Showing posts with label cara menanam. Show all posts
Showing posts with label cara menanam. Show all posts

Cara Menanam Bunga Lotus

Lotus adalah

Cara Menanam Lobak

Lobak adalah tanaman sayuran

Cara Menanam Lidah buaya

Cara menanam lidah buaya tidaklah susah dan bisa dibilang sangat mudah. Anda dapat menanamnya di rumah dalam pot, polybag atau media lain yang terdapat di sekitar rumah. Tanaman lidah buaya dapat kita jadikan sebagai tanaman hias sekaligus sebagai tanaman herbal karenamanfaat lidah buaya dapat digunakan untuk mengatasi berbagai macam gangguan kesehatan maupun untuk kecantikan.


Ada banyak sekali khasiat lidah buaya yang bisa kita dapatkan seperti menyembuhkan luka, mengurangi jerawat, mengurangi kerutan wajah, dan juga bisa dijadikan jus untuk diet dan detoks. Jadi sangat rugi jika Anda tidak memiliki tanaman ini dirumah. Lantas bagaimana cara menanamnya? Simak ulasan di bawah ini seperti yang dikutip dari vemale.com.


Cara Menanam Lidah Buaya
image:gardenofeaden.blogspot.com

Hal pertama yang harus Anda persiapkan adalah bakal tanaman lidah buaya. Anda dapat membelinya pada penjual tanaman yang banyak terdapat di sekitar Anda berupa biji. Namun Anda juga dapat memotong bagian daun lidah buaya untuk ditanam sehingga lebih menghemat pengeluaran. Setelah bakal tanaman sudah siap, Anda dapat mengikuti step by step di bawah ini:
  • Siapkan pot khusus yang telah diisi dengan tanah. Media terbaik untuk menanam lidah buaya adalah tanah pasir kering yang juga bisa Anda campur dengan perlite, granit, grit, dan arang. Jangan lupa juga untuk melubangi bagian bawah pot agar air bisa mengalir. 
  • Kemudian masukkan bakal tanaman lidah buaya ke dalam tanah pada pot.
  • Jika Anda menggunakan potongan lidah buaya, maka Anda hanya cukup mengubur separuhnya saja. Namun Anda harus sedikit bersabar karena tanaman baru dapat tumbuh menjadi tanaman baru setelah beberapa minggu atau bahkan bulan. Namun jika Anda menggunakan biji, maka dalam waktu kurang lebih dua minggu sudah dapat tumbuh menjadi tanaman baru.
  • Untuk perawatan, Anda dapat menyirami tanaman ini setiap hari setelah tumbuh. Namun jangan memberikan air yang terlalu banyak karena dapat membuat akar menjadi busuk. Bahkan tidak menjadi masalah jika Anda lupa tidak menyirami tanaman lidah buaya selama seminggu.
  • Untuk mempercepat pertumbuhan tanaman lidah buaya, Anda dapat menggunakan pupuk.
Untuk pemanenannya, sebaiknya Anda memetik daun pada bagian yang paling bawah. Karena daun pada bagian bawah merupakan salah satu bagian yang sangat berpotensi. Cukup mudah dan tidak sulit bukan? Selamat mencoba!

sumber :http://manfaatlidahbuayaalami.blogspot.com/

Cara Menanam Lumut

Bahan & alat yang dibutuhkan:
  1. Tempat tanam (bisa pot);
  2. Moss;
  3. Pasir vulkanik yang diayak halus;
  4. Campuran tanah, humus & pupuk organik;
  5. Ayakan pasir;
  6. Kuas sedang;
  7. Lumut yang akan ditanam.
Cara:
  1. Tempat tanam (pot) diberi moss dengan rata minimal 1 cm dan tergantung kebutuhan. Moss ditebar di paling dasar dengan tujuan untuk menjaga sediaan air & menjaga kelembaban;
  2. Di atas moss ditaburi lapisan pasir vulkanik secara merata;
  3. Kemudian di atasnya dilapisi dengan media tanam lumut yang berupa campuran tanah, humus & pupuk organik yang sudah dihaluskan;
  4. Bentuk media tanam sesuai kontur yang diinginkan;
  5. Siram media tanam yang telah berkontur dengan air bersih menggunakan sprayer halus secukupnya guna melekatkan lumut yang hendak di tanam;
  6. Tanam lumut dengan cara menempelkannya pada media berkontur TANPA DITEKAN ke atas media sesuai tempat & bentuk yang diinginkan;
  7. Sedikit tekan sisi-sisi luar setiap potongan lumut menggunakan ujung-ujung jari tangan agar lebih menempel pada media tanam;
  8. Taburi sambungan-sambungan antar potongan lumut dengan pasir vulkanik yang telah diayak halus secara merata;
  9. Pasir yang telah ditaburkan kemudian dicocok menggunakan kuas halus ukuran sedang agar lebih mampu mengisi rongga-rongga kosong sambungan maupun ruang antara potongan lumut dengan media;
  10. Semprot lumut yang baru saja ditanam menggunakan sprayer halus secukupnya;
  11. Bersihkan wadah tanam (pot) dari kotoran, tempatkan di posisi yang mampu memberi suhu 16-27⁰ celcius dan kelembaban serta sinar yang cukup;

Cara Menanam Lengkuas

Cara Tanam Lengkuas


Berikut adalah budidaya tanaman Lengkuas yang baik dan benar, Tanaman dapat diperbanyak dengan rimpang atau biji, namun umumnya lebih mudah diperbanyak dengan menggunakan rimpang. Rimpang yang baik untuk bibit adalah bagian ujungnya. Pengolahan tanah dilakukan dengan menggemburkan tanah dan dibuat guludan-guludan. Pupuk yang digunakan meliputi pupuk kandang, kompos, dan pupuk buatan. Juga diperlukan bahan-bahan kimia untuk pemberantasan gulma. Panen dilakukan pada saat tanaman berumur 2½ – 3 bulan, dan jangan lebih tua dari umur tersebut, karena rimpang akan mengandung serat kasar yang tidak disukai di pasaran.

Perbanyakan tanaman lengkuas dapat menggunakan potongan rimpang yang sudah tua dan bertunas atau rimpang anakan, kemudian dipecah-pecah menjadi beberapa ruas dengan 2-3 tunas dalam tiap pecahannya atau disesuaikan dengan rencana kebutuhannya. Rimpang tua sebaiknya dipilih yang beratnya 50 gram, dan ukurannya seragam. Rimpang dapat ditunaskan di atas 3- 5 lapisan jerami atau alang-alang alang- alang yang dihamparkan di atas tanah. Penyemaian juga dapat dilakukan di atas rak- rak kayu. Penyiraman selama pembibitan sampai bertunas dilakukan untuk memelihara sebagian besar mata rimpang. Pertunasan dianggap cukup bila semua atau sebagian besar mata rimpang sudah tumbuh 1- 2cm, biasanya berumur 3-4 minggu. Setelah rimpang bertunas atau dipelihara selam 1-2 bulan, bibit yang pertumbuhannya seragam siap ditanam di lahan. Untuk proses pembibitan, pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan hingga pemanenan lebih mendalam yaitu sebagai berikut: 
Pembibitan 

Persyaratan bibit : bibit berkualitas adalah bibit yang memenuhi syarat mutu genetik, mutu fisiologik (persentase tumbuh yang tinggi), dan mutu fisik. Yang dimaksud dengan mutu fisik adalah bibit yang bebas hama dan penyakit. Oleh karena itu kriteria yang harus dipenuhi yaitu: (1) Bahan bibit diambil langsung dari kebun (bukan dari pasar). (2) Dipilih bahan bibit dari tanaman yang sudah tua (berumur 9-10 bulan). (3) Dipilih pula dari tanaman yang sehat dan kulit rimpang tidak terluka atau lecet.

