atau 8 x 10 m diperlukan 100-125 bibit per hektar. Cara menanam bibit yang benar adalah sebagai berikut:
  1. Siram bibit di dalam polybag dengan air sampai polibag dapat dilepaskan dengan mudah.
  2. Buang sebagian akar yang terlalu panjang dengan pisau/gunting tajam.
  3. Masukkan bibit ke tengah-tengah lubang tanam, timbun dengan tanah sampai batas akar dan padatkan tanah perlahan-lahan.
  4. Siram sampai tanah cukup lembab.
  5. Beri naungan yang terbuat dari tiang-tiang bambu beratap jerami. Jika sudah ada pepohonan di sekitarnya, pohon-pohon ini bisa berfungsi sebagai pelindung alami. Pohon pelindung harus bersifat alami dan mengubah iklim mikro, misalnya tanaman Albisia dan Lamtoro.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
1) Penyiangan
Lakukan penyiangan secara kontinyu dan sebaiknya dilakukan bersamaan dengan pemupukan dan penggemburanyaitu dua kali dalam setahun.
2) Perempalan/Pemangkasan
Ranting-ranting yang tumbuh kembar dan sudah tidak berbuah perlu dipangkas untuk mencegah serangan hama dan penyakit. Gunakan gunting pangkas yang bersih dan tajam untuk menghindari infeksi dan lapisi bekas pangkasan dengan ter.
3) Pemupukan
Jenis dan dosis pemupukan anjuran adalah:
  1. Pohon berumur 6 bulan dipupuk campuran urea, SP-36 dan KCl (3:2:1) sebanyak 200-250 gram/pohon.
  2. Pohon berumur 1-3 tahun dipupuk campuran 400-500 gram Urea, 650-700 gram SP-36 dan 900-1000 gram KCl (3:1:2) yang diberikan dalam dua sampai tiga kali.
  3. Pohon berumur 4 tahun dan seterusnya dipupuk campuran urea, SP-36 dan KCl (1:4:3) sebanyak 3-6 kg.pohon ditambah 40 kg/pohon pupuk kandang. Pupuk ditaburkan di dalam larikan/di dalam lubang-lubang di sekeliling batang dengan diameter sejauh ukuran tajuk pohon. Dalam larikan dan lubang sekitar 10-20 cm sedangkan jarak antar lubang sekitar 100-150 cm.
4) Pengairan dan Penyiraman
Tanaman yang berumur di bawah lima tahun memerlukan ketersediaan air yang cukup dan terus menerus sehingga harus disiram satu sampai dua hari sekali. Sedangkan pada pohon manggis yang berumur lebih dari lima tahun, frekuensi penyiraman berangsur-angsur dapat dikurangi. Penyiraman dilakukan pagi hari dengan cara menggenangi saluran irigasi atau disiram.
5) Pemberian Mulsa
Mulsa jerami dihamparkan setebal 3-5 cm menutupi tanah di sekeliling batang yang masih kecil untuk menekan gulma, menjaga kelembaban dan aerasi dan mengurangi penguapan air.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
  • Ulat bulu
    • Hama ini melubangi daun.
    • Pengendalian: (1) menjaga sanitasi lingkungan dan pemeliharaan tanaman yang baik; (2) penyemprotan insektisida Bayrusil 250 EC/Cymbush 50 EC dengan konsentrasi 0.1-0.2 %.
7.2. Penyakit
  1. Bercak daun
    • Penyebab: jamur Pestalotia sp., Gloesporium sp. dan Helminthosporium sp.
    • Gejala: bercak pada daun yang tidak beraturan berwarna abu-abu pada pusatnya (Pestalotia sp.), coklat (Helminthosporium sp.) dan hitam pada sisi atas dan bawah daun (Gloesporium sp.).
    • Pengendalian: mengurangi kelembaban yang berasal dari tanaman pelindung, memotong bagian yang terserang dan menyemprotkan fungisida Bayfidan 250 EC/Baycolar 300 EC dengan konsentrasi 0.1-0.2 %.
  2. Jamur upas
    • Penyebab: Corticium salmonicolor Berk.et Br.
    • Gejala: cabang/ranting mati karena jaringan kulit mengering.
