Showing posts with label Pakan. Show all posts
Showing posts with label Pakan. Show all posts

Cara Menanam dan Budidaya Jeruk


J E R U K
( Citrus sp. )
1. SEJARAH SINGKAT
Tanaman jeruk adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia. Cina dipercaya sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh. Sejak ratusan tahun yang lalu, jeruk sudah tumbuh di Indonesia baik secara alami atau dibudidayakan. Tanaman jeruk yang ada di Indonesia adalah peninggalan orang Belanda yang mendatangkan jeruk manis dan keprok dari Amerika dan Itali.
2. JENIS TANAMAN
Klasifikasi botani tanaman jeruk adalah sebagai berikut:
  • Divisi : Spermatophyta
    • Sub divisi : Angiospermae
      • Kelas : Dicotyledonae
        • Ordo : Rutales
          • Keluarga : Rutaceae
            • Genus : Citrus
              • Spesies : Citrus sp.
Jenis jeruk lokal yang dibudidayakan di Indonesia adalah jeruk Keprok (Citrus reticulata/nobilis L.), jeruk Siem (C. microcarpa L. dan C.sinensis. L) yang terdiri atas Siem Pontianak, Siem Garut, Siem Lumajang, jeruk manis (C. auranticum L. dan C.sinensis L.), jeruk sitrun/lemon (C. medica), jeruk besar (C.maxima Herr.) yang terdiri atas jeruk Nambangan-Madium dan Bali. Jeruk untuk bumbu masakan yang terdiri atas jeruk nipis (C. aurantifolia), jeruk Purut (C. hystrix) dan jeruk sambal (C. hystix ABC). Jeruk varietas introduksi yang banyak ditanam adalah varitas Lemon dan Grapefruit. Sedangkan varitas lokal adalah jeruk siem, jeruk baby, keprok medan, bali, nipis dan purut.
3. MANFAAT TANAMAN
  1. Manfaat tanaman jeruk sebagai makanan buah segar atau makanan olahan, dimana kandungan vitamin C yang tinggi.
  2. Di Beberapa negara telah diproduksi minyak dari kulit dan biji jeruk, gula tetes, alkohol dan pektin dari buah jeruk yang terbuang. Minyak kulit jeruk dipakai untuk membuat minyak wangi, sabun wangi, esens minuman dan untuk campuran kue.
  3. Beberapa jenis jeruk seperti jeruk nipis dimanfaatkan sebagai obat tradisional penurun panas, pereda nyeri saluran napas bagian atas dan penyembuh radang mata.
4. SENTRA PENANAMAN
Sentra jeruk di Indonesia tersebar meliputi: Garut (Jawa Barat), Tawangmangu (Jawa Tengah), Batu (Jawa Timur), Tejakula (Bali), Selayar (Sulawesi Selatan), Pontianak (Kalimantan Barat) dan Medan (Sumatera Utara). Karena adanya serangan virus CVPD (Citrus Vein Phloen Degeneration), beberapa sentra penanaman mengalami penurunan produksi yang diperparah lagi oleh sistem monopoli tata niaga jeruk yang saat ini tidak berlaku lagi.
5. SYARAT TUMBUH
5.1. Iklim
  1. Kecepatan angin yang lebih dari 40-48% akan merontokkan bunga dan buah. Untuk daerah yang intensitas dan kecepatan anginnya tinggi tanaman penahan angin lebih baik ditanam berderet tegak lurus dengan arah angin.
  2. Tergantung pada spesiesnya, jeruk memerlukan 5-6, 6-7 atau 9 bulan basah (musim hujan). Bulan basah ini diperlukan untuk perkembangan bunga dan buah agar tanahnya tetap lembab. Di Indonesia tanaman ini sangat memerlukan air yang cukup terutama di bulan Juli-Agustus.
  3. Temperatur optimal antara 25-30°C namun ada yang masih dapat tumbuh normal pada 38°C. Jeruk Keprok memerlukan temperatur 20°C.
  4. Semua jenis jeruk tidak menyukai tempat yang terlindung dari sinar matahari.
  5. Kelembaban optimum untuk pertumbuhan tanaman ini sekitar 70-80%.
5.2. Media Tanam
  1. Tanah yang baik adalah lempung sampai lempung berpasir dengan fraksi liat 7- 27%, debu 25-50% dan pasir < 50%, cukup humus, tata air dan udara baik.
  2. Jenis tanah Andosol dan Latosol sangat cocok untuk budidaya jeruk.
  3. Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok untuk budidaya jeruk adalah 5,5–6,5 dengan pH optimum 6.
  4. Air tanah yang optimal berada pada kedalaman 150–200 cm di bawah permukaan tanah. Pada musim kemarau 150 cm dan pada musim hujan 50 cm. Tanaman jeruk menyukai air yang mengandung garam sekitar 10%.
  5. Tanaman jeruk dapat tumbuh dengan baik di daerah yang memiliki kemiringan sekitar 30°
5.3. Ketinggian Tempat
Tinggi tempat dimana jeruk dapat dibudidayakan bervariasi dari dataran rendah sampai tinggi tergantung pada spesies:
1) Jenis Keprok Madura, Keprok Tejakula: 1–900 m dpl.
2) Jenis Keprok Batu 55, Keprok Garut: 700-1.200 m dpl.
3) Jenis Manis Punten, Waturejo, WNO, VLO: 300–800 m dpl.
4) Jenis Siem: 1–700 m dpl.
5) Jenis Besar Nambangan-Madiun, Bali, Gulung: 1–700 m dpl.
6) Jenis Jepun Kasturi, Kumkuat: 1-1.000 m dpl.
7) Jenis Purut: 1–400 m dpl.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Persyaratan Bibit
Bibit jeruk yang biasa ditanam berasal dari perbanyakan vegetatif berupa penyambungan tunas pucuk. Bibit yang baik adalah yang bebas penyakit, mirip dengan induknya (true to type), subur, berdiameter batang 2-3 cm, permukaan batang halus, akar serabut banyak, akar tunggang berukuran sedang dan memiliki sertifikasi penangkaran bibit.
2) Penyiapan Bibit
Bibit yang biasa digunakan untuk budidaya jeruk didapatkan dengan cara generatif dan vegetatif.
3) Teknik Penyemaian Bibit
a) Cara generatif
Biji diambil dari buah dengan cara memeras buah yang telah dipotong. Biji dikeringanginkan di tempat yang tidak disinari selama 2-3 hari hingga lendirnya
hilang. Areal persemaian memiliki tanah yang subur. Tanah diolah sedalam 30-4- cm dan dibuat petakan persemaian berukuran 1,15-1,20 m membujur dari utara ke selatan. Jarak petakan 0,5-1 m. Sebelum ditanami, tambahkan pupuk kandang 1 kg/m². Biji ditanam dalam alur dengan jarak tanam 1-1,5 x 2 cm dan langsung disiram. Setelah tanam, persemaian diberi atap. Bibit dipindahtanam ke dalam polibag 15 x 35 cm setelah tingginya 20 cm pada umur 3-5 bulan. Media tumbuh dalam polibag adalah campuran pupuk kandang dan sekam (2:1) atau pupukkandang, sekam, pasir (1:1:1).
b) Cara Vegetatif
Metode yang lazim dilakukan adalah penyambungan tunas pucuk dan penempelan mata tempel. Untuk kedua cara ini perlu dipersiapkan batang bawah (onderstam/rootstock) yang dipilih dari jenis jeruk dengan perakaran kuat dan luas, daya adaptasi lingkungan tinggi, tahan kekeringan, tahan/toleran terhadap penyakit virus, busuk akar dan nematoda. Varietas batang bawah yang biasa digunakan oleh penangkar adalah Japanese citroen, Rough lemon, Cleopatra, Troyer Citrange dan Carizzo citrange.
6.2. Pengolahan Media Tanam
Tanaman jeruk ditanam di tegalan tanah sawah/di lahan berlereng. Jika ditanam di suatu bukit perlu dibuat sengkedan/teras. Lahan yang akan ditamani dibersihkan dari tanaman lain atau sisa-sisa tanaman. Jarak tanam bervariasi untuk setiap jenis jeruk dapat dilihat pada data berikut ini:
  1. Keprok dan Siem : jarak tanam 5 x 5 m
  2. Manis : jarak tanam 7 x 7 m
  3. Sitrun (Citroen) : jarak tanam 6 x 7 m
  4. Nipis : jarak tanam 4 x 4 m
  5. Grape fruit : jarak tanam 8 x 8 m
  6. Besar : jarak tanam (10-12) x (10-12) m
Lubang tanam hanya dibuat pada tanah yang belum diolah dan dibuat 2 minggu sebelum tanah. Tanah bagian dalam dipisahkan dengan tanah dari lapisan atas tanah (25 cm). Tanah berasal dari lapisan atas dicampur dengan 20 kg pupuk kandang. Setelah penanaman tanah dikembalikan lagi ke tempat asalnya. Bedengan (guludan) berukuran 1 x 1 x 1 m hanya dibuat jika jeruk ditanam di tanah sawah.
6.3. Teknik Penanaman
Bibit jeruk dapat ditanam pada musim hujan atau musim kemarau jika tersedia air untuk menyirami, tetapi sebaiknya ditanam diawal musim hujan. Sebelum ditanam, perlu dilakukan:
  1. Pengurangan daun dan cabang yang berlebihan.
  2. Pengurangan akar.
  3. Pengaturan posisi akar agar jangan ada yang terlipat.