Teknik penyemaian bibit: untuk pertumbuhan tanaman yang serentak atau seragam, bibit jangan langsung ditanam sebaiknya terlebih dahulu dikecambahkan. Penyemaian bibit dapat dilakukan dengan peti kayu atau dengan bedengan.

1) Penyemaian pada peti kayu

Rimpang yang baru dipanen dijemur sementara (tidak sampai kering), kemudian disimpan sekitar 1-1,5 bulan. Patahkan rimpang tersebut dengan tangan dimana setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas dan dijemur ulang 1/2-1 hari. Selanjutnya potongan bakal bibit tersebut dikemas ke dalam karung beranyaman jarang, lalu dicelupkan dalam larutan fungisida dan zat pengatur tumbuh sekitar 1 menit kemudian keringkan. Setelah itu dimasukkan kedalam peti kayu. Lakukan cara penyemaian dengan peti kayu sebagai berikut: pada bagian dasar peti kayu diletakkan bakal bibit selapis, kemudian di atasnya diberi abu gosok atau sekam padi, demikian seterusnya sehingga yang paling atas adalah abu gosok atau sekam padi tersebut. Setelah 2-4 minggu lagi, bibit tersebut sudah disemai.

2) Penyemaian pada bedengan

Buat rumah penyemaian sederhana ukuran 10 x 8 m untuk menanam bibit 1 ton (kebutuhan seluas 1 ha). Di dalam rumah penyemaian tersebut dibuat bedengan dari tumpukan jerami setebal 10 cm. Rimpang bakal bibit disusun pada bedengan jerami lalu ditutup jerami, dan di atasnya diberi rimpang lalu diberi jerami pula, demikian seterusnya, sehingga didapatkan 4 susunan lapis rimpang dengan bagian atas berupa jerami. Perawatan bibit pada bedengan dapat dilakukan dengan penyiraman setiap hari dan sesekali disemprot dengan fungisida. Setelah 2 minggu, biasanya rimpang sudah bertunas. Bila bibit bertunas dipilih agar tidak terbawa bibit berkualitas rendah. Bibit hasil seleksi itu dipatah-patahkan dengan tangan dan setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas dan beratnya 40-60 gram.

3) Penyiapan Bibit

Sebelum ditanam, bibit harus dibebaskan dari ancaman penyakit dengan cara bibit tersebut dimasukkan ke dalam karung dan dicelupkan ke dalam larutan fungisida sekitar 8 jam. Kemudian bibit dijemur 2-4 jam, barulah ditanam. 
Pengolahan Lahan 
1) Persiapan Lahan: Untuk mendapatkan hasil panen yang optimal harus diperhatikan syarat-syarat tumbuh yang dibutuhkan tanaman. Bila keasaman tanah yang ada tidak sesuai dengan keasaman tanah yang dibutuhkan tanaman maka harus ditambah atau dikurangi keasaman dengan kapur.

2) Pembukaan Lahan: Pengolahan tanah diawali dengan dibajak sedalam kurang lebih dari 30 cm dengan tujuan untuk mendapatkan kondisi tanah yang gembur atau remah dan membersihkan tanaman pengganggu. Setelah itu tanah dibiarkan 2-4 minggu agar gas-gas beracun menguap serta bibit penyakit dan hama akan mati terkena sinar matahari. Apabila pada pengolahan tanah pertama dirasakan belum juga gembur, maka dapat dilakukan pengolahan tanah yang kedua sekitar 2-3 minggu sebelum tanam dan sekaligus diberikan pupuk kandang dengan dosis 1.500-2.500 kg.

3) Pembentukan Bedengan: Pada daerah-daerah yang kondisi air tanahnya jelek dan sekaligus untuk mencegah terjadinya genangan air, sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan dengan ukuran tinggi 20-30 cm, lebar 80-100 cm, sedangkan panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan.

4) Pengapuran: Pada tanah dengan pH rendah, sebagian besar unsur-unsur hara didalamnya, terutama fosfor (p) dan calcium (Ca) dalam keadaan tidak tersedia atau sulit diserap. Kondisi tanah yang masam ini dapat menjadi media perkembangan beberapa cendawan penyebab penyakit fusarium sp dan pythium sp. Pengapuran juga berfungsi menambah unsur kalium yang sangat diperlukan tanaman untuk mengeraskan bagian tanaman yang berkayu, merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mempertebal dinding sel buah dan merangsang pembentukan biji.

· Derajat keasaman < 4 (paling asam): kebutuhan dolomit > 10 ton/ha.

· Derajat keasaman 5 (asam): kebutuhan dolomit 5.5 ton/ha.

· Derajat keasaman 6 (agak asam): kebutuhan dolomit 0.8 ton/ha. 
Penanaman 

1) Penentuan pola tanaman: Pembudidayaan secara monokultur pada suatu daerah tertentu memang dinilai cukup rasional, karena mampu memberikan produksi dan produksi tinggi. Namun di daerah, pembudidayaan tanaman secara monokultur kurang dapat diterima karena selalu menimbulkan kerugian. Penanaman secara tumpangsari dengan tanaman lain mempunyai keuntungan-keuntungan sebagai berikut:

· Mengurangi kerugian yang disebabkan naik turunnya harga.

· Menekan biaya kerja, seperti: tenaga kerja pemeliharaan tanaman.

· Meningkatkan produktivitas lahan.

· Memperbaiki sifat fisik dan mengawetkan tanah akibat rendahnya pertumbuhan gulma (tanaman pengganggu).

2) Pembutan lubang tanam: Untuk menghindari pertumbuhan yang jelek, karena kondisi air tanah yang buruk, maka sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan. Selanjutnya buat lubang-lubang kecil atau alur sedalam 3-7,5 cm untuk menanam bibit.

3) Cara penanaman: Cara penanaman dilakukan dengan cara melekatkan bibit rimpang secara rebah ke dalam lubang tanam atau alur yang sudah disiapkan.

4) Perioda tanam: Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan sekitar bulan September dan Oktober. Hal ini dimungkinkan karena tanaman muda akan membutuhkan air cukup banyak untuk pertumbuhannya. 
Pemeliharaan 

1) Penyulaman: Sekitar 2-3 minggu setelah tanam, hendaknya diadakan pengecekan untuk melihat rimpang yang mati. Bila demikian harus segera dilaksanakan penyulaman agar pertumbuhan bibit sulaman itu tidak jauh tertinggal dengan tanaman lain, maka sebaiknya dipilih bibit rimpang yang baik serta pemeliharaan yang benar.

2) Penyiangan: Penyiangan pertama dilakukan ketika tanaman berumur 2-4 minggu kemudian dilanjutkan 3-6 minggu sekali. Tergantung pada kondisi tanaman pengganggu yang tumbuh. Namun setelah berumur 6-7 bulan, sebaiknya tidak perlu dilakukan penyiangan lagi, sebab pada umur tersebut rimpangnya mulai besar.

3) Pembubunan: Tanaman memerlukan tanah yang peredaran udara dan air dapat berjalan dengan baik, maka tanah harus digemburkan. Disamping itu tujuan pembubunan untuk menimbun rimpang yang kadang-kadang muncul ke atas permukaan tanah. Apabila tanaman masih muda, cukup tanah dicangkul tipis di sekeliling rumpun dengan jarak kurang lebih 30 cm. Pada bulan berikutnya dapat diperdalam dan diperlebar setiap kali pembubunan akan berbentuk gubidan dan sekaligus terbentuk sistem pengairan yang berfungsi untuk menyalurkan kelebihan air. Pertama kali dilakukan pembumbunan pada waktu tanaman berbentuk rumpun yang terdiri atas 3-4 batang semu, umumnya pembubunan dilakukan 2-3 kali selama umur tanaman. Namun tergantung kepada kondisi tanah dan banyaknya hujan.