    • Pengendalian: memotong cabang/ranting, mengerok kulit dan kayu yang terserang parah dan mengolesi bagian yang dipotong dengan cat, atau disemprot dengan Derosal 60 WP 0.1-0.2 %.
  3. Hawar benang
    • Penyebab: jamur Marasmius scandens Mass Dennis et Reid.
    • Gejala: miselium jamur tumbuh pada permukaan cabang dan ranting membentuk benang putih yang dapat meluas sampai menutupi permukaan bawah daun.
    • Pengendalian: menjaga kebersihan dan memangkas daun yang terserang.
  4. Kanker batang
    • Penyebab: jamur Botryophaerisa ribis.
    • Gejala: warna kulit batang dan cabang berubah dan mengeluarkan getah.
    • Pengendalian:
      1. perbaikan drainase, menjaga kebersihan kebun, pemotongan tanaman yang sakit;
      2. penyemprotan fungisida Benlate untuk kanker batang, Cobox atau Cupravit bagi penyakit lainnya.
  5. Hawar rambut
    • Penyebab: jamur Marasmius equicrinis Mull.
    • Gejala: permukaan tanaman manggis ditutupi bentuk serupa benang berwarna coklat tua kehitaman mirip ekor kuda.
    • Pengendalian: sama dengan kanker batang.
  6. Busuk buah
    • Penyebab: jamur Botryodiplodia theobromae Penz.
    • Gejala: diawali dengan dengan membusuknya pangkal buah dan meluas ke seluruh bagian buah sehingga kulit buah menjadi suram.
    • Pengendalian: sama dengan kanker batang.
  7. Busuk akar
    • Penyebab: jamur Fomes noxious Corner.
    • Gejala: akar busuk dan berwarna coklat.
    • Pengendalian: sama dengan kanker batang
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Tingkat kematangan sangat berpengaruh terhadap mutu dan daya simpan manggis. Buah dipanen setelah berumur 104 hari sejak bunga mekar (SBM). Umur panen dan ciri fisik manggis siap panen dapat dilihat berikut ini :
  1. Panen 104 hari: warna kulit hijau bintik ungu; berat 80-130 gram; diameter 55-60 mm.
  2. Panen 106 hari: warna kulit ungu merah 10-25%; berat 80-130 gram; diameter 55- 60 mm.
  3. Panen 108 hari: warna kulit ungu merah 25-50%; berat 80-130 gram; diameter 55- 60 mm.
  4. Panen 110 hari: warna kulit ungu merah 50-75%; berat 80-130 gram; diameter 55- 60 mm.
  5. Panen 114 hari: warna kulit ungu merah; berat 80-130 gram; diameter 55-65 mm.
Untuk konsumsi lokal, buah dipetik pada umur 114 SBM sedangkan untuk ekspor pada umur 104-108 SBM.
8.2. Cara Panen
Pemanenan dilakukan dengan cara memetik/memotong pangkal tangkai buah dengan alat bantu pisau tajam. Untuk mencapai buah di tempat yang tinggi dapat digunakan tangga bertingkat dari kayu/galah yang dilengkapi pisau dan keranjang di ujungnya. Pemanjatan seringkali diperlukan karena manggis adalah pohon hutan yang umurnya dapat lebih dari 25 tahun.
8.3. Periode Panen
Pohon manggis di Indonesia dipanen pada bulan November sampai Maret tahun berikutnya.
8.4. Perkiraan Produksi
Produksi panen pertama hanya 5-10 buah/pohon, kedua rata-rata 30 buah/pohon selanjutnya 600-1.000 buah/pohon sesuai dengan umur pohon. Pada puncak produksi, tanaman yang dipelihara intensif dapat menghasilkan 3.000 buah/pohon dengan rata-rata 2.000 buah/pohon. Produksi satu hektar (100 tanaman) dapat mencapai 200.000 butir atau sekitar 20 ton buah
9. PASCAPANEN
  1. Pengumpulan : Buah dikumpulkan di dalam wadah dan ditempatkan di lokasi yang teduh dan nyaman.
  2. Penyortiran dan Penggolongan : Tempatkan buah yang baik dengan yang rusak dan yang busuk dalam wadah yang berbeda. Lakukan penyortiran berdasarkan ukuran buah hasil pengelompokan dari Balai Penelitian Pohon Buah-buahan Solok yaitu besar, sedang dan kecil.