Setelah bibit ditaman, siram secukupnya dan diberi mulsa jerami, daun kelapa atau daun-daun yang bebas penyakit di sekitarnya. Letakkan mulsa sedemikian rupa agar tidak menyentuh batang untuk menghindari kebusukan batang. Sebelum tanaman berproduksi dan tajuknya saling menaungi, dapat ditanam tanaman sela baik kacang-kacangan/sayuran. Setelah tajuk saling menutupi, tanaman sela diganti oleh rumput/tanaman legum penutup tanah yang sekaligus berfungsi sebagai penambah nitrogen bagi tanaman jeruk.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
  1. Penyulaman : Dilakukan pada tanaman yang tidak tumbuh.
  2. Penyiangan : Gulma dibersihkan sesuai dengan frekuensi pertumbuhannya, pada saat pemupukan juga dilakukan penyiangan.
  3. Pembubunan : Jika ditanam di tanah berlereng, perlu diperhatikan apakah ada tanah di sekitar perakaran yang tererosi. Penambahan tanah perlu dilakukan jika pangkal akar sudah mulai terlihat.
  4. Pemangkasan : Pemangkasan bertujuan untuk membentuk tajuk pohon dan menghilangkan cabang yang sakit, kering dan tidak produktif/tidak diinginkan. Dari tunas-tunas awal yang tumbuh biarkan 3-4 tunas pada jarak seragam yang kelak akan membentuk tajuk pohon. Pada pertumbuhan selanjutnya, setiap cabang memiliki 3-4 ranting atau kelipatannya. Bekas luka pangkasan ditutup dengan fungisida atau lilin untuk mencegah penyakit. Sebaiknya celupkan dulu gunting pangkas ke dalam Klorox/alkohol. Ranting yang sakit dibakar atau dikubur dalam tanah.
  5. Pemupukan : Pemberian jenis pupuk dan dosis (gram/tanaman) setelah penanaman adalah sebagai berikut:
    1. 1 bulan: Urea=100; ZA=200; TSP=25; ZK=100; Dolomit=20; P.kandang=20 kg/tan.
    2. 2 bulan: Urea=200; ZA=400; TSP=50; ZK=200; Dolomit=40; P.kandang=40 kg/tan.
    3. 3 bulan: Urea=300; ZA=600; TSP=75; ZK=300; Dolomit=60; P.kandang=60 kg/tan.
    4. 4 bulan: Urea=400; ZA=800; TSP=100; ZK=400; Dolomit=80; P.kandang=80 kg/tan.
    5. 5 bulan: Urea=500; ZA=1000; TSP=125; ZK=500; Dolomit=100; P.kandang=100 kg/tan.
    6. 6 bulan: Urea=600; ZA=1200; TSP=150; ZK=600; Dolomit=120; P.kandang=120 kg/tan.
    7. 7 bulan: Urea=700; ZA=1400; TSP=175; ZK=700; Dolomit=140; P.kandang=140 kg/tan.;
    8. 8 bulan: Urea=800; ZA=1600; TSP=200; ZK=800; Dolomit=160; P.kandang=160 kg/tan.
    9. >8 bulan: Urea >1000; ZA=2000; TSP=200; ZK=800; Dolomit=200; P.kandang=200 kg/tan.
  6. Pengairan dan Penyiraman : Penyiraman jangan menggenangi batang akar. Tanaman diairi sedikitnya satu kali dalam seminggu pada musim kemarau. Jika air kurang tersedia, tanah di sekitar tanaman digemburkan dan ditutup mulsa.
  7. Penjarangan Buah : Pada tahun di mana pohon jeruk berbuah lebat, perlu dilakukan penjarangan supaya pohon mampu mendukung pertumbuhan dan bobot buah serta kualitas buah terjaga. Buah yang dibuang meliputi buah yang sakit, yang tidak terkena sinar matahari (di dalam kerimbunan daun) dan kelebihan buah di dalam satu tangkai. Hilangkan buah di ujung kelompok buah dalam satu tangkai utama terdapat dan sisakan hanya 2-3 buah.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
  1. Kutu loncat (Diaphorina citri.)
    • Bagian yang diserang adalah tangkai, kuncup daun, tunas, daun muda.
    • Gejala: tunas keriting, tanaman mati.
    • Pengendalian: menggunakan insektisida bahan aktif dimethoate (Roxion 40 EC, Rogor 40 EC), Monocrotophos (Azodrin 60 WSC) dan endosulfan (Thiodan 3G, 35 EC dan Dekasulfan 350 EC). Penyemprotan dilakukan menjelang dan saat bertunas, Selain itu buang bagian yang terserang.
  2. Kutu daun (Toxoptera citridus aurantii, Aphis gossypii.)
    • Bagian yang diserang adalah tunas muda dan bunga.
    • Gejala: daun menggulung dan membekas sampai daun dewasa.
    • Pengendalian: menggunakan insektisida dengan bahan aktif Methidathion (Supracide 40 EC), Dimethoate (Perfecthion, Rogor 40 EC, Cygon), Diazinon (Basudin 60 EC), Phosphamidon (Dimecron 50 SCW), Malathion (Gisonthion 50 EC).
  3. Ulat peliang daun (Phyllocnistis citrella.)
    • Bagian yang diserang adalah daun muda.
    • Gejala: alur melingkar transparan atau keperakan, tunas/daun muda mengkerut, menggulung, rontok.
    • Pengendalian: semprotkan insektisida dengan bahan aktif Methidathion (Supracide 40 EC, Basudin 60 EC), Malathion (Gisonthion 50 EC, 50 WP)< Diazinon (Basazinon 45/30 EC). Kemudian daun dipetik dan dibenamkan dalam tanah.
  4. Tungau (Tenuipalsus sp. , Eriophyes sheldoni Tetranychus sp)
    • Bagian yang diserang adalah tangkai, daun dan buah.
    • Gejala: bercak keperak-perakan atau coklat pada buah dan bercak kuning atau coklat pada daun.
    • Pengendalian: semprotkan insektisida Propargite (Omite), Cyhexation (Plictran), Dicofol (Kelthane), Oxythioquimox (Morestan 25 WP, Dicarbam 50 WP).
  5. Penggerek buah (Citripestis sagittiferella.)
    • Bagian yang diserang adalah buah.
    • Gejala: lubang yang mengeluarkan getah.
    • Pengendalian: memetik buah yang terinfeksi kemudian menggunakan insektisida Methomyl (Lannate 25 WP, Nudrin 24 WSC), Methidathion (Supracide 40 EC) yang disemprotkan pada buah berumur 2-5 minggu.
  6. Kutu penghisap daun (Helopeltis antonii.)
    • Bagian yang diserang Helopeltis antonii.
    • Gejala: bercak coklat kehitaman dengan pusat berwarna lebih terang pada tunas dan buah muda, bercak disertai keluarnya cairan buah yang menjadi nekrosis.
    • Pengendalian: semprotkan insektisida Fenitrotionmothion (Sumicidine 50 EC), Fenithion (Lebaycid), Metamidofos (Tamaron), Methomil (Lannate 25 WP).
  7. Ulat penggerek bunga dan puru buah (Prays sp.)
    • Bagian yang diserang adalah kuncup bunga jeruk manis atau jeruk bes.
    • Gejala: bekas lubang-lubang bergaris tengah 0,3-0,5 cm, bunga mudah rontok, buah muda gugur sebelum tua.
    • Pengendalian: gunakan insektisida dengan bahan aktif Methomyl (Lannate 25 WP) dan Methidathion (Supracide 40 EC). Kemudian buang bagian yang diserang.
  8. Thrips (Scirtotfrips citri.)
    • Bagian yang diserang adalah tangkai dan daun muda.
    • Gejala: helai daun menebal, tepi daun menggulung ke atas, daun di ujung tunas menjadi hitam, kering dan gugur, bekas luka berwarna coklat keabu-abuan kadang-kadang disertai nekrotis.
    • Pengendalian: menjaga agar tajuk tanaman tidak terlalu rapat dan sinar matahari measuk ke bagian tajuk, hindari memakai mulsa jerami. Kemudian gunakan insektisida berbahan aktif Difocol (Kelthane) atau Z-Propargite (Omite) pada masa bertunas.
  9. Kutu dompolon (Planococcus citri.)
    • Bagian yang diserang adalah tangkai buah.
    • Gejala: berkas berwarna kuning, mengering dan buah gugur.
    • Pengendalian: gunakan insektisda Methomyl (Lannate 25 WP), Triazophos (Fostathion 40 EC), Carbaryl (Sevin 85 S), Methidathion (Supracide 40 EC). Kemudian cegah datangnya semut yang dapat memindahkan kutu.
  10. Lalat buah (Dacus sp.)
    • Bagian yang diserang adalah buah yang hampir masak.
    • Gejala: lubang kecil di bagian tengah, buah gugur, belatung kecil di bagian dalam buah.
    • Pengendalian: gunakan insektisida Fenthion (Lebaycid 550 EC), Dimethoathe (Roxion 40 EC, Rogor 40 EC) dicampur dengan Feromon Methyl-Eugenol atau protein Hydrolisate.
  11. Kutu sisik (Lepidosaphes beckii Unaspis citri.)
    • Bagian yang diserang daun, buah dan tangkai.
    • Gejala: daun berwarna kuning, bercak khlorotis dan gugur daun. Pada gejala serangan berat terlihat ranting dan cabang kering dan kulit retak buah gugur.
    • Pengendalian: gunakan pestisida Diazinon (Basudin 60 EC, 10 G, Basazinon 45/30 EC), Phosphamidon (Dimecron 50 SCW), Dichlorophos (Nogos 50 EC), Methidhation (Supracide 40 EC).
  12. Kumbang belalai (Maeuterpes dentipes.)
    • Bagian yang diserang adalah daun tua pada ranting atau dahan bagian bawah.
    • Gejala: daun gugur, ranting muda kadang-kadang mati.
    • Pengendalian: perbaiki sanitasi kebun, kurangi kelembaban perakaran. Kemudian gunakan insektisida Carbaryl (Sevin 85 S) dan Diazinon (Basudin 60 EC, 10 G).
7.2. Penyakit
  1. CVPD