4) Pemupukan:

a) Pemupukan organik: Pada pertanian organik yang tidak menggunakan bahan kimia termasuk pupuk buatan dan obat-obatan, maka pemupukan secara organik yaitu dengan menggunakan pupuk kompos organik atau pupuk kandang dilakukan lebih sering dibanding kalau kita menggunakan pupuk buatan. Adapun pemberian pupuk kompos organik ini dilakukan pada awal pertanaman pada saat pembuatan guludan sebagai pupuk dasar sebanyak 60 – 80 ton per hektar yang ditebar dan dicampur tanah olahan. Untuk menghemat pemakaian pupuk kompos dapat juga dilakukan dengan jalan mengisi tiap-tiap lobang tanam di awal pertanaman sebanyak 0.5 – 1kg per tanaman. Pupuk sisipan selanjutnya dilakukan pada umur 2 – 3 bulan, 4 – 6 bulan, dan 8 – 10 bulan. Adapun dosis pupuk sisipan sebanyak 2 – 3 kg per tanaman. Pemberian pupuk kompos ini biasanya dilakukan setelah kegiatan penyiangan dan bersamaan dengan kegiatan pembubunan.

b) Pemupukan konvensional: Selain pupuk dasar (pada awal penanaman), tanaman perlu diberi pupuk susulan kedua (pada saat tanaman berumur 2-4 bulan). Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk organik 15-20 ton/ha. Pemupukan tahap kedua digunakan pupuk kandang dan pupuk buatan (urea 20 gram/pohon; TSP 10 gram/pohon; dan ZK 10 gram/pohon), serta K2O (112 kg/ha) pada tanaman yang berumur 4 bulan. Pemupukan juga dilakukan dengan pupuk nitrogen (60 kg/ha), P2O5 (50 kg/ha), dan K2O (75 kg/ha). Pupuk P diberikan pada awal tanam, pupuk N dan K diberikan pada awal tanam (1/3 dosis) dan sisanya (2/3 dosis) diberikan pada saat tanaman berumur 2 bulan dan 4 bulan. Pupuk diberikan dengan ditebarkan secara merata di sekitar tanaman atau dalam bentuk alur dan ditanam di sela-sela tanaman.

5) Pengairan dan penyiraman: Tanaman lengkuas tidak memerlukan air yang terlalu banyak untuk pertumbuhannya, akan tetapi pada awal masa tanam diusahakan penanaman pada awal musim hujan sekitar bulan september.

6) Waktu penyemprotan pestisida: Penyemprotan pestisida sebaiknya dilakukan mulai dari saat penyimpanan bibit yang untuk disemai dan pada saat pemeliharaan. Penyemprotan pestisida pada fase pemeliharaan biasanya dicampur dengan pupuk organik cair atau vitamin-vitamin yang mendorong pertumbuhan. 
Panen 

Waktu panen simplisis rimpang lengkuas di tandai dengan berakhirnya pertumbuhan vegetative seperti daun menunjukkan gejala kelayuan secara fisiologis. Pada keadaan ini rimpang telah berukuran optimal dan umur di lahan 10-12 bulan untuk lengkuas. Pemanenan dilakuakn dengan cara membongkar rimpang dengan garpu atau cagkul secara hati-hati agar tidak terluka atau rusak. Tanah yang menempel pada rimpang di bersihkan dengan cara di pukul pelan-pelan sehingga tanah terlepas. 
Pasca panen 

1) Pencucian

Rimpang yang telah di hilangkan batang, daun dan akarnya tersebut kemudian di bawa ke tempat pencucian. Rimpang direndam di dalam bak pencucian selama 2-3 jam. Selanjutnya rimpang di cuci sambil disortasi. Setelah bersih, rimpang segera di tiriskan dalam rak-rak peniris selama satu hari. Penirisan sebaiknya di lakukan dalam ruangan atau ditempat yang tidak terkena sinar matahari langsung.

2) Perajangan

Perajangan untuk mempermudah pengeringan rimpang lengkuas. Jika lengkuas hendak dikonsumsi dalam keadaan segar maka perajangan tidak perlu di lakukan. Dan rimpang dapat segera di manfaatkan setelah di cuci dan ditiriskan. Perajangan dapat menggunakan mesin atau perajang manual. Arah irisan melintng agar sel-sel yang mengandung minyak atsiri tidak pecah. Dan kadarnya tidak menmurun akibat penguapan. Tebal irisan rimpang antara 4-6 mm. Untuk mendapatkan warna dan kualitas lengkus yang bagus, setelah perajangan rimpang lengkuas diuapi dengan uap panas atau di celup dalam air mendidih selama 1 jam sebelum dikeringkan.

3) Pengeringan

Pengeringan rimpang lengkuas dapat menggunakan matahari langsung, alat pengering beretenaga sinar matahari, di angin-anginkan, atau memakai mesin pengeringan.

· Dengan matahari langsung

Pengeringan dilakukan di tempat cahaya matahari langsung. Sistem ini menggunakan waktu yang agak lama tergantung intensitas dan lama penyinaran.

· Penmgeringan dengan alat berenergi cahaya matahari.

Masih tergantung pada intensitas cahaya dan lama penyinaran, tetapi waktunya relative lebih singkat. Untuk itu, bahan di hamparkan di atas rak pengering.

· Pengeringan dengan mesin

Pengeringan dengan mesin selain lebih cepat juga hasilnya lebih berkualitas. Hal yang perlu di perhatik an dalam pengeringan dengan mesin pengering ini adalah suhu pengeringan yang tepat. Untuk rimpang lengkuas sebaiknya di gunakan suhu pengeringan antara 40-60 0c. waktu yang dibutuhkan 3-4 hari.


Sumber: http://om-tani.blogspot.com/

Cara Menanam Lemon

Menanam Lemon
Jeruk lemon atau jeruk sitrun semakin popular saja di kalangan masyarakat kita. Ya, jika jaman dahulu masyarakat kita hanya familiar dengan jeruk purut sebagai bahan pelengkap masakan, maka kini jeruk lemon tampil sebagai bahan pelengkap masakan yang nikmat dan menyegarkan.
Kehadiran chef berpengalaman internasional di televise yang senantiasa menggunakan jenis jeruk lemon ini menyebabkan masyarakat antusias untuk menyerbu jeruk lemon sebagai bahan pelengkap sajian hidangan mereka. Ya, jeruk lemon selain berfungsi sebagai pelengkap masakan juga berfungsi sebagai pelengkap minuman yang menyegarkan dan kaya vitamin C. Sebut saja lemon tea yang memiliki banyak penggemar.
Untuk itu, seiring dengan kepopuleran jeruk lemon maka banyak yang mulai membudidayakan jeruk lemon demi memenuhi kebutuhan pasar. Apakah Anda tertarik untuk ikut membudidayakan buah jeruk berwarna kuning mengkilat ini? Berikut ini panduan praktis cara budidaya bagi Anda yang ingin membudidayakannya.

Syarat Tumbuh Tanaman Jeruk Lemon

Tanaman jeruk lemon sangat baik ditanam di area yang berkriteria sebagai berikut ini :
  1. Tanah yang gembur dan organic. Pastikan bahwa lahan yang akan Anda tanami memiliki kandungan organic yang baik sehingga pohon jeruk lemon dapat tercukupi nutrisinya. Jika Anda ingin menggemburkan tanah dengan menggunakan pupuk, maka pilihlah pupuk organic yang alami dan bebas bahan kimia.
  2. Tanah yang akan ditanami memiliki tingkat garam yang rendah.
  3. Tanah yang akan ditanami bebas dari gulma dan tanaman pengganggu lainnya.
  4. Tanah tidak tergenang air, tidak becek dan tidak terlalu basah.
  5. Lahan mendapatkan sinar matahari yang cukup besar.
  6. Jeruk lemon dapat tumbuh di dataran tinggi maupun rendah, di daerah tropis seperti negara kita maupun di negara subtropics.