  3. Penyimpanan : Pada ruangan dengan temperatur 4-6 derajat C buah dapat tetap segar selama 40 hari sedangkan pada 9-12 derajat C tahan sampai 33 hari.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
10.1. Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya manggis seluas 1 hektar pada populasi 100-125 tanaman untuk inventasi selama 20 tahun. Analisis dilakukan pada tahun 1999 di Jawa Barat.
  1. Biaya produksi tahun ke-0
    1. Bibit stek sambung 125 batang Rp. 1.875.000,-
    2. Pupuk
      • Pupuk kandang 3 ton @ Rp 150.000,- Rp. 450.000,-
      • Urea 50 kg @ Rp 1.500,- Rp. 75.000,-
      • SP-36 25 kg @ Rp. 1.800,- Rp. 45.000,-
      • KCl 20 kg @ Rp. 1.650,- Rp. 33.000,-
    3. Tanam
      • Pembuatan lubang tanam 10 HKP @ Rp. 7000,- Rp. 70.000,-
      • Penanaman 5 HKP @ Rp. 7000,- Rp. 35.000,-
  2. Biaya produksi tahun ke-1 s.d. ke-6
    1. Sewa lahan 6 tahun Rp. 12.000.000,-
    2. Pupuk
      • Urea 375 kg @ Rp 1.500,- Rp. 562.500,-
      • SP-36 300 kg @ Rp 1.800,- Rp. 540.000,-
      • KCl 240 kg @ Rp. 1 650,- Rp. 396.000,-
    3. Pestisida
      • Insektisida 120 kg @ Rp. 50.000,- Rp. 6.000.000,-
      • Fungisida 120 liter @ Rp. 65.000,- Rp. 7.800.000,-
    4. Alat
      • Keranjang 50 buah Rp. 150.000,-
      • Cangkul 10 buah Rp. 100.000,-
      • Hand sprayer 2 buah @ Rp 350.000,- Rp. 700.000,-
    5. Tenaga kerja
      • Penyiangan 60 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 420.000,-
      • Pemupukan 90 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 630.000,-
      • Penyemprotan 480 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 3.360.000,-
      • Panen/pasca panen pertama 50 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 350.000,-
    6. Biaya tak terduga 10% Rp. 3.559.150,-
  3. Biaya produksi tahun ke-7 s.d. ke-20
    1. Sewa lahan selama 14 tahun Rp. 28.000.000,-
    2. Pupuk
      • Urea 875 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 1.312.500,-
      • TSP 700 kg @ Rp. 3.500,- Rp. 2.450.000,-
      • KCl 560 kg @ Rp. 1.650,- Rp. 924.000,-
      • NPK 350 kg @ Rp 2.400,- Rp. 840.000,-
      • Pupuk kandang 42 ton @ Rp. 150.000,- Rp. 6.300.000,-
    3. Pestisida
      • Insektisida 140 kg @ Rp. 50.000,- Rp 7.000.000,-
      • Fungisida 140 liter @ Rp. 65.000,- Rp. 9.100.000,-
    4. Alat
      • Keranjang 200 buah Rp. 600.000,-
    5. Tenaga kerja
      • Penyiangan 140 HKP @ Rp 7.000,- Rp. 980.000,-
      • Pemupukan 210 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 1.470.000,-
      • Penyemprotan 1.120 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 7.840.000,-
      • Panen dan pasca panen 10.000 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 70.000.000,-
    6. Biaya tak terduga 10% Rp. 13.436.650,-
    • Jumlah biaya produksi 20 tahun Rp. 186.953.800,-Rata-rata biaya produksi/tahun Rp. 9.347.690,-
  4. Pendapatan:
    1. Panen perdana tahun ke 6, Hasil rata-rata 30 buah/pohon Rp. 562.500,-
    2. Panen tahun ke 7 Hasil rata-rata 200 buah/pohon Rp. 3.750.000,-
    3. Panen tahun ke 8 Hasil rata-rata 800 buah/pohon Rp. 15.000.000,-
    4. Panen tahun ke 9 Hasil rata-rata 900 buah/pohon Rp. 16.875.000,-
    5. Panen tahun ke 10 Hasil rata-rata 1.500 buah/pohon Rp. 28.125.000,-
    6. Panen tahun ke 11 Hasil rata-rata1.750 buah/pohon Rp 32.812.000,-
    7. Panen tahun ke 12 – 18 Hasil rata-rata 2.000 buah/pohon Rp. 37.500.000 -
    8. Panen tahun ke 19 Hasil rata-rata 1.750 buah/pohon Rp. 10.500.000 -
    9. Panen tahun ke 20 Hasil rata-rata 1.500 buah/pohon Rp. 32.812.000,-
    10. Produksi selama 20 th hasil dari 100 ph 2.243.000 buah Rp. 336.450.000 -
  5. Keuntungan
    1. Keuntungan selama 20 tahun Rp. 149.496.200 -
    2. Keuntungan per tahun Rp. 7.474.810,-
  6. Parameter kelayakan usaha 1. Output/Input rasio = 1,8
Keterangan: HKP hari kerja pria, Keuntungan baru diraih tahun ke 11. Perkiraan tanaman produktif adalah 100 pohon/tahun, Harga jual rata-rata Rp. 60/buah. (tingkat petani, tahun 1999).