    • Penyebab: Bacterium like organism dengan vektor kutu loncat Diaphorina citri.Bagian yang diserang: silinder pusat (phloem) batang.
    • Gejala: daun sempit, kecil, lancip, buah kecil, asam, biji rusak dan pangkal buah oranye.
    • Pengendalian: gunakan tanaman sehat dan bebas CVPD. Selain itu penempatan lokasi kebun minimal 5 km dari kebun jeruk yang terserang CVPD. Gunakan insektisida untuk vektor dan perhatikan sanitasi kebun yang baik.
  2. Tristeza
    • Penyebab: virus Citrus tristeza dengan vektor Toxoptera. Bagian yang diserang jeruk manis, nipis, besar dan batang bawah jeruk Japanese citroen.
    • Gejala: lekuk batang , daun kaku pemucatan, vena daun, pertumbuhan terhambat.
    • Pengendalian: perhatikan sanitasi kebun, memusnahkan tanaman yang terserang, kemudian kendalikan vektor dengan insektisida Supracide atau
      Cascade.
  3. Woody gall (Vein Enation)
    • Penyebab: virus Citrus Vein Enation dengan vektor Toxoptera citridus, Aphis gossypii. Bagian yang diserang: Jeruk nipis, manis, siem, Rough lemon dan Sour
      Orange.
    • Gejala: Tonjolan tidak teratur yang tersebar pada tulang daun di permukaan daun.
    • Pengendalian: gunaan mata tempel bebas virus dan perhatikan sanitasi lingkungan.
  4. Blendok
    • Penyebab: jamur Diplodia natalensis. Bagian yang diserang adalah batang atau cabang.
    • Gejala: kulit ketiak cabang menghasilkan gom yang menarik perhatian kumbang, warna kayu jadi keabu-abuan, kulit kering dan mengelupas.
    • Pengendalian: pemotongan cabang terinfeksi, bekas potongan diberi karbolineum atau fungisida Cu. dan fungisida Benomyl 2 kali dalam setahun.
  5. Embun tepung
    • Penyebab: jamur Odidium tingitanium. Bagian yang diserang adalah daun dan tangkai muda.
    • Gejala: tepung berwarna putih di daun dan tangkai muda.
    • Pengendalian: gunakan fungisida Pyrazophos (Afugan) dan Bupirimate (Nimrot 25 EC).
  6. Kudis
    • Penyebab: jamur Sphaceloma fawcetti. Bagian yang diserang adalah daun, tangkai atau buah.
    • Gejala: bercak kecil jernih yang berubah menjadi gabus berwarna kuning atau oranye.
    • Pengendalian: pemangkasan teratur. Kemudian gunakan Fungisida Dithiocarbamate /Benomyl (Benlate).
  7. Busuk buah
    • Penyebab: Penicillium spp. Phytophtora citriphora, Botryodiplodia theobromae. Bagian yang diserang adalah buah.
    • Gejala: terdapat tepung-tepung padat berwarna hijau kebiruan pada permukaan kulit.
    • Pengendalian: hindari kerusakan mekanis, celupkan buah ke dalam air panas/fungisida benpmyl, pelilinan buah dan pemangkasan bagian bawah pohon.
  8. Busuk akar dan pangkal batang
    • Penyebab: jamur Phyrophthoranicotianae. Bagian yang diserang adalah akar dan pangkal batang serta daun di bagian ujung dahan berwarna kuning.
    • Gejala: tunas tidak segar, tanaman kering.
    • Pengendalian: pengolahan dan pengairan yang baik, sterilisasi tanah pada waktu penanaman, buat tinggi tempelan minimum 20 cm dari permukaan tanah.
  9. Buah gugur prematur
    • Penyebab: jamur Fusarium sp. Colletotrichum sp. Alternaria sp. Bagian yang diserang: buah dan bunga
    • Gejala: dua-empat minggu sebelum panen buah gugur.
    • Pengendalian: Fungisida Benomyl (Benlate) atau Caprafol.
  10. Jamur upas
    • Penyebab: Upasia salmonicolor. Bagian yang diserang adalah batang.
    • Gejala: retakan melintang pada batang dan keluarnya gom, batang kering dan sulit dikelupas.
    • Pengendalian: kulit yang terinfeksi dikelupas dan disaput fungisida carbolineum. Kemudian potong cabang yang terinfeksi.
  11. Kanker
    • Penyebab: bakteri Xanthomonas campestris Cv. Citri. Bagian yang diserang adalah daun, tangkai, buah.
    • Gejala: bercak kecil berwarna hijau-gelap atau kuning di sepanjang tepi, luka membesar dan tampak seperti gabus pecah dengan diameter 3-5 mm.
    • Pengendalian: Fungisida Cu seperti Bubur Bordeaux, Copper oxychlorida. Selain itu untuk mencegah serangan ulat peliang daun adalah dengan mencelupkan mata tempel ke dalam 1.000 ppm Streptomycin selama 1 jam.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Buah jeruk dipanen pada saat masak optimal, biasanya berumur antara 28–36 minggu, tergantung jenis/varietasnya.
8.2. Cara Panen
Buah dipetik dengan menggunakan gunting pangkas.
8.3. Perkiraan Produksi
Rata-rata tiap pohon dapat menghasilkan 300-400 buah per tahun, kadang-kadang sampai 500 buah per tahun. Produksi jeruk di Indonesia sekitar 5,1 ton/ha masih di bawah produksi di negara subtropis yang dapat mencapai 40 ton/ha.
9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan
Di kebun, buah dikumpulkan di tempat yang teduh dan bersih. Pisahkan buah yang mutunya rendah, memar dan buang buah yang rusak. Sortasi dilakukan berdasarkan diameter dan berat buah yang biasanya terdiri atas 4 kelas. Kelas A adalah buah dengan diameter dan berat terbesar sedangkan kelas D memiliki diameter dan berat terkecil.
9.2. Penyortiran dan Penggolongan
Setelah buah dipetik dan dikumpulkan, selanjutnya buah disortasi/dipisahkan dari buah yang busuk. Kemudian buah jeruk digolongkan sesuai dengan ukuran dan jenisnya.
9.3. Penyimpanan
Untuk menyimpan buah jeruk, gunakan tempat yang sehat dan bersih dengan temperatur ruangan 8-10 derajat C.
9.4. Pengemasan
Sebelum pengiriman, buah dikemas di dalam keranjang bambu/kayu tebal yang tidak terlalu berat untuk kebutuhan lokal dan kardus untuk ekspor. Pengepakan jangan terlalu padat agar buah tidak rusak. Buah disusun sedemikian rupa sehingga di antara buah jeruk ada ruang udara bebas tetapi buah tidak dapat bergerak. Wadah untuk mengemas jeruk berkapasitas 50-60 kg.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
10.1. Analisis Usaha Budidaya
Analisis budidaya jeruk manis (Jaffa) skala 1 hektar selama masa tanam 6 tahun di daerah Batu (Malang) tahun 1999.
  1. Biaya produksi
    1. Sewa lahan 15 tahun @ Rp. 1.000.000,- Rp. 15.000.000,-
    2. Bibit 400 tanaman @ Rp. 2.500,- Rp. 100.000,-
    3. Pupuk kandang
      • Tahun ke-1, 67 m³ : @ Rp. 15.000,- Rp. 1.005.000,-
      • Tahun ke-2, 83 m³ : @ Rp. 15.000,- Rp. 1.245.000,-
      • Tahun ke-3, 100 m³ : @ Rp. 15.000,- Rp. 1.500.000,-
      • Tahun ke-4, 125 m³ : @ Rp. 15.000,- Rp. 1.875.000,-
      • Tahun ke-5, 150 m³ : @ Rp. 15.000,- Rp. 2.250.000,-
      • Tahun ke-6, 175 m³ : @ Rp. 15.000,- Rp. 2.625.000,-
    4. Pupuk Urea
      • Tahun ke-1, 80 kg @ Rp. 1.410,- Rp. 112.800,-
      • Tahun ke-2, 100 kg @ Rp. 1.410,- Rp. 141.000,-
      • Tahun ke-3, 145 kg @ Rp. 1.410,- Rp. 204.450,-
      • Tahun ke-4, 152 kg @ Rp. 1.410,- Rp. 214.320,-
      • Tahun ke-5, 222 kg @ Rp. 1.410,- Rp. 313.020,-
      • Tahun ke-6, 333 kg @ Rp. 1.410,- Rp. 469.530,-
    5. Pupuk SP 36
      • Tahun ke-1, 65 kg @ Rp. 2.055,- Rp. 133.575,-
      • Tahun ke-2, 85 kg @ Rp. 2.055,- Rp. 174.675,-
      • Tahun ke-3, 100 kg @ Rp. 2.055,- Rp. 205.500,-
      • Tahun ke-4, 100 kg @ Rp. 2.055,- Rp. 205.500,-
      • Tahun ke-5, 111 kg @ Rp. 2.055,- Rp. 228.105,-
      • Tahun ke-6, 166 kg @ Rp. 2.055,- Rp. 341.130,-
    6. Pupuk ZK
      • Tahun ke-1, 26 kg @ Rp. 2.550,- Rp. 66.300,-
      • Tahun ke-2, 50 kg @ Rp. 2.550,- Rp. 127.500,-
      • Tahun ke-3, 73 kg @ Rp. 2.550,- Rp. 186.150,-
      • Tahun ke-4, 152 kg @ Rp. 2.550,- Rp. 387.600,-
      • Tahun ke-5, 333 kg @ Rp. 2.550,- Rp. 849.150,-
      • Tahun ke-6, 500 kg @ Rp. 2.550,- Rp. 1.275.000,-
    7. Pupuk Daun
      • Tahun ke-1: 3 liter @ Rp. 54.000,- Rp. 162.000,-
      • Tahun ke-2: 6 liter @ Rp. 54.000,- Rp. 324.000,-
      • Tahun ke-3: 8 liter @ Rp. 54.000,- Rp. 432.000,-
      • Tahun ke-4: 10 liter @ Rp. 54.000,- Rp. 540.000,-
      • Tahun ke-5: 10 liter @ Rp. 54.000,- Rp. 540.000,-
      • Tahun ke-6: 10 liter @ Rp. 54.000,- Rp. 540.000,-
    8. Obat dan Pestisida (Antracol, Karathane,Nimrod, Dimecron, dll)