Budidaya Jeruk Lemon

Jika Anda sudah siap memenuhi kriteria tumbuh tanaman jeruk lemon di atas maka kini saatnya mencermati teknik budidaya jeruk lemon yang berurutan, dimulai dari penyiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemupukan dan pemeliharaan serta pemanenan.

Penyiapan Lahan

Seperti layaknya bercocok tanam jenis pohon jeruk lainnya, Anda perlu menyiapkan lahan yang cukup luas untuk ditanami pohon jeruk lemon. Undukan tanah perlu Anda buat untuk ditanami masing-masing bibit dan berikan jarak antara tanaman jeruk lemon satu dengan lainnya.
Tips: Pilihlah cara tanam yang tepat dengan memperhatikan arah mata angin yang tepat agar sinar matahari dapat menempa langsung pohon jeruk lemon yang Anda tanami. Selain itu, pastikan agar air tidak menggenangi pohon jeruk lemon dengan cara membuat parit-parit kecil sebagai tempat mengalirnya air di kala hujan. Genangan air ini akan menurunkan kualitas dari buah lemon yang dihasilkan.
Perhatikan kedalaman lubang tanaman dan sesuaikan dengan akar bibit agar bibit dapat mencengkeram tanah dengan baik.

Pembibitan

Cara pembibitan dapat Anda lakukan dengan mendatangkan bibit yang terjamin kualitasnya dan diakui secara legal oleh negara. Pembibitan ini merupakan salah satu kunci penting dari kualitas buah yang akan dihasilkan. Untuk itu, kualitas bibit harus benar-benar Anda perhatikan dengan seksama.

Penanaman

Penanaman dapat Anda lakukan kapan saja karena pada dasarnya pohon jeruk mampu bertahan hidup di segala musim, asalkan cara menanam tepat dan syarat tumbuhnya terpenuhi. Teknik menanam dilakukan dengan menancapkan bibit ke masing-masing undukan tanah yang telah dibuat. Pastikan bibit buah jeruk lemon mendapatkan sinar matahari yang cukup dan air yang tidak berlebihan.

Pemupukan

Pemupukan dapat dilakukan maksimal 4x dalam satu tahun dengan menggunakan kombinasi pupuk yang direkomendasikan seperti pupuk kandang, TPK, ZK dan kompos. Tentunya pemberian pupuk ini harus dilakukan secara bijaksana dan tepat waktu.
Perawatan lain yang perlu diperhatikan adalah pengusiran hama tanaman yang dapat berupa lalat buah, ulat, tungau, dan masih banyak lagi. Anda bisa memasang jebakan untuk mengusir lalat buah atau menyemprotkan zat tertentu untuk menyelamatkan buah dari hama penyerang.
Jangan lupa bagi Anda yang ingin berbudi daya tanaman jeruk lemon, penebangan sebagian batang utama perlu dilakukan untuk peningkatan jumlah cabang sehingga produktivitas pohon jeruk lemon dapat terpelihara dan meningkat dari tahun ke tahun. Selain itu, jumlah buah yang terlalu banyak pada musim panen pertama dapat Anda pangkas untuk produktivitas buah di tahun mendatang.

Pemanenan

Pemanenan buah jeruk lemon dapat Anda lakukan saat buah benar-benar matang. Pasalnya, buah jeruk merupakan jenis buah yang hanya dapat mematangkan diri di pohon dan setelah dipetik maka ia akan berhenti melakukan proses pematangan. Usia buah yang ideal untuk dipanen adalah 30-36 minggu.

Cara Menanam Labu siam

Labu siam (Sechium edule) adalah tanaman yang masuk dalam famili Cucurbitaceae. Tanaman ini memiliki ciri batang penunjang menjalar, lunak dan mengandung air. Warna buah labu siam sangat beragam, dari mulai kuning, hijau muda juga hijau tua. Di Indonesia, labu ini memiliki banyak sebutan, ada yang menamakannya waluh siem, labu Jepang, ada juga yang menyebutnya labu Jipang.
Tanaman labu siam tumbuh dengan merambat ke para-para. Besar buahnya dua kali kepalan tangan dengan bentuk membulat ke bawah. Pada kulit luarnya ada alur yang mirip dengan pembagian ruang di dalam buah. Kulitnya yang tipis penuh tonjolan yang tidak beraturan. dan jika dikupas mengeluarkan getah. Karena itu, sebelum dimasak harus direndam terlebih dahulu. Labu siam pada umumnya diolah sebagai bahan sayuran ataupun lalapan.
Cara Menanam Labu Siam Yang Baik Dan Benar
Labu siam
Labu siam tergolong tanaman yang mudah ditanam. Itu sebabnya, tanaman ini tersebar di berbagai belahan dunia, mulai dari daerah yang beriklim tropis sampai daerah subtropis, mulai di daerah dataran tinggi dengan hawa dingin sampai dataran rendah berhawa panas, semua cocok untuk ditanami labu siam. Hal ini disebabkan karena adaptasi tanaman ini terhadap perilaku cuaca sangat baik.
Labu siam tidak hanya memiliki kemampuan untuk mengantisipasi kurangnya air pada musim kemarau, tapi juga mampu mengantisipasi kelebihan air di musim hujan. Labu siam dapat tumbuh dengan optimal pada tanah kering, bertanah gembur yang kaya bahan organik, dengan drainase dan aerasi yang baik.
Untuk membudidayakan labu siam, berikut ini tahapan-tahapan cara menanam labu siam yang benar yang perlu dilakukan:
1. Pengolahan Tanah
Membudidayakan labu siam terhitung tidak sulit. Seperti halnya budidaya tanaman yang lain, awalnya dengan terlebih dahulu mengolah tanah dengan cara yang umum, yakni dengan membalik tanah dan menyeimbangkan unsur haranya. Setelah itu, dibuat parit-parit di atas lahan guna memudahkan dalam pengairan tanaman. Pola tanam dan parit-parit sebaiknya dibuat berjajar dan melintang.
Karena dalam pertumbuhan tanaman labu siam membutuhkan para-para, maka terlebih dahulu harus kita buat para– para setinggi +/- 220 cm dengan tiang pancang 3 m x 5 m. Untuk bagian atasnya dapat menggunakan anyaman bambu. Sementara panjang dan lebar para-para disesuaikan dengan kondisi lahan serta jumlah tanamannya.
Penanaman labu siam dilakukan dengan terlebih dahulu membuat lubang tanam berukuran 40 cm x 40 cm berkedalaman 20 cm. Jarak antara lubang tanam yang satu dengan yang lain sejauh 3 m dan antar baris 5 m. Untuk kerapatan tanaman antara 1200-1500 tanaman per hektar.
2. Pembibitan Labu Siam
Labu siam diperbanyak melalui biji-biji yang terdapat pada buah labu siam yang umurnya sudah sangat tua. Biji-biji labu siam tersebut disemaikan di tempat yang lembab sampai berubah menjadi kecambah atau mengeluarkan tunas baru. Jika tunas yang tumbuh sudah lebih dari 30 cm, maka benih sudah siap untuk ditanam.
3. Penanaman dan Pemeliharaan
Dalam tahap penanaman terdapat beberapa proses dan tahap seperti:
- Memasukan benih bertunas tersebut ke dalam lubang-lubang tanam yang sudah kita buat di atas lahan.
- Benih yang sudah dimasukkan ke dalam lubang tanam selanjutnya ditutup dengan lapisan tanah, dan harus selalu kita jaga dari serangan berbagai macam hama, termasuk gulma atau rumput liar yang tumbuh di sekitarnya.
- Pastikan bahwa para-para yang telah kita pasang sebelumnya sudah berdiri dengan kokoh dan siap untuk dijadikan sebagai media rambat tanaman.
- Jika dalam proses pertumbuhannya kita jumpai tanaman yang tumbuh tidak sehat, lakukan penyulaman sesegera mungkin dengan bibit baru yang umurnya diperkirakan sama, penyulaman ini dapat dilakukan sejak satu minggu setelah tanam.
- Ketika tanaman labu mulai tumbuh merambat atau menjalar, periksa kondisi sekitar lahan. Jika banyak dijumpai gulma atau rumput liar, lakukan penyiangan guna mengurangi bahaya hama dan penyakit tanaman, serta persaingan dalam memperebutkan unsur hara yang terdapat di dalam tanah .
- Para-para mulai difungsikan begitu tanaman mengeluarkan sulur. Rambatkan sulur tanaman pada bambu yang ditancapkan di dekat batang tanaman, dan pastikan sulur tersebut merambat dengan benar, agar ketika mulai berbuah, bambu yang menjadi para-para tersebut ikut membantu batang dalam menyanggah beban buah.
- Pada saat tanaman berumur 3-6 minggu, lakukanlah pemangkasan pada cabang, agar tunas dapat menyebar dengan baik. Jika tunas dapat menyebar dengan baik, maka buah akan tumbuh dengan merata dan pertumbuhannya juga akan berlangsung sempurna. Potonglah ujung cabang yang tua dan tidak dapat lagi tumbuh memanjang, agar tunas-tunas baru dapat tumbuh. Potong juga daun-daun yang sudah tua.
4. Hama dan Penyakit
Terdapat beberapa hama dan penyakit yang biasa menyerang Labu Siam, beberapa diantaranya adalah:
- Ulat Grayak
Hama yang paling sering menyerang labu siam adalah ulat grayak (Spodoptera litura). Ulat ini menghabiskan daun labu dan hanya meninggalkan tulang daun saja. Ulat grayak melakukan serangannya pada malam hari, dan pada waktu siang ulat tersebut bersembunyi di dalam tanah. Untuk mencegah hama ini, tanaman harus dibersihkan dari berbagai jenis gulma, serta menyemprotkan sedini mungkin Azodrin dengan dosis 2 cc/l.
- Kepik
Hama tanaman labu yang lain adalah Kepik Leptoglossus australis. Kepik ini menyerang dengan membuat tusukan pada buah labu, sehingga ketika buah tersebut terkena air hujan, akan mudah dimasuki cendawan. Akibat yang ditimbulkan, buah menjadi lembek dan busuk. Untuk mengatasinya dapat dengan menyemprotkan Azodrin dengan dosis yang sama seperti di atas.
- Penyakit Layu
Sedang untuk penyakit yang sering menyerang tanaman labu adalah penyakit layu yang disebabkan cendawan Fusarium sp. Penyakit ini menyerang bibit yang baru tumbuh atau tanaman yang masih muda. Gejalanya, ujung daun perlahan-lahan layu lalu mengerut, sebelum akhirnya kering.
Cabut dan musnahkan segera tanaman yang terserang penyakit ini, agar tidak menular pada tanaman lain yang masih belum terjangkiti. Selain itu, semprotkan Benlate 2 g/l air ke seluruh batang dan daun tanaman serta ke bekas tanah tempat tanaman yang terkena penyakit agar tidak menyerang tanaman lain.
5. Panen dan Pasca Panen
Pada umur 3 – 5 bulan, tanaman labu siam siap untuk dipanen untuk yang pertama kalinya. Cara memanennya adalah dengan memotong labu siam pada tangkainya menggunakan pisau. Usahakan agar tidak sampai terjatuh, karena kulit buahnya yang halus mudah sekali lecet sehingga dapat mengurangi mutu.
Setelah panen pertama, panen berikutnya dilakukan satu minggu sekali. Tanaman ini memiliki produktifitas selama 3–4 tahun. Setelah melewati masa itu, lakukanlah peremajaan dengan menanam tanaman baru. Satu tanaman labu siam rata-rata dapat menghasilkan sebanyak +/- 500 buah. Sedang produksi labu siam dapat mencapai 8–10 ton/ha per tahun.

sumber : http://obatpertanian.com/

Cara Menanam Kumis Kucing

KUMIS KUCING
( Orthosiphon spp. )
Kumis kucing
1. SEJARAH SINGKAT
Kumis kucing merupakan tanaman obat berupa tumbuhan berbatang basah yang tegak. Tanaman ini dikenal dengan berbagai istilah seperti: kidney tea plants / java tea (Inggris), giri-giri marah (Sumatera), remujung (Jawa Tengah dan Jawa Timur) dan songot koneng (Madura). Tanaman Kumis kucing berasal dari wilayah Afrika tropis, kemudian menyebar ke wilayah Asia dan Australia. Nama daerah: Kumis kucing (Melayu – Sumatra), kumis kucing (Sunda), remujung (Jawa), se-salaseyan, songkot koceng (Madura).
2. URAIAN TANAMAN
2.1 Klasifikasi
  • Divisi : Spermatophyta
  • Sub divisi : Angiospermae
  • Kelas : Dicotyledonae
  • Keluarga : Lamiaceae
  • Genus : Orthosiphon
  • Spesies : Orthosiphon spp.
.2.2 Deskripsi
Tanaman terna yang tumbuh tegak, pada buku-bukunya berakar tetapi tidak tampak nyata, tinggi tanaman sampai 2m. Batang bersegi empat agak beralur. Helai daun berbentuk bundar telur lonjong, lanset, lancip atau tumpul pada bagian ujungnya, ukuran daun panjang 1 – 10cm dan lebarnya 7.5mm – 1.5cm, urat daun sepanjang pinggir berbulu tipis atau gundul, dimana kedua permukaan berbintik-bintik karena adanya kelenjar yang jumlahnya sangat banyak, panjang tangkai daun 7 – 29cm. Kelopak bunga berkelenjar, urat dan pangkal berbulu pendek dan jarang sedangkan di bagian yang paling atas gundul. Bunga bibir, mahkota berwarna ungu pucat atau putih, dengan ukuran panjang 13 – 27mm, di bagian atas ditutupi oleh bulu pendek yang berwarna ungu atau putih, panjang tabung 10 – 18mm, panjang bibir 4.5 – 10mm, helai bunga tumpul, bundar. Benang sari ukurannya lebih panjang dari tabung bunga dan melebihi bibir bunga bagian atas. Buah geluk berwarna coklat gelap, panjang 1.75 – 2mm.
2.3 Jenis Tanaman
Spesies kumis kucing yang terdapat di Pulau Jawa adalah O. aristatus, O. thymiflorus, O. petiolaris dan O. tementosus var. glabratus. Klon kumis kucing yang ditanam di Indonesia adalah Klon berbunga putih dan ungu.
3. MANFAAT TANAMAN
Daun kumis kucing basah maupun kering digunakan sebagai bahan obat-obatan. Di Indonesia daun yang kering dipakai (simplisia) sebagai obat yang memperlancar pengeluaran air kemih (diuretik) sedangkan di India untuk mengobati rematik. Masyarakat menggunakan kumis kucing sebagai obat tradisional sebagai upaya penyembuhan batuk encok, masuk angin dan sembelit. Disamping itu daun tanaman ini juga bermanfaat untu pengobatan radang ginjal, batu ginjal, kencing manis, albuminuria, dan penyakit syphilis.
4. SENTRA PENANAMAN
Hingga saat ini, sentra penanaman kumis kucing banyak terdapat di Pulau Jawa. Baik di dataran rendah maupun dataran tinggi.
5. SYARAT PERTUMBUHAN
  1. Iklim.
    1. Curah hujan yang ideal bagi pertumbuhan tanaman ini adalah lebih dari 3.000 mm/tahun.
    2. Dengan sinar matahari penuh tanpa ternaungi. Naungan akan menurunkan kadar ekstrak daun.
    3. Keadaan suhu udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini adalah panas sampai sedang.
  2. Media Tanam
    1. Tanaman ini dapat dengan mudah tumbuh di lahan-lahan pertanian, untuk produksi sebaiknya dipilih tanah yang gembur, subur, banyak mengandung humus/bahan organik dengan tata air dan udara yang baik.
    2. Tanah Andosol dan Latosol sangat baik untuk budidaya kumis kucing.
  3. Ketinggian Tempat : Ketinggian tempat optimum tanaman kumis kucing 500 - 1.200 m dpl.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
  1. Penyiapan Bibit : Cara yang paling mudah dan biasa untuk mengembangkan kumis kucing adalah perbanyakan vegetatif dengan stek batang/cabang. Bahan tanaman diambil dari rumpun yang tumbuhnya normal, subur dan sehat.
    1. Pilih batang/cabang yang tidak terlalu tua atau muda dan sudah berkayu.
    2. Potong batang dengan pisau tajam/gunting pangkas yang bersih.
    3. Potong-potong batang menjadi stek berukuran 15–20 cm berbuku 2-3.
    4. Buang sebagian daun untuk mengurangi penguapan air.
    • Adapun kebutuhan bibit untuk 1 hektar dengan jarak tanam 40 x 40 cm diperlukan 50.000-62.500 stek/ha.
  2. Teknik Penyemaian Bibit : Stek dapat langsung ditanam di kebun produksi atau ditanam dulu di persemaian. Di dalam persemaian stek ditanam dengan jarak tanam 10x10 cm. Stek yang masih segar langsung ditanam di lahan yang telah diolah sedalam 20 cm. Setelah itu disirami 1-2 kali sehari tergantung dari cuaca dan hujan yang turun. Bila perlu persemaian dinaungi dengan naungan plastik transparan atau jerami/daun kering. Setelah timbul tunas baru, bibit
    dipindahkan ke kebun produksi..
6.2. Pengolahan Media Tanam
  1. Persiapan : Tanah diolah 30-40 cm, gulma dan tanaman lain dibuang. Setelah diolah, tanah dibiarkan 15 hari.
  2. Pembentukan Bedengan : Pembuatan bedengan dilakukan setelah pengolahan tanah yang kedua yaitu dengan menghancurkan bongkahan tanah pada pengolahan tanah yang pertama hingga mendapatkan struktur tanah yang remah dan gembur. Pada saat pengolahan tanah kedua ini juga dianjurkan memberikan pupuk dasar berupa pupuk kompos atau pupuk kandang sebanyak 50 – 60 ton per hektar bersamaan pada saat pembuatan bedengan. Bedengan dibuat selebar 100-120 cm tinggi 30 cm dan jarak antar bedengan 40-50 cm. Panjang bedengan disesuaikan dengan keperluan dan lahan
  3. Pemupukan (sebelum tanam) : Buat lubang tanam berukuran 30x30x30 cm dengan jarak tanam 40 x 60 cm. Masukkan pupuk kandang sebanyak 2,4-3,2 kg/lubang dan tutup lubang tanah. Campur tanah bedengan dengan 15-20 kg/ha pupuk kandang sapi.
6.3. Teknik Penanaman
  1. Penentuan Pola Tanaman : Waktu tanam terbaik adalah di awal musim hujan (Oktober-Desember) kecuali jika air tersedia sepanjang tahun, waktu tanam bisa dilaksanakan kapan saja.
  2. Pembuatan Lubang Tanam : Buat lubang tanam berukuran 30x30x30 cm dengan jarak tanam 40 x 40 cm
  3. Cara Penanaman :
    1. Pilih bibit yang baik dari pembibitan.
    2. Buat lubang kecil di tempat lubang tanam.
    3. Tanamkan bibit/stek tegak lurus sedalam 5 cm atau 1/3 bagian dari pangkal batang stek. Setiap lubang diisi 4-6 bibit/stek.
    4. Padatkan tanah di sekitar bibit.
    5. Sirami sampai cukup basah.
  4. Perioda Tanam : Penanaman tanaman ini bias dilakukan sepanjang tahun yaitu dengan membongkar tanaman tua yang telah mengeras berkayu dan tidak produktif lagi atau daunnya jarang dan kecil-kecil, kemudian menanam ulang dengan tanaman baru yang masih muda.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
  1. Penyulaman : Dilakukan antara 1-15 hari setelah tanam untuk tetap menjaga pertanaman pada jarak tanam yang telah ditentukan (40 x 40cm). Penyulaman dilakukan terutama pada tanaman yang mati atau tumbuh tidak normal dengan tanaman baru yang umurnya tidak berbeda jauh, sehingga pertumbuhan selanjutnya akan tetap sama dan seragam.
  2. Penyiangan : Gulma disiangi secara kontinyu untuk mengurangi persaingan unsur hara. Penyiangan biasanya dilakukan agak sering saat tanaman masih muda sehingga lahan di atara tanaman masih terbuka karena kanopi tanaman belum tumbuh besar. Tetapi pada tanaman dewasa periode penyiangan sudah agak jarang karena kanopi pada masing-masing tanaman akan saling menutup permukaan tanah, sehingga akan menekan pertumbuhan gulma di bawahnya.
  3. Pemupukan :
    1. Pemupukan Organik : Pemupukan secara organic dengan menggunakan pupuk kompos yang merupakan pupuk organic komplek dapat diberikan sbb: Sebagai pupuk dasar telah diuraikan di atas yang diberikan pada saat penyiapan media tanam. Selanjutnya pupuk kompos organic dapat diberikan setiap bulan sekali sebanyak 1 – 2kg setiap tanaman. Pemupukan pada tanaman dewasa bisa lebih sering yaitu setiap 2 – 3 minggu sekali sebesar 1.5 – 3kg per tanaman dan terutama diberikan setelah dilakukan pemanenan/perompesan daun sehingga pertumbuhan selanjutnya akan lebih baik.
    2. Pemupukan Konvensional : Dosis pupuk anjuran adalah 75 kg/ha urea yang diberikan setiap 3 kali panen atau 6-9 minggu sekali. Pupuk disebar di dalam larikan dangkal antara baris tanaman dan segera ditutup tanah.
  4. Pengairan dan Penyiraman : Pada awal pertumbuhan, tanaman diairi/disiram 1-2 kali sehari. Setelah tanaman terlihat kokoh dan rimbun, penyiraman dikurangi. Frekuensi penyiraman selanjutnya tergantung cuaca, yang penting tanah tidak sampai kering. Penambahan air dapat dilakukan dengan cara disiram atau menggenangi saluran di antara bedengan dengan air.
  5. Waktu Penyemprotan Pestisida : Penyemprotan pestisida dilakukan jika telah timbul gejala serangan hama penyakit..
7. HAMA DAN PENYAKIT
  1. Hama : Selama ini tidak ada hama atau penyakit yang benar-benar merusak tanaman kumis kucing. Hama yang sering ditemukan adalah kutu daun dan ulat daun.
  2. Penyakit : Penyakit yang menyerang disebabkan oleh jamur upas (Upsia salmonicolor atau Corticium salmonicolor). Jamur ini menyerang batang atau cabang tanaman yang berkayu. Pengendalian dilakukan dengan perbaikan tata air, meningkatkan kebersihan kebun, memotong bagian yang sakit, pergiliran tanaman dan penyemprotan pestisida selektif.
  3. Gulma : Gulma yang banyak tumbuh di lahan pertanaman kumis kucing cukup bervariasi dan kebanyakan dari jenis gulma kebun seperti rumput teki, lulangan, ageratum, alang-alang, dan rumput-rumput lainnya
  4. Pengendalian hama/penyakit secara organic : Sama seperti pada tanaman obat lainnya bahwa pengendalian hama/penyakit secara organic pada pertanaman kumis kucing lebih diusahakan secara PHT (pengendalian hama secara terpadu). Termasuk di dalamnya system bercocok tanam secara tumpang sari akan dapat menghambat serangan hama/penyakit. Untuk pengendalian gulma sebaiknya dilakukan secara manual dengan cara penyiangan seperti telah dijelaskan di atas. Namun demikian apabila diperlukan dapat diterapkan penyemprotan dengan insektisida maupun pestisida nabati. Beberapa tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati dan digunakan dalam pengendalian hama antara lain adalah:
    1. Tembakau (Nicotiana tabacum ) yang mengandung nikotin untuk insektisida kontak sebagai fumigan atau racun perut. Aplikasi untuk serangga kecil misalnya Aphids.
    2. Piretrum (Chrysanthemum cinerariaefolium) yang mengandung piretrin yang dapat digunakan sebagai insektisida sistemik yang menyerang urat syaraf pusat yang aplikasinya dengan semprotan. Aplikasi pada serangga seperti lalat rumah, nyamuk, kutu, hama gudang, dan lalat buah.
    3. Tuba (Derris elliptica dan Derris malaccensis) yang mengandung rotenone untuk insektisida kontak yang diformulasikan dalam bentuk hembusan dan semprotan.
    4. Neem tree atau mimba (Azadirachta indica) yang mengandung azadirachtin yang bekerjanya cukup selektif. Aplikasi racun ini terutama pada serangga penghisap seperti wereng dan serangga pengunyah seperti.hama penggulung daun (Cnaphalocrocis medinalis). Bahan ini juga efektif untuk menanggulangi serangan virus RSV, GSV dan Tungro.
    5. Bengkuang (Pachyrrhizus erosus) yang bijinya mengandung rotenoid yaitu pakhirizida yang dapat digunakan sebagai insektisida dan larvasida.
    6. Jeringau (Acorus calamus) yang rimpangnya mengandung komponen utama asaron dan biasanya digunakan untuk racun serangga dan pembasmi cendawan, serta hama gudang Callosobrocus.
8. PANEN
  1. Ciri dan Umur Panen : Tanaman berumur 1 bulan setelah tanam, tangkai bunga belum muncul dan tinggi tanaman sekitar 50 cm. Panen pertama jangan sampai terlambat karena akan mempengaruhi produksi.
  2. Cara Panen : Daun dipanen dengan cara memetik pucuk bedaun 3-5 helai kemudian merempal daun-daun tua di bawahnya sampai helai ke 10.
  3. Periode Panen : Panen dilaksanakan dalam periode 2-3 minggu sekali yaitu pada pertumbuhan optimum dari daun. Saat panen yang tepat adalah pada saat awal pertumbuhan bunga tetapi belum tumbuh bunga. Karena yang dimanfaatkan adalah daunnya maka bunga yang tumbuh sebaiknya dirompes untuk dapat memaksimalkan pertumbuhan daun pada panen berikutnya.
  4. Perkiraan Hasil Panen : Tanaman yang sehat dan terpelihara menghasilkan rimpang segar sebanyak Dengan pemeliharaan yang intensif, akan dihasilkan daun basah 6-9 ton/ha yang setara dengan 1-2 ton/ha daun kering.
9. PASCAPANEN
Setelah pemetikan, daun-daun hasil panen dikumpulkan di dalam karung dan dibawa ke tempat pengumpulan hasil. Proses pasca panen untuk mendapatkan daun kering kualitas ekspor adalah sbb:
  1. Penyortiran Basah dan Pencucian : Sortasi basah dilakukan pada bahan segar dengan cara memisahkan daun dari kotoran atau bahan asing lainnya. Setelah selesai, timbang jumlah bahan hasil penyortiran dan tempatkan dalam wadah plastik untuk pencucian..Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika air bilasannya masih terlihat kotor lakukan pembilasan sekali atau dua kali lagi. Hindari pencucian yang terlalu lama agar kualitas dan senyawa aktif yang terkandung didalam tidak larut dalam air. Pemakaian air sungai harus dihindari karena dikhawatirkan telah tercemar kotoran dan banyak mengandung bakteri / penyakit. Setelah pencucian selesai, tiriskan dalam tray/wadah yang belubang-lubang agar sisa air cucian yang tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam wadah plastik/ember.
  2. Pengeringan : Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar matahari atau alat pemanas/oven. Pengeringan daun dilakukan selama kira-kira 1 - 2 hari atau setelah kadar airnya dibawah 5%. Pengeringan dengan sinar matahari dilakukan diatas tikar atau rangka pengering, pastikan daun tidak saling menumpuk. Selama pengeringan daun harus dibolak-balik kira-kira setiap 4 jam sekali agar pengeringan merata. Lindungi daun tersebut dari air, udara yang lembab dan dari bahan-bahan yang bisa mengkontaminasi. Pengeringan didalam oven dilakukan pada suhu 50°C - 60°C. Daun yang akan dikeringkan ditaruh diatas tray oven dan alasi dengan kertas Koran dan pastikan bahwa daun tidak saling menumpuk. Setelah pengeringan, timbang jumlah daun yang dihasilkan.
  3. Penyortiran Kering : Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yang telah mengalami pengeringan dengan memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing atau kotoran-kotoran lain. Timbang jumlah bahan hasil penyortiran ini (untuk menghitung rendemennya).
  4. Pengemasan : Setelah bersih, daun yang kering dikumpulkan dalam wadah yang bersih dan kedap udara (belum pernah dipakai sebelumnya), dapat berupa kantong plastik atau karung. Berikan label yang jelas pada wadah tersebut, yang menjelaskan nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih dan metode penyimpanannya.
  5. Penyimpanan : Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak melebihi 30°C, dan gudang harus memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak bocor, terhindar dari kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas bahan yang bersangkutan, memiliki penerangan yang cukup (hindari dari sinar matahari langsung), serta bersih dan terbebas dari hama gudang.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN.
10.1 Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya kunyit seluas 1000 m2 yang dilakukan pada tahun 1999 di daerah Bogor.
  1. Biaya produksi
    1. Sewa lahan 1 musim tanam Rp. 150.000,-
    2. Bibit 6000 bh @ Rp. 100,- Rp. 600.000,-
    3. Pupuk
      • Pupuk kandang 4.000 kg @ Rp. 150,- Rp. 600.000,-
      • Pupuk buatan: Urea 25 kg @ Rp. 1.100,- Rp. 27.500,-
    4. Pestisida Rp. 100.000,-
    5. Alat Rp. 60.000,-
    6. Tenaga kerja Rp. 200.000,-
    7. Panen dan pasca panen Rp. 100.000,-
    8. Lain-lain Rp. 100.000,-
    • Jumlah biaya produksi Rp.1.937.500,-
  2. Pendapatan 700 kg @ Rp. 3.500,- Rp.2.450.000,-
  3. Keuntungan Rp. 512.500,-
  4. Parameter kelayakan usaha : a. Rasio output/input = 1,265
10.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Semakin tingginya minat masyarakat Indonesia dan dunia terhadap pemakaian obat bahan alam memberikan peluang pada kita untuk membudidayakan kumis kucing untuk kepentingan lokal atau ekspor. Ekspor kumis kucing dari Indonesia telah dimulai pada awal tahun 30-an sebanyak 23.296-47.414 ton. Pada tahun 1987 ekspor meningkat sampai 8.791.468 ton dengan tujuan negara di Eropa Barat, Amerika dan Singapura. Dengan adanya peningkatan perminataan dunia akan bahan kering tanaman obat, agribisnis kumis kucing agaknya perlu didukung terutama dukungan teknik penanaman dan pasca panen untuk meningkatkan produksi dan kualitas hasil.
11. STANDAR PRODUKSI
  1. Ruang Lingkup : Standar produksi meliputi: jenis dan standar mutu, cara pengambilan contoh dan syarat pengemasan.
  2. Deskripsi : …
  3. Klasifikasi dan Standar Mutu : -----.
  4. Pengambilan Contoh : Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang telah berpengalaman atau dilatih terlebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan suatu badan hukum.
  5. Pengemasan : Daun kering dimasukan ke dalam kotak kayu persegi empat dan dipadatkan. Pemadatan dilakukan dengan alat pemadat dengan panjang dan lebar sedemikian rupa sehingga alat bisa tepat masuk ke dalam kotak. Setelah pemadatan berat daun kering di dalam kemasan adalah 20-40 kg tergantung dari ukuran kotak dan permintaan pasar. Dibagian luar dari tiap kemasan ditulis, dengan bahan yang tidak luntur, jelas terbaca antara lain:
    • Produk asal Indonesia
    • Nama/kode perusahaan/eksportir
    • Nama barang
    • Negara tujuan
    • Berat kotor
    • Berat bersih
    • Nama pembeli
12. DAFTAR PUSTAKA
  1. Rahmat Rukmana, Ir. Kumis Kucing. Penerbit Kanisius. Yogyakarta,
  2. Anonimous. 1994. Hasil Penelitian Dalam Rangka Pemanfaatan Pestisida Nabati. Prosiding Seminar di Bogor 1 – 2 Desember 1993. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor. 311 Hal.
  3. Anonimous. 1989. Vademekum Bahan Obat Alam. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 411 Hal
Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS

Cara Menanam Kelengkeng

Cara Menanam Kelengkeng

Lengkeng adalah jenis tanaman keras dengan sistem perakaran cukup luas, batang kayu kuat, serta akar tunggang sangat dalam. Untuk karakter fisiknya sendiri, lengkeng memiliki pohon cukup besar dan cabangnya banyak. Sedangkan untuk daun buahnya merupakan jenis daun majemuk, dimana tiap tangkal mempunyai tiga hingga enam pasang daun. Bagian bunga lengkeng bentuknya berupa malai berwarna kuning muda dengan letak pada ujung-ujung ranting, serta berukuran cukup kecil. Untuk buahnya sendiri memiliki ukuran kecil, kira-kira sebesar kelereng dengan warna kulit cokelat cerah, tidak berbulu, mempunyai daging buah berwarna bening, rasanya manis, dan aromanya khas. Biji buah lengkeng  warnanya hitam kecokelatan.

Lengkeng bisa tumbuh dan berkembang dengan baik di daerah yang memiliki ketinggian 300-900 m dpl. Lahan yang dibutuhkan untuk Menanam lengkeng cukup yang memiliki tekstur tanah halus dengan tingkat pH 5,5 – 5,6. Sedangkan iklim yang cocok untuk menanam lengkeng yakni tipe iklim B atau basah, iklim D atau sedang, dan. tipe C atau agak basah. Tanaman lengkeng bisa tumbuh dengan baik di area yang terbuka.

Bibit lengkeng
Bibit lengkeng bisa diperoleh secara vegetatif dan generatif. Namun, biasanya lebih disarankan untuk menggunakan bibit yang berasal dari pembiakan vegetatif. Untuk pembiakan vegetatif bisa ditempuh melalui bermacam cara, diantaranya:
- Penyambungan. Pada intinya, sistem penyambungan dilakukan dengan cara menempelkan bagian tertentu tanaman yang sudah ditentukan pada bagian tertentu tanaman lainnya yang berfungsi sebagai induknya, untuk selanjutnya menjadi satu tanaman.
- Pencangkokan. Berupa pengusahaan sistem perakaran cabang tanaman dengan tidak memotong cabang dari induknya.
- Penyusunan. Metode pembiakan vegetatif melalui penyusunan dianggap lebih baik dibandingkan sistem okulasi dan cangkok, karena batang atas dan batang bawah tak harus memiliki umur sama.
Ada beberapa keuntungan yang didapatkan dari sistem pembiakan vegetatif diatas, diantaranya adalah:
- Menghasilkan tanaman dengan sifat menyerupai sifat induknya.
- Tanaman tidak terlalu tinggi, sehingga mempermudah tata laksana pemeliharaan dan pemanenan.
- Tanaman jadi cepat berbuah.



Tahapan penanaman
1) Persiapan lahan
Untuk persiapan lahan, pertama siapkan lubang tanaman yang berukuran 60 x 60 cm dengan jarak tiap-tiap lubang tanamnya 10 x 10 m, serta kedalaman 60 cm. Selanjutnya, isi lubang tanaman tersebut dengan tanah yang telah dicampur dengan kompos atau pupuk kandang. Perbandingan tanah dan kompos yang diisikan adalah 3 : 1.
2) Penanaman lengkeng
Penanaman bibit tanaman lengkeng yang asalnya dari pembiakan vegetatif sebenarnya sama seperti penanaman bibit lengkeng dari biji. Namun, lubang tanam harus dibuat lebih dalam supaya sistem perakarannya menjadi lebih luas dan tanaman tak mudah roboh.

Pemeliharaan
1) Pemupukan
Tahap pemupukan tanaman lengkeng bisa dilakukan sebanyak dua kali tiap satu tahunnya, yaitu di awal musim penghujan serta memasuki musim kemarau. Untuk pemupukannya sendiri dengan cara membenamkan pupuk pada tanah di sekeliling tanaman yang berjarak kira-kira sama lebar dengan lingkar luar bagian tajuk daun (dari batang utama). 
2) Pemangkasan
Pemangkasan merupakan kegiatan pemotongan sebagian ranting dan cabang tanaman yang bertujuan sebagai berikut:
- Untuk memperbanyak ranting atau cabang.
- Untuk memperpendek tinggi pohon, sehingga mempermudah proses pemanenan.
- Untuk meremajakan tanaman.
- Agar tamanan lekas berbuah
- Sebagai langkah pengendalian atas hama serta penyakit.

Hama dan penyakit
Biasanya tanaman lengkeng cukup tahan dari berbagai serangan hama serta penyakit. Jenis-jenis hama serta penyakit yang sering menyerang tanaman lengkeng di antaranya adalah kutu daun, akar hitam, uret, busuk buah, dan bercak daun. Langkah pengendalian hama dan penyakit selain melalui pemangkasan, bisa juga dilakukan dengan cara membungkus atau membrongsong buah dengan menggunakan pestisida dan kreneng.

Panen
Ciri-ciri buang lengkeng siap petik diantaranya adalah sebagai berikut:
- Aroma buah lengkeng sudah tercium harum
- Buahnya sudah padat dan kulitnya berwarna lebih cerah
Bila buah lengkeng sudah menunjukkan tanda-tanda tersebut, maka lengkeng bisa segera dipanen dengan memetik dari tangkainya. Untuk penanganan lengkeng paska panen sendiri cukup mudah, yakni hanya dengan mengumpulkan beberapa tangkai lengkeng terpisah menjadi satu, kemudian diikat dan lengkeng siap dipasarkan.


BACA JUGA :
TIPS SUPAYA LENGKENG LEBAT BERBUAH