10.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Masyarakat dunia mengenal manggis sebagai Queen of fruits karena rasanya yang exotic yaitu manis, asam berpadu dengan sedikit sepat. Prospek pengembangan agribisnis manggis sangat cerah meningkat perminat buah ini di luar negeri banyak dan harganya relatif mahal. Taiwan adalah pasar terbesar manggis Indonesia, selama tahun 1994, Taiwan mengimpor manggis Indonesia sebanyak 2.235.177 kg atau 83% dari total ekspor buah Indonesia. Negara lain yang mengimpor manggis adalah a.l. Jepang, Brunei, Hongkong, Arab Saudi, Kuwait, Oman, Belanda, Perancis, Swis, Amerika Serikat. Peluang pasar luar negeri diperkirakan terus meningkat dengan penambahan volume 10,7% per tahun. Harga manggis di pasar tradisional relatif murah karena manggis yang dipasarkan di dalam negeri adalah sisa ekspor, jadi mutunya sudah tidak baik. Jika produsen dapat menghasilkan buah manggis dengan mutu yang merata dan konstan, sudah pasti harga tersebut akan jauh meningkat. Kendala agribisnis manggis adalah umur panen tanaman yang bisa mencapai 6 tahun, sehingga pengembalian modal tidak dapat berlangsung cepat. Karena itu diperlukan para pemodal kuat yang tetap dapat bertahan sampai modal agribisnis manggisnya kembali setelah menunggu 11 tahun sejak tanam.
11. STANDAR PRODUKSI
11.1. Ruang Lingkup
Standar ini meliputi diskripsi,klasifikasi dan standar mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan, cara pengemasan.
11.2. Diskripsi
Standar mutu buah manggis tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI 01–3211-1992.
11.3. Klasifikasi dan Standar Mutu
Terdiri dari 3 jenis mutu, yaitu mutu super, mutu I, mutu II.
  1. Keseragaman: mutu super=seragam; mutu I=seragam; mutu II=seragam.
  2. Diameter: mutu super>65 mm; mutu I=55–56 mm; mutu II<55 mm.
  3. Tingkat keseragaman: mutu super=segar; mutu I=segar; mutu=II segar.
  4. Warna kulit: mutu super hijau; mutu I=kemerahan s/d merah; mutu II=muda mengkilat
  5. Buah cacat atau busuk (jumlah/jumlah): mutu super=0%; mutu I=0%; mutu II=0%
  6. Tangkai dan atau kelopak: mutu super utuh, mutu I utuh, mutu II utuh
  7. kadar kotoran (b/b): mutu super=0%; mutu I=0%; mutu II=0%
  8. Serangga hidup dan atau mati :mutu super=tidak ada; mutu I=tidak ada; mutu=II tidak ada.
  9. Warna daging buah: mutu super=putih bersih; mutu I=khas manggis putih; mutu II=bersih khas manggis
Untuk pengklasifikasian dilakukan pengujian diantaranya adalah:
a) Penentuan ukur diameter
Ukur setiap panjang garis tengah yang tegak lurus pada tinggi buah manggis segar dari seluruh contoh uji dengan menggunakan alat pengukur diameter yang sesuai. Pisahkan sesuai dengan ketentuan penggolongan yang dinyatakan dalam standar yaitu>65 mm; 55–65 mm; <55 mm.
b) Penentuan buah cacat dan atau busuk pada buah manggis segar.