      • Tahun ke-1: Rp. 3.000.000,-
      • Tahun ke-2: Rp. 4.400.000,-
      • Tahun ke-3: Rp. 4.840.000,-
      • Tahun ke-4: Rp. 5.668.000,-
      • Tahun ke-5: Rp. 8.400.000,-
      • Tahun ke-6: Rp. 11.104.000,-
    9. Peralatan
      • Cangkul 20 buah @ Rp. 15.000,- Rp. 300.000,-
      • Sprayer 3 buah @ Rp. 300.000,- Rp. 900.000,-
      • Gunting pangkas 5 bh @ Rp. 50.000,- Rp. 250.000,-
    10. j. Tenaga kerja :
      • Tenaga tetap 1 or, Rp. 960.000,-/th Rp. 5.760.000,-
      • Pengolahan lahan
        • Tahun ke-1: 15 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 75.000,-
        • Tahun ke-2-6: 40 HOK, Rp. 200.000/th Rp. 1.000.000,-
      • Buat lubang tanam: 70 HOK @ Rp.5.000 Rp. 350.000,-
      • Penanaman: 30 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 150.000,-
      • Penyiangan: 20 HOK, Rp. 100.000/th Rp. 600.000,-
      • Pemupukan
        • Tahun ke-1-2: 30 HOK, Rp. 150.000,-/th Rp. 300.000,-
        • Tahun ke-3: 40 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 200.000,-
        • Tahun ke-4: 50 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 250.000,-
        • Tahun ke 5: 65 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 325.000,-
        • Tahun ke-6: 75 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 375.000,-
      • Pengendalaian HPT
        • Tahun ke-1: 24 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 120.000,-
        • Tahun ke-2: 36 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 180.000,-
        • Tahun ke-3: 48 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 240.000,-
      • Penyemprotan Hama
        • Tahun Ke-1: 50 Hok @ Rp. 5.000,- Rp. 250.000,-
        • Tahun ke-2: 65 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 325.000,-
        • Tahun ke-3: 60 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 300.000,-
      • Penyemprotan penyakit
        • Tahun ke-1: 20 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 100.000,-
        • Tahun ke-2: 30 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 150.000,-
        • Tahun ke-3: 30 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 150.000,-
      • Penyabutan batang
        • Tahun ke-2: 16 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 80.000,-
        • Tahun ke-3: 20 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 100.000,-
        • Tahun ke-4: 30 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 150.000,-
        • Tahun ke-5: 50 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 250.000,-
        • Tahun ke-6: 50 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 250.000,-
      • Pengairan
        • Tahun ke-1-3: 30 HOK, Rp. 150.000,-/th Rp. 450.000,-
        • Tahun ke-4-6: 40 HOK, Rp. 200.000,-/th Rp. 600.000,-
      • Pemangkasan
        • Tahun ke-2: 22 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 110.000,-
        • Tahun ke-3: 30 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 150.000,-
        • Tahun ke-4: 50 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 250.000,-
        • Tahun ke-5: 60 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 300.000,-
        • Tahun ke-6: 60 HOK @ Rp. 5.000,- Rp. 300.000,-
    • Jumlah biaya produksi selama 6 tahun Rp. 86.825.305,-
  2. Pendapatan (mulai produksi tahun ke-3)
    1. Tahun ke-3: 1.665 kg @ Rp. 5.000,-/kg Rp. 8.325.000,-
    2. Tahun ke-4: 4.995kg @ Rp. 5.000,-/kg Rp. 24.975.000,-
    3. Tahun ke-5: 9.990 kg @ Rp. 5.000,-/kg Rp. 49.950.000,-
    4. Tahun ke-6: 19.960 kg @ Rp. 5.000,-/kg Rp. 99.800.000,-
    • Jumlah pendapatan Rp.183.050.000,-
  3. Keuntungan dalam 6 tahun Rp. 96.224.695,-
    • Keuntungan rata-rata per tahun Rp. 16.037449,17,-
  4. Parameter kelayakan usaha : a. B/C ratio = 2,1
Catatan:
Dalam budidaya jeruk manis (Jaffa), tanaman mulai berproduksi pada tahun ke 3 dan keuntungan mulai didapat mulai tahun ke-4.
10.2 Gambaran Peluang Agribisnis
Di luar negeri jeruk merupakan komoditi buah-buahan yang sangat penting dengan nilai ekonomi tinggi. Tendensi permintaan buah-buah internasional termasuk jeruk akan meningkat, selain itu diperkiraan permintaan pasar dalam negeri akan meningkat sebesar 10 % per tahun.Konsumsi jeruk di Indonesia hanya 2,7 kg/orang/tahun, masih jauh dari konsumsi ideal sebesar 6,4 kg/orang/tahun. Dengan konsumsi ideal, diperlukan 1,3 juta ton jeruk/tahun, padahal produksi jeruk di tahun 1996 hanya 793.810 ton/tahun yang saat ini tidak bergerak banyak. Untuk itu masih diperlukan penambahan 50.129 ha kebun jeruk. Prospek agribisnis jeruk di Indonesia semakin baik karena lahan pertanian untuk buah-buahan meliputi areal jutaan hektar dan potensi peningkatan produksi jeruk juga tinggi karena selama ini kebun jeruk umumnya diusahakan secara tradisional. Selain itu, jeruk merupakan komoditas buah-buahan yang harganya relatif stabil.
11. STANDAR PRODUKSI
11.1. Ruang Lingkup
Standar produksi ini meliputi: syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilan contoh dan cara pengemasan.
11.2. Diskripsi
Jeruk keprok adalah buah dari tanaman jeruk keprok (Citrus reticulata LOUR) yang berkulit mudah dikupas, dalam keadaan cukup tua, utuh segar dan bersih.
11.3. Klasifikasi dan Standar Mutu
Jeruk keprok digolongkan dalam 4 (empat) ukuran yaitu kelas A, B, C dan D, berdasarkan berat tiap buah, yang masing-masing digolongkan dalam 2 (dua) jenis mutu, yaitu Mutu I dan Mutu II.
  • Kelas A: diameter ˜ 7,1 cm atau ˜ 151 gram/buah.
  • Kelas B: diameter 6,1–7,0 cm atau 101–150 gram/buah
  • Kelas C: diameter 5,1–6,0 cm atau 51–100 gram/buah
  • Kelas D: diameter 4,0–5,0 cm atau ˜ 50 gram/buah
Adapun syarat mutu buah jeruk keprok adalah sebagai berikut :
  1. Keasamaan sifat varietas: Seragam, cara uji organoleptik
  2. Tingkat ketuaan: Tua, tidak terlalu matang, cara uji organoleptik
  3. Kekerasan: Cukup keras, cara uji organoleptik
  4. Ukuran: Kurang seragam, cara uji SP-SMP-309-1981
  5. Kerusakan, % (jml/jml): maks 5-10, cara uji SP-SMP-310-1981
  6. Kotoran: bebas, bebas, cara uji organoleptik
  7. Busuk % (jml/jml): maks.1-2, cara uji SP-SMP-311-1981
11.4. Pengambilan Contoh
Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan seperti terlihat di bawah ini. Dari setiap kemasan diambil contoh sebanyak 20 buah dari bagian atas, tengah dan bawah. Contoh tersebut diacak bertingkat (startified random sampling) sampai diperoleh minimum 20 buah untuk dianalisis.
  1. Jumlah kemasan dalam partai (lot) sampai dengan 100, contoh yang diambil 5.
  2. Jumlah kemasan dalam partai (lot)101 sampai dengan 300, contoh yang diambil 7.
  3. Jumlah kemasan dalam partai (lot) 301-500, contoh yang diambil 9.
  4. Jumlah kemasan dalam partai (lot) 501-1000, contoh yang diambil 10.
  5. Jumlah kemasan dalam partai (lot) lebih dari 1000, contoh yang diambil 15 (minimum).
Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang berpengalaman atau dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan badan hukum.
11.5. Pengemasan
Buah jeruk dikemas dengan peti kayu/bahan lain yang sesuai dengan berat bersih maksimum 30 kg. Dibagian luar kemasan diberi label yang bertuliskan antara lain: nama barang, golongan ukuran, jenis mutu, nama/kode perusahaan, berat bersih, negara/tempat tujuan, hasil Indonesia, daerah asal.
12. DAFTAR PUSTAKA
  1. AAK. 1992. Bertanam Pohon Buah-buahan 2. Penerbit Kanisisus. Yogyakarta.
  2. Rahardi, Yovita H. Indriani & Haryono. 1999. Agribisnis Tanaman Buah. Penebar Swadaya. Jakarta.
  3. Trubus no 340. 1998. Masih Diperlukan Penambahan 50.129 ha Kebun Jeruk.
  4. R. Bambang Soelarso, Ir. 1996. Budidaya Jeruk Bebas Penyakit. Penerbit Kanisisus. Yogyakarta.
  5. Bonus Trubus No. 345. 1998. Celah-celah Usaha Terpilih.
Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS

AYAM ADUAN, Jenis dan Cara membuat pakan

Jenis jenis ayam aduan


1. Ayam Bangkok

Menempati posisi satu dari jenis-jenis ayam petarung adalah ayam Bangkok yang berasal dari Thailand. Yap, di samping dikenal sebagai ayam terpopuler di kalangan penggemar ayam aduan. Ayam bangkok juga memiliki otak paling cerdas saat di arena pertarungan.

Hal ini didapatkan tergantung dari garis keturunan, cara merawat ayam, dan cara melatih ayam yang dilakukan peternak / pemilik. Karena itu, jenis ayam ini bisa memiliki gaya bertarung yang khas, cepat, keras, dan mematikan. Baca 5 ciri-ciri ayam Bangkok berkualitas.

2. Ayam Brazilian

Sesuai namanya, ayam ini berasal dari Brasil. Jenis ayam Brazilian terkenal dengan gaya bertarung dengan kecepatan pukulannya.

3. Ayam Burma

Dalam bertarung, jenis ayam petarung satu ini punya semangat memenangkan pertarungan yang sangat luar biasa. Gaya bertarung begitu ofensif, menyerang langsung ke arah lawan.

Karakter ayam Burma yang kuat, seringkali memberi ide kepada para penggemar ayam petarung untuk mengawinkan ayam Burma dengan ayam Bangkok. Tujuannya supaya dihasilkan keturunan ayam yang membawa karakter induk.

4. Ayam Shamo

Ayam Shamo dikenal juga dengan julukan "Ninja Mini dari Jepang". Dibandingkan ayam aduan lainnya, bentuk fisik ayam Shamo paling atletis. Satu hal lagi, ayam Shamo punya "pukulan" yang akurat mengenai lawan.

5. Ayam Philiphine

Ayam yang berasal dari negara Filipina ini dikenal dari kecepatan gerak dan taji pisau yang mampu melukai lawan.

6. Ayam Saigon

Vietnam juga punya ayam petarung yang tak kalah hebatnya. Namanya dikenal di kalangan penggemar ayam dengan sebutan ayam Saigon. Ayam ini sangat tahan banting dengan kekuatan "pukulan" melebihi beberapa ayam petarung lainnya.

Ciri fisik yang bisa dikenali dari ayam Saigon adalah botaknya. Ya, di bagian leher dan kepala ayam Saigon memang tidak ditumbuhi bulu seperti kebanyakan ayam lainnya.

7. Ayam Siam

Hampir mirip dengan ayam Burma, ayam Siam juga memiliki karakter pantang menyerah ketika di arena. Ayam ini mempunyai "pukulan" yang cukup keras dan gaya bertarung paling variatif dibandingkan ayam aduan lainnya

Pakan merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan maupun stamina ayam Bangkok, dan sudah barang tentupakan ayam bangkok yg berbeda akan berpengaruh terhadap bobot pukulan maupun kelincahan.
1. Pakan Ayam Bangkok/ Ayam Aduan Berupa Beras Merah
  • Jenis Pakan ini diberikan setelah ayam Bangkok dewasa yaitu setelah pertumbuhan bulunya selesai, beras merah mempunyai kadar protein yg tinggi, mengandung rendah lemak, dan mudah dicerna. Ayam yg diberikan beras merah akan menjadi kekar & padat,  hanya bobot ayam menjadi berat namun sesuai dgn ayam yg mempunyai dasar pukulan yg keras. Cocok diberikan pada ayam yg tipe jalu sehingga pertumbuhan jalu menjadi cepat. Ayam jalu yg baik mempunyai tipikal harus cepat memyelesaikan pertarungan.
2. Pakan Ayam Bangkok/ Ayam Aduan Berupa Gabah
  • Pakan jenis ini menjadikan tubuh ayam Bangkok menjadi ringan & kesat, mirip dangan beras merah, hanya saja gabah mempunyai kandungan vitamin yg lebih komplek, kalsium yg tinggi & ekonomis, memperkuat bulu sehingga tidak mudah rontok bulunya. Gabah sangat sesuai dgn ayam tipe jalu yg memerlukan kelincahan terbang untuk menyerang cepat. Pemberian gabah hendaknya direndam air dulu & gabah yg mengapung dipisahkan.
3. Pakan Ayam Bangkok/ Ayam Aduan Berupa Jagung
  • Jenis pakan ini diberikan kepada ayam pukul, mempunyai pertumbuhan jalu lambat maupun lepek (tidak tumbuh jalu) mempunyai kandungan karbohidrat yg tertinggi diantara beras merah & gabah, kandungan fosfor & kalsium berpengaruh baik terhadap pertumbuhan tulang. Tulangan ayam Bangkok menjadi kuat & besar. Karbohidrat menjadikan ayam mempunyai tenaga yg besar & pukulan keras. Cara penggunaan jagung adalah direndam dulu sebelum diberikan agar menjadi lebih lunak.

Pemberian Pakan Ayam Bangkok/ Ayam Aduan
  • Ayam jalu yg baik adl yg bertipe memukul terus menerus tanpa mematuk, memukul sesering mungkin dlm waktu sesingkat-singkatnya. Faktor kecepatan sangat menentukan. Karena ayam jalu amat mengandalkan kecepatan, maka menu ransum yg paling tepat adl yg mengandung protein tinggi & sedikit lemak. Keunggulan dari ransum protein tinggi adl menjamin tenaga yg besar & kecepatan gerak sangat tinggi. Kelemahan ransum protein tinggi adl otot ayam bangkok mudah kelelahan. Formula ransum yg bisa dipakai : 2 kg konsentrat ayam petelur + 8 kg bekatul atau dedak. Ransum ini adl menu makanan pokok yg diberikan dgn dicampur air. Sebagai suplemen, dlm kadar sedikit dapat memberi jagung, beras merah, atau gabah. Sebaiknya, setiap hari ayam dijemur di atas alas pasir yg ditaburi pecahan batako sehingga ayam Bangkok akan memakan pecahan batako tersebut, tujuannya adalah dengan memakan batako akan menguatkan tulangnya karena sbg sumber kalsium.
  • Untuk ayam Bangkok tipe pemukul yg dirancang menang dlm waktu kurang dari 2 ronde, menu ransum sama dgn ayam jalu. Tetapi jika ayam dirancang untuk lebih tahan hingga 4 atau 5 ronde, menu yg tepat adl tinggi protein & tinggi energi. Formula ransum ayam pukul : 5 kg jagung halus + 2 kg dedak atau bekatul + 3 kg konsentrat ayam petelur.
Tips:
  1. Formula di atas hanya digunakan pada ayam yg dipelihara secara semi intensif atau ekstensif. Jika memelihara ayam bangkok secara intensif (ayam tidak diumbar), maka harus menambahkan 1 ons susu bayi pada formula di atas.
  2. Formula pakan ayam Bangkok di atas hanya dapat digunakan selama 14 hari berturut-turut. Dan jika lebih dari 14 hari harus diselingi dengan pakan lain.
B

Membuat Pakan Ternak

PAKAN TERNAK

  1. SEJARAH SINGKAT
    Ternak-ternak dipelihara untuk dimanfaatkan tenaga/diambil hasilnya dengan cara mengembangbiakkannya sehingga dapat meningkatkan pendapatan para petani. Agar ternak peliharaan tumbuh sehat dan kuat, sangat diperlukan pemberian pakan. Pakan memiliki peranan penting bagi ternak, baik untuk pertumbuhan ternak muda maupun untuk mempertahankan hidup dan menghasilkan produk (susu, anak, daging) serta tenaga bagi ternak dewasa. Fungsi lain dari pakan adalah untuk memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan. Agar ternak tumbuh sesuai dengan yang diharapkan, jenis pakan yang diberikan pada ternak harus bermutu baik dan dalam jumlah cukup. Pakan yang sering diberikan pada ternak kerja antara lain berupa: hijauan dan konsentrat (makanan penguat).
  2. SENTRA PERIKANAN
    Selama ini produksi pakan ikan alami dilakukan oleh pengusaha pembenihan ikan/udang dalam satu unit pembenihan, atau oleh Balai Budidaya milik Pemerintah. Sementara ini sentra produksi pakan ikan buatan berada di Jawa.
  3. JENIS
    1. Hijauan Segar
      Hijauan segar adalah semua bahan pakan yang diberikan kepada ternak dalam bentuk segar, baik yang dipotong terlebih dahulu (oleh manusia) maupun yang tidak (disengut langsung oleh ternak). Hijauan segar umumnya terdiri atas daun-daunan yang berasal dari rumput-rumputan, tanaman biji-bijian/ jenis kacang-kacangan.
      Rumput-rumputan merupakan hijauan segar yang sangat disukai ternak, mudah diperoleh karena memiliki kemampuan tumbuh tinggi, terutama di daerah tropis meskipun sering dipotong/disengut langsung oleh ternak sehingga menguntungkan para peternak/pengelola ternak. Hijauan banyak mengandung karbohidrat dalam bentuk gula sederhana, pati dan fruktosa yang sangat berperan dalam menghasilkan energi.
      1. Rumput-rumputan
        Rumput Gajah (Pennisetum purpureum), rumput Benggala (Penicum maximum), rumput Setaria (Setaria sphacelata), rumput Brachiaria (Brachiaria decumbens), rumput Mexico (Euchlena mexicana) dan rumput lapangan yang tumbuh secara liar.
      2. Kacang-kacangan: lamtoro (Leucaena leucocephala), stylo (Sty-losantes guyanensis), centro (Centrocema pubescens), Pueraria phaseoloides, Calopogonium muconoides dan jenis kacang-kacangan lain.
      3. c. Daun-daunan: daun nangka, daun pisang, daun turi, daun petai cina dll.
    2. Jerami dan hijauan kering
      Termasuk kedalam kelompok ini adalah semua jenis jerami dan hijauan pakan ternak yang sudah dipotong dan dikeringkan. Kandungan serat kasarnya lebih dari 18% (jerami, hay dan kulit biji kacang-kacangan).
    3. Silase
      Silase adalah hijauan pakan ternak yang disimpan dalam bentuk segar biasanya berasal dari tanaman sebangsa padi-padian dan rumput-rumputan.
    4. Konsentrat (pakan penguat)
      Contoh: dedak padi, jagung giling, bungkil kelapa, garam dan mineral.
  4. MANFAAT
    1. Sumber energi
      Termasuk dalam golongan ini adalah semua bahan pakan ternak yang kandungan protein kasarnya kurang dari 20%, dengan konsentrasi serat kasar di bawah 18%. Berdasarkan jenisnya, bahan pakan sumber energi dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu:
      1. Kelompok serealia/biji-bijian (jagung, gandum, sorgum)
      2. Kelompok hasil sampingan serealia (limbah penggilingan)
      3. Kelompok umbi (ketela rambat, ketela pohon dan hasil sampingannya)
      4. Kelompok hijauan yang terdiri dari beberapa macam rumput (rumput gajah, rumput benggala dan rumput setaria).
    2. Sumber protein
      Golongan bahan pakan ini meliputi semua bahan pakan ternak yang mempunyai kandungan protein minimal 20% (berasal dari hewan/tanaman).
      Golongan ini dibedakan menjadi 3 kelompok:
      1. Kelompok hijauan sebagai sisa hasil pertanian yang terdiri atas jenis daun-daunan sebagai hasil sampingan (daun nangka, daun pisang, daun ketela rambat, ganggang dan bungkil)
      2. Kelompok hijauan yang sengaja ditanam, misalnya lamtoro, turi kaliandra, gamal dan sentero
      3. Kelompok bahan yang dihasilkan dari hewan (tepung ikan, tepung tulang dan sebagainya).
    3. Sumber vitamin dan mineral
      Hampir semua bahan pakan ternak, baik yang berasal dari tanaman maupun hewan, mengandung beberapa vitamin dan mineral dengan konsentrasi sangat bervariasi tergantung pada tingkat pemanenan, umur, pengolahan, penyimpanan, jenis dan bagian-bagiannya (biji, daun dan batang). Disamping itu beberapa perlakuan seperti pemanasan, oksidasi dan penyimpanan terhadap bahan pakan akan mempengaruhi konsentrasi kandungan vitamin dan mineralnya.
      Saat ini bahan-bahan pakan sebagai sumber vitamin dan mineral sudah tersedia di pasaran bebas yang dikemas khusus dalam rupa bahan olahan yang siap digunakan sebagai campuran pakan, misalnya premix, kapur, Ca2PO4 dan beberapa mineral.
  5. PEDOMAN TEKNIS PEMBUATAN/PENGOLAHAN
    1. Kebutuhan Pakan
      Kebutuhan ternak terhadap pakan dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat bergantung pada jenis ternak, umur, fase (pertumbuhan, dewasa, bunting, menyusui), kondisi tubuh (normal, sakit) dan lingkungan tempat hidupnya (temperatur, kelembaban nisbi udara) serta bobot badannya. Maka, setiap ekor ternak yang berbeda kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda pula.
      Rekomendasi yang diberikan oleh Badan Penelitian Internasional (National Research Council) mengenai standardisasi kebutuhan ternak terhadap pakan dinyatakan dengan angka-angka kebutuhan nutrisi ternak ruminansia. Rekomendasi tersebut dapat digunakan sebagai patokan untuk menentukan kebutuhan nutrisi ternak ruminansia, yang akan dipenuhi oleh bahan-bahan pakan yang sesuai/bahan-bahan pakan yang mudah diperoleh di lapangan.
    2. Konsumsi Pakan
      Ternak ruminansia yang normal (tidak dalam keadaan sakit/sedang berproduksi), mengkonsumsi pakan dalam jumlah yang terbatas sesuai dengan kebutuhannya untuk mencukupi hidup pokok. Kemudian sejalan dengan pertumbuhan, perkembangan kondisi serta tingkat produksi yang dihasilkannya, konsumsi pakannya pun akan meningkat pula.
      Tinggi rendah konsumsi pakan pada ternak ruminansia sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal (lingkungan) dan faktor internal (kondisi ternak itu sendiri).
      1. Temperatur Lingkungan
        Ternak ruminansia dalam kehidupannya menghendaki temperatur lingkungan yang sesuai dengan kehidupannya, baik dalam keadaan sedang berproduksi maupun tidak. Kondisi lingkungan tersebut sangat bervariasi dan erat kaitannya dengan kondisi ternak yang bersangkutan yang meliputi jenis ternak, umur, tingkat kegemukan, bobot badan, keadaan penutup tubuh (kulit, bulu), tingkat produksi dan tingkat kehilangan panas tubuhnya akibat pengaruh lingkungan.
        Apabila terjadi perubahan kondisi lingkungan hidupnya, maka akan terjadi pula perubahan konsumsi pakannya. Konsumsi pakan ternak biasanya menurun sejalan dengan kenaikan temperatur lingkungan. Makin tinggi temperatur lingkungan hidupnya, maka tubuh ternak akan terjadi kelebihan panas, sehingga kebutuhan terhadap pakan akan turun. Sebaliknya, pada temperatur lingkungan yang lebih rendah, ternak akan membutuhkan pakan karena ternak membutuhkan tambahan panas. Pengaturan panas tubuh dan pembuangannya pada keadaan kelebihan panas dilakukan ternak dengan cara radiasi, konduksi, konveksi dan evaporasi.
      2. Palatabilitas
        Palatabilitas merupakan sifat performansi bahan-bahan pakan sebagai akibat dari keadaan fisik dan kimiawi yang dimiliki oleh bahan-bahan pakan yang dicerminkan oleh organoleptiknya seperti kenampakan, bau, rasa (hambar, asin, manis, pahit), tekstur dan temperaturnya. Hal inilah yang menumbuhkan daya tarik dan merangsang ternak untuk mengkonsumsinya.
        Ternak ruminansia lebih menyukai pakan rasa manis dan hambar daripada asin/pahit. Mereka juga lebih menyukai rumput segar bertekstur baik dan mengandung unsur nitrogen (N) dan fosfor (P) lebih tinggi.
      3. Selera
        Selera sangat bersifat internal, tetapi erat kaitannya dengan keadaan “lapar”. Pada ternak ruminansia, selera merangsang pusat saraf (hyphotalamus) yang menstimulasi keadaan lapar. Ternak akan berusaha mengatasi kondisi ini dengan cara mengkonsumsi pakan. Dalam hal ini, kadang-kadang terjadi kelebihan konsumsi (overat) yang membahayakan ternak itu sendiri.
      4. Status fisiologi
        Status fisiologi ternak ruminansia seperti umur, jenis kelamin, kondisi tubuh (misalnya bunting atau dalam keadaan sakit) sangat mempengaruhi konsumsi pakannya.
      5. Konsentrasi Nutrisi
        Konsentrasi nutrisi yang sangat berpengaruh terhadap konsumsi pakan adalah konsentrasi energi yang terkandung di dalam pakan. Konsentrasi energi pakan ini berbanding terbalik dengan tingkat konsumsinya. Makin tinggi konsentrasi energi di dalam pakan, maka jumlah konsumsinya akan menurun. Sebaliknya, konsumsi pakan akan meningkat jika konsentrasi energi yang dikandung pakan rendah.
      6. Bentuk Pakan
        Ternak ruminansia lebih menyukai pakan bentuk butiran (hijauan yang dibuat pellet atau dipotong) daripada hijauan yang diberikan seutuhnya. Hal ini berkaitan erat dengan ukuran partikel yang lebih mudah dikonsumsi dan dicerna. Oleh karena itu, rumput yang diberikan sebaiknya dipotong-potong menjadi partikel yang lebih kecil dengan ukuran 3-5 cm.
      7. Bobot Tubuh
        Bobot tubuh ternak berbanding lurus dengan tingkat konsumsi pakannya. Makin tinggi bobot tubuh, makin tinggi pula tingkat konsumsi terhadap pakan. Meskipun demikian, kita perlu mengetahui satuan keseragaman berat badan ternak yang sangat bervariasi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengestimasi berat badannya, kemudian dikonversikan menjadi “berat badan metabolis” yang merupakan bobot tubuh ternak tersebut. Berat badan ternak dapat diketahui dengan alat timbang. Dalam praktek di lapangan, berat badan ternak dapat diukur dengan cara mengukur panjang badan dan lingkar dadanya. Kemudian berat badan diukur dengan menggunakan formula:
        • Berat badan = Panjang badan (inci) x Lingkar Dada 2 (inci) / 661
        • Berat badan metabolis (bobot tubuh) dapat dihitung dengan cara meningkatkan berat badan dengan nilai 0,75
        • Berat Badan Metabolis = (Berat Badan)0,75
      8. Produksi
        Ternak ruminansia, produksi dapat berupa pertambahan berat badan (ternak potong), air susu (ternak perah), tenaga (ternak kerja) atau kulit dan bulu/wol. Makin tinggi produk yang dihasilkan, makin tinggi pula kebutuhannya terhadap pakan. Apabila jumlah pakan yang dikonsumsi (disediakan) lebih rendah daripada kebutuhannya, ternak akan kehilangan berat badannya (terutama selama masa puncak produksi) di samping performansi produksinya tidak optimal.
    3. Kandungan Nutrisi Pakan Ternak
      Setiap bahan pakan atau pakan ternak, baik yang sengaja kita berikan kepada ternak maupun yang diperolehnya sendiri, mengandung unsur-unsur nutrisi yang konsentrasinya sangat bervariasi, tergantung pada jenis, macam dan keadaan bahan pakan tersebut yang secara kompak akan mempengaruhi tekstur dan strukturnya. Unsur nutrisi yang terkandung di dalam bahan pakan secara umum terdiri atas air, mineral, protein, lemak, karbohidrat dan vitamin.
      Setelah dikonsumsi oleh ternak, setiap unsur nutrisi berperan sesuai dengan fungsinya terhadap tubuh ternak untuk mempertahankan hidup dan berproduksi secara normal. Unsur-unsur nutrisi tersebut dapat diketahui melalui proses analisis terhadap bahan pakan yang dilakukan di laboratorium. Analisis itu dikenal dengan istilah “analisis proksimat”.
    4. Peralatan Pembuatan Pakan Ternak
      1. Macam-Macam Silo
        Silo dapat dibuat dengan berbagai macam bentuk tergantung pada lokasi, kapasitas, bahan yang digunakan dan luas areal yang tersedia. Beberapa silo yang sudah dikenal adalah:
        1. Pit Silo: silo yang dirancang berbentuk silindris (seperti sumur) dan di bangun di dalam tanah.
        2. Trech Silo: silo yang dibangun berupa parit dengan struktur membentuk huruf V.
        3. Fench Silo: silo yang bentuknya menyerupai pagar atau sekat yang terbuat dari bambu atau kayu.
        4. Tower Silo: silo yang dirancang membentuk sebuah menara menjulang ke atas yang bagian atasnya tertutup rapat.
        5. Box Silo: silo yang rancangannya berbentuk seperti kotak.
      2. Cara Memformulasi Pakan
        Dalam memformulasikan penyusunan ransum atau pakan, perlu menggunakan Tabel Patokan Kebutuhan Nutrisi. Sebagai contoh kebutuhan nutrisi dalam penyusunan ransum bagi sapi perah adalah sebagai berikut :
        • Sapi perah betina muda berat 350 kg, satu setengah bulan menjelang beranak(melahirkan pada umur 36 bulan), membutuhkan pakan dengan kandungan nutrisi sebagai berikut:
          1. Kebutuhan hidup pokok dan reproduksi: Bahan Kering=6,4 Kg, ME=13 Mcal, Protein=570 gram, mineral=37 kg.
          2. Laktasi I: Bahan Kering=1,0 Kg, ME=2,02 Mcal, Protein=93,6 gram, Mineral=5 kg.
          3. Sehingga jumlah Bahan Kering=7,4 kg, ME=15,02 kg, Protein=663,6 gram, Mineral=42 gram.
        • Dari kebutuhan nutrisi tersebut, kebutuhan pakannya dapat diformulasikan dengan suatu metode. Misalnya bahan-bahan pakan yang tersedia adalah:
          1. Rumput gajah: Bahan Kering=16%, ME=0,33 Mcal, Protein=1,8 gram%BK, Mineral=2,5 gram%BK
          2. Rumput Kedele: Bahan Kering=93,5%, ME=3,44 Mcal, Protein=44,9 gram%BK, Mineral=6,3 gram%BK
          3. Bungkil kelapa: Bahan Kering=86%, ME=2,86 Mcal, Protein=18,6 gram%BK, Mineral=5,5 gram%BK
        • Rumput gajah akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan kering sebanyak 80%= 80/100X7,4 kg = 5,92 kg BK. Maka kandungan protein yang sudah dapat dipenuhi rumput adalah: sebanyak = 1,8/100 X 5,92 kg = 106,56 gram protein.
          Kekurangan:
          Bahan kering = 7,4 - 5,92 kg = 1,48 kg
          Protein = (663,6 - 106,56) gram = 557,04 kg atau 557,04/1480 X 100% = 37,64%.
          Bungkil kedelai akan memenuhi kekurangan tersebut sejumlah: 19,04/26,3 X 1,48 kg = 1,07 kg BK.
          Bungkil kelapa akan memenuhi kekurangan tersebut sejumlah: 7,26/26,3 X 1,48 kg = 0,41 kg BK.
          Jadi, jumlah bahan pakan segar yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan ternak dengan kondisi tersebut di atas adalah:
          Rumput gajah = 5,92 X 100/16 kg = 37 kg
          Bungkil kedelai = 1,07 X 100/93,5 kg = 1,14 kg
          Bungkil kelapa = 0,41 X 100/86 kg = 0,48 kg.
      3. Teknologi Pakan
        Teknologi pakan ternak ruminansia meliputi kegiatan pengolahan bahan pakan yang bertujuan meningkatkan kualitas nutrisi, meningkatkan daya cerna dan memperpanjang masa simpan. Sering juga dilakukan dengan tujuan untuk mengubah limbah pertanian yang kurang berguna menjadi produk yang berdaya guna.
        Pengolahan bahan pakan yang dilakukan secara fisik (pemotongan rumput sebelum diberikan pada ternak) akan memberi kemudahan bagi ternak yang mengkonsumsinya. Pengolahan secara kimiawi (dengan menambah beberapa bahan kimia pada bahan pakan agar dinding sel tanaman yang semula berstruktur sangat keras berubah menjadi lunak sehingga memudahkan mikroba yang hidup di dalam rumen untuk mencernanya.
        Banyak teknik pengolahan telah dilakukan di negara-negara beriklim sub-tropis dan tropis, akan tetapi sering menyebabkan pakan menjadi tidak ekonomis dan masih memerlukan teknik-teknik untuk memodifikasinya, terutama dalam penerapannya di tingkat peternak.
        Beberapa teknik pengolahan bahan pakan yang mudah dilakukan di lapangan adalah:
        1. Pembuatan Hay
          Hay adalah tanaman hijauan pakan ternak, berupa rumput-rumputan/leguminosa yang disimpan dalam bentuk kering berkadar air: 20-30%. Pembuatan Hay bertujuan untuk menyeragamkan waktu panen agar tidak mengganggu pertumbuhan pada periode berikutnya, sebab tanaman yang seragam akan memilik daya cerna yang lebih tinggi. Tujuan khusus pembuatan Hay adalah agar tanaman hijauan (pada waktu panen yang berlebihan) dapat disimpan untuk jangka waktu tertentu sehingga dapat mengatasi kesulitan dalam mendapatkan pakan hijauan pada musim kemarau.
          Ada 2 metode pembuatan Hay yang dapat diterapkan yaitu:
          1. Metode Hamparan
            Merupakan metode sederhana, dilakukan dengan cara meghamparkan hijauan yang sudah dipotong di lapangan terbuka di bawah sinar matahari. Setiap hari hamparan di balik-balik hingga kering. Hay yang dibuat dengan cara ini biasanya memiliki kadar air: 20 - 30% (tanda: warna kecoklat-coklatan).
          2. Metode Pod
            Dilakukan dengan menggunakan semacam rak sebagai tempat menyimpan hijauan yang telah dijemur selama 1 - 3 hari (kadar air ± 50%). Hijauan yang akan diolah harus dipanen saat menjelang berbunga (berkadar protein tinggi, serat kasar dan kandungan air optimal), sehingga hay yang diperoleh tidak berjamur (tidak berwarna “gosong”) yang akan menyebabkan turunnya palatabilitas dan kualitas.
        2. Pembuatan Silase
          Silase adalah bahan pakan ternak berupa hijauan (rumput-rumputan atau leguminosa) yang disimpan dalam bentuk segar mengalami proses ensilase. Pembuatan silase bertujuan mengatasi kekurangan pakan di musim kemarau atau ketika penggembalaan ternak tidak mungkin dilakukan.
          • Prinsip utama pembuatan silase:
            1. menghentikan pernafasan dan penguapan sel-sel tanaman.
            2. mengubah karbohidrat menjadi asam laktat melalui proses fermentasi kedap udara.
            3. menahan aktivitas enzim dan bakteri pembusuk.
          • Pembuatan silase pada temperatur 27-35 derajat C., menghasilkan kualitas yang sangat baik. Hal tersebut dapat diketahui secara
            organoleptik, yakni:
            1. mempunyai tekstur segar
            2. berwarna kehijau-hijauan
            3. tidak berbau
            4. disukai ternak
            5. tidak berjamur
            6. tidak menggumpal
          • Beberapa metode dalam pembuatan silase:
            1. Metode Pemotongan
              • Hijauan dipotong-potong dahulu, ukuran 3-5 cm
              • Dimasukkan kedalam lubang galian (silo) beralas plastik
              • Tumpukan hijauan dipadatkan (diinjak-injak)
              • Tutup dengan plastik dan tanah
            2. Metode Pencampuran
              Hijauan dicampur bahan lain dahulu sebelum dipadatkan (bertujuan untuk mempercepat fermentasi, mencegah tumbuh jamur dan bakteri pembusuk, meningkatkan tekanan osmosis sel-sel hijauan. Bahan campuran dapat berupa: asam-asam organik (asam formiat, asam sulfat, asam klorida, asam propionat), molases/tetes, garam, dedak padi, menir /onggok dengan dosis per ton hijauan sebagai berikut:
              • asam organik: 4-6kg
              • molases/tetes: 40kg
              • garam : 30kg
              • dedak padi: 40kg
              • menir: 35kg
              • onggok: 30kg
                Pemberian bahan tambahan tersebut harus dilakukan secara merata ke seluruh hijauan yang akan diproses. Apabila menggunakan molases/tetes lakukan secara bertahap dengan perbandingan 2 bagian pada tumpukan hijauan di lapisan bawah, 3 bagian pada lapisan tengah dan 5 bagian pada lapisan atas agar terjadi pencampuran yang merata.
            3. Metode Pelayuan
              • Hijauan dilayukan dahulu selama 2 hari (kandungan bahan kering 40% - 50%.
              • Lakukan seperti metode pemotongan
        3. Amoniasi
          Amoniasi merupakan proses perlakuan terhadap bahan pakan limbah pertanian (jerami) dengan penambahan bahan kimia: kaustik soda (NaOH), sodium hidroksida (KOH) atau urea (CO(NH2) 2. Proses amoniasi dapat menggunakan urea sebagai bahan kimia agar biayanya murah serta untuk menghindari polusi. Jumlah urea yang diperlukan dalam proses amoniasi: 4 kg/100 kg jerami. Bahan lain yang ditambahkan yaitu : air sebagai pelarut (1 liter air/1 kg jerami).
        4. Pakan Pemacu
          Merupakan sejenis pakan yang berperan sebagai pemacu pertumbuhan dan peningkatan populasi mikroba di dalam rumen, sehingga dapat merangsang penambahan jumlah konsumsi serat kasar yang akan meningkatkan produksi.
          Molases sebagai bahan dasar pakan pemacu merupakan bahan pakan yang dapat difermentasi dan mengandung beberapa mineral penting. Dapat memperbaiki formula menjadi lebih kompak, mengandung energi cukup tinggi sehingga dapat meningkatkan palatabilitas serta citarasa. Urea merupakan bahan pakan sumber nitrogen yang dapat difermentasi. Setiap kilogram urea mempunyai nilai yang setara dengan 2,88 kg protein kasar (6,25X46%). Dalam proporsi tertentu mempunyai dampak positif terhadap peningkatan konsumsi serat kasar dan daya cerna.
          1. Proses Pembuatan
            Dilakukan dalam suasana hangat dan bertahap :
            • Molases (29% dari total formula) dipanaskan pada suhu ± 50 derajat C.
            • Buat campuran I (tapioka 16%, dedak padi 18%, bungkil kedelai 13%).
            • Buat campuran II (urea: 5%, kapur 4%, garam 9%).
            • Buat campuran III (tepung tulang 5% dan mineral 1%).
            • Buat campuran IV dari campuran I, II, III yang diaduk merata.
            • Masukkan campuran IV sedikit sedikit ke dalam molases, diaduk hingga merata (±15 menit).
            • Masukkan dalam mangkok/cetakan kayu beralas plastik dan padatkan.
            • Simpan di tempat teduh dan kering.
          2. Kualitas Nutrisi
            Hasil analisis proksimat, pakan pamacu yang dibuat dengan formulasi tersebut mempunyai nilai nutrisi sebagai berikut: Energi 1856 Kcal, protein 24%, kalsium 2,83% dan fosfor 0,5%.
          3. Jumlah dan Metode Pemberian
            Pemberian pakan pamacu dapat meningkatkan konsentrasi amonia dalam rumen dari (60-100) mgr/liter menjadi 150-250 mgr/liter. Jumlah pemberian pakan pemacu disesuaikan dengan jenis dan berat badan ternak. Untuk ternak ruminansia kecil (domba/kambing) maksimum 4 gram untuk setiap berat badan. Untuk ternak ruminansia besar (sapi) 2 gram untuk setiap berat badan dan 3,8 gram untuk kerbau. Pemberian pakan pemacu sangat cocok bagi ternak ruminansia yang digembalakan dan diberi sisa tanaman pangan seperti jerami atau bahan pakan berkadar protein rendah.
        5. Pakan Penguat
          Pakan penguat atau konsentrat yang berbentuk seperti tepung adalah sejenis pakan komplet yang dibuat khusus untuk meningkatkan produksi dan berperan sebagai penguat. Mudah dicerna, karena terbuat dari campuran beberapa bahan pakan sumber energi (biji-bijian, sumber protein jenis bungkil, kacang-kacangan, vitamin dan mineral). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan pakan penguat:
          1. Ketersediaan Harga Satuan Bahan Pakan
            Beberapa bahan pakan mudah diperoleh di suatu daerah, dengan harga bervariasi, sedang di beberapa daerah lain sulit didapat. Harga perunit bahan pakan sangat berbeda antara satu daerah dan daerah lain, sehingga keseragaman harga per unit nutrisi (bukan harga per unit berat) perlu dihitung terlebih dahulu.
          2. Standar kualitas Pakan Penguat
            Kualitas pakan penguat dinyatakan dengan nilai nutrisi yang dikandungnya terutama kandungan energi dan potein. Sebagai pedoman, setiap Kg pakan penguat harus mengandung minimal 2500 Kcal energi dan 17% protein, serat kasar 12%.
          3. Metode dan Teknik Pembuatan
            Metode formulasi untuk pakan penguat adalah metode simultan, metode segiempat bertingkat, metode aljabar, metode konstan kontrol, metode ekuasi atau metode grafik.
          4. Prosedur Memformulasi
            • Buat daftar bahan pakan yang akan digunakan, kandungan nutrisinya (energi, potein), harga per unit berat, harga per unit energi dan harga per unit protein.
            • Tentukan standar kualitas nutrisi pakan penguat yang akan dibuat.
            • Memformulasi, dilakukan pada form formulasi.
            • Tentukan sebanyak 2% (pada kolom %) bahan pakan sebagai sumber vitamin dan mineral.
            • Tentukan sebanyak 30% bahan pakan yang mempunyai kandungan energi lebih tinggi daripada kandungan energi pakan penguat, tetapi harga per unit energinya yang paling murah (dapat digunakan lebih dari 1 macam bahan pakan).
            • Tentukan sebanyak 18% bahan pakan yang mempunyai kandungan protein lebih tinggi daripada kandungan protein pakan penguat, tetapi harga per unit proteinnya paling murah.
            • Jumlahkan (% bahan, Kcal energi, % protein dan harganya), maka 50% formula sudah diperoleh.
            • Lakukan pengecekan kualitas dengan membandingkan kualitas nutrisi %0% formula dengan kualitas nutrisi 50% pakan penguat.
  6. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
    1. Analisis Budidaya Usaha Agribisnis :
      Pakan mengambil 70% dari total biaya produksi peternakan, sehingga tetap menjadi aktual untuk dijadikan suatu bisnis yang sangat cerah. Salah satu yang memungkinkan proses agroindutri yang akan menjadi peluang bisnis yang bagus yaitu mewujudkan industri pakan blok. Selain dari pada itu telah banyak dilakukan penelitian terapan dibidang pakan blok yang sangat mungkin dikembangkan.
  7. DAFTAR PUSTAKA
    1. Kartadisastra, H.R. (1997). Penyediaan & Pengelolaan Pakan ternak Ruminansia (Sapi, Kerbau, Domba, Kambing). Yogyakarta, Kanisius
    2. Budi Pratomo (1986). Cara Menyusun ransum ternak. Poultri Indonesia.
    3. Suara Karya, 3 Maret 1992. Mengenal Pakan Ternak Jenis Unggul.
    4. Neraca, 6 Juni 1991. Jenis Pakan Yang Cocok Untuk Ternak.
    5. Suara Karya, 19 Januari 1993. Memanfaatkan Sisa Pakan.
    6. Suara Karya, 2 Juni 1992. Silase, Pakan Ternak Musim Kemarau.
    7. Neraca, 1 Juli 1991. Pemgolahan Jerami Menjadi Pakan Yang Disukai ternak.
    8. Pikiran Rakyat, 21 Mei 1990. Perlakuan Khusus Terhadap Biji-bijian Bahan Pakan Ternak.
    9. Neraca, 20 juli 1990. Pembuatan Hijauan Makanan Ternak.
    10. Suara Karya, 15 September 1992. Cara Menanam Rumput Gajah.
    11. Kedaulatan Rakyat, 21 Juni 1990. Prospek Industri Makanan Ternak Limbah Coklat di Wonosari Cerah.
  8. KONTAK HUBUNGAN
    1. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
    2. Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8, Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952, Situs Web: http://www.ristek.go.id