Hitung jumlah seluruh contoh uji buah segar, amati satu persatu dari buah yang bersangkutan dari secara visual dan organoleptik serta pisahkan buah yang cacat/busuk sesuai dengan jenis cacat dan batasan busuk sebagai berikut:
  1. Buah cacat cuaca dan mekanis yang rusak memar, luka pada kulit dan daging buah akibat tekanan, benturan dan getaran.
  2. Buah cacat fisiologis yaitu buah yang tingkat kematangannya sudah berlanjut.
  3. Buah cacat fisiologis yaitu buah yang tingkat kematangannya sudah berlanjut
  4. Buah cacat karena hama dan penyakit yaitu buah yang sudah tercemar oleh serangga dan pathogen perusak.
  5. Buah dinyatakan busuk apabila daging/kulit buah telah terlihat pembusukan yang dapat diidentifikasikan secara visual.
c) Penentuan kadar kotoran Timbang seluruh contoh uji buah manggis segar, amati secara visual adanya kotoran yaitu semua bahan bukan buah manggis segar seperti tanah, bahan tanaman yang nampak menempel pada buah manggis segar/berada pada kemasan yang tampak secara visual. Pisahkan kotoran yang terdapat pada buah manggis segar dan kemasan, seperti tanah, potongan daun/benda lain yang termasuk kotoran yang menempel pada buah manggis segar dan timbanglah.
d) Penentuan kesegaran
Hitung jumlah seluruh contoh uji buah manggis segar, amati satu persatu buah segar secara visual dan pisahkan buah yang dinyatakan tidak segar yaitu dengan memperhatikan kondisi kulit buah. Hitung jumlah satuan buah yang dinilai kurang segar dan hitung pula presentase jumlah satuan buah yang dinilai kurang segar terhadap jumlah seluruh contoh uji.
e) Penentuan adanya serangga hidup atau mati
Amati secara visual adanya serangga hidup dan mati pada buah dan kemasan.
11.4. Pengambilan Contoh
Suatu partai/lot buah manggis segar terdiri dari maksimum 1.000 kemasan. Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan seperti pada data dibawah ini :
  1. Jumlah kemasan dalam partai/lot 1–5: contoh yang diambil 5.
  2. Jumlah kemasan dalam partai/lot 6–100: contoh yang diambil 7.
  3. Jumlah kemasan dalam partai/lot 101–300: contoh yang diambil 9.
  4. Jumlah kemasan dalam partai/lot 301–500: contoh yang diambil 10.
  5. Jumlah kemasan dalam partai/lot 501–1000 : contoh yang diambil semua.
Dari setiap kemasan yang dipilih secara acak diambil sekurang-kurangnya 3 kg kemudian dicampur. Untuk kemasan dengan berat kurang dari 3 bungkus harus diambil contoh sekurang-kurangnya dari dua kemasan. Dari jumlah buah yang terkumpul kemudian secara acak contoh sekurang-kurangnya 3 kg untuk diuji. Petugas pengambil contoh harus yang memenuhi persyarat, yaitu orang yang telah berpengalaman/telah dilatih terlebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan suatu badan hukum.
11.5. Pengemasan
Buah manggis segar dikemas dengan kotak karton baru/keranjang plastik yang kokoh, baik, bersih dan kering, berventilasi, dengan berat bersih setiap kemasan sebesar 2 kg untuk kemasan karton dan 10 kg untuk kemasan keranjang plastik. Dan juga digunakan kemasan yang berat berdasarkan kesepakatan antara penjual dan pembeli.
12. DAFTAR PUSTAKA
  1. Rahmat Rukmana, Ir. 1995. Budidaya Manggis. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
  2. Rismunandar. 1986. Mengenal Tanaman Buah-buahan. Sinar Baru. Bandung
  3. Suyanti Satuhu. 1997. Penanganan Manggis Segar untuk Ekspor. Penebar Swadaya. Jakarta.
  4. Reza Tirtawinata, Ir. 1997. Memilih Biji Manggis untuk Bibit. Trubus No. 335.
  5. Reza Tirtawinata, Ir. 1998. Pohon Pelindung untuk Tanaman Manggis Muda. Trubus no. 342.
Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS