Showing posts with label Alat. Show all posts
Showing posts with label Alat. Show all posts

Alat Perajang Singkong Secara Manual


PERAJANG SINGKONGMANUAL
(SISTEM ENGKOL)
1. FUNGSI
Merajang singkong yang sudah dikupas, sehingga menjadi tipis-tipis dan siap diolah atau digoreng menjadi keripik.
2. CARA KERJA
  1. Siapkan bahan yang akan dirajang.
  2. Asah dan bersihkan pisau perajang sebelum dipakai
  3. Posisi pisau disetel sesuai dengan ketebalan yang diinginkan
  4. Kemudian bahan yang akan dirajang diletakkan pada pisau perajang sambil didorong pelan-pelan, sehingga bahan terajang semuanya.
  5. Selesai bekerja, alat dibersihkan supaya tahan lama.
3. SPESIFIKASI
  1. Dimensi alat : P = 40 cm; L = 30 cm; T = 50 cm
  2. Berat : 2 kg
  3. Tenaga penggerak : Manual
  4. Kapasitas kerja : ---
  5. Operator : 1 orang
  6. Bahan : Besi siku, alumunium
4. KONTAK HUBUNGAN
Bagian Proyek Teknologi Tepat Guna, Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna, LIPI; Jl. KS. Tubun No. 5 Subang; Tel./Fax. (0260) 417348, 411478 Jakarta, Maret 2001
Sumber : Alat-Alat Teknologi Pedesaan Spesifikasi Produk, Bagian Proyek Teknologi Tepat Guna, Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna, LIPI

Alat Perajang Singkong Tradisional


PERAJANG SINGKONG 
1. FUNGSI
Merajang singkong yang sudah dikupas, sehingga menjadi tipis-tipis dan siap diolah atau digoreng menjadi keripik.
2. CARA KERJA
  1. Siapkan bahan yang akan dirajang.
  2. Asah dan bersihkan pisau perajang sebelum dipakai
  3. Motor dihidupkan, posisi pisau disetel sesuai dengan ketebalan yang diinginkan.
  4. Kemudian bahan yang akan dirajang diletakkan pada pisau perajang sambil didorong pelan-pelan, sehingga bahan terajang semuanya.
  5. Selesai bekerja, alat dibersihkan supaya tahan lama.
3. SPESIFIKASI
  1. Dimensi alat : P = 60 cm; L = 40 cm; T = 100 cm
  2. Berat : 8,5 kg
  3. Tenaga penggerak : Motor penggerak
  4. Kapasitas kerja : 80 kg
  5. Operator : 1 orang
  6. Bahan : Besi siku, alumunium
4. KONTAK HUBUNGAN
Bagian Proyek Teknologi Tepat Guna, Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna, LIPI; Jl. KS. Tubun No. 5 Subang; Tel./Fax. (0260) 417348, 411478
Jakarta, Maret 2001
Sumber : Alat-Alat Teknologi Pedesaan Spesifikasi Produk, Bagian Proyek Teknologi Tepat Guna, Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna, LIPI

Mesin Penyangrai Kopi


MESIN PENYANGRAI
1. PERANCANG : Muhammad Saukat pada tahun 1998 (Alumni Jurusan Keteknikan Pertanian Fak. Teknologi Pertanian IPB, Bogor).
2. PENGGUNA/FUNGSI : Agroindustri pengguna adalah industri kopi bubuk, kacang goreng dan emping melinjo.
3. SPESIFIKASI
  1. Dimensi ---
  2. Konstruksi ---
  3. Rancangan Fungsional
    • Sumber panas: kompor minyak tanah tipe sprayer.
    • Tenaga penggerak: motor listrik 1 HP, 1495 rpm.
  4. Rancangan Struktural ---
  5. Bahan ---
  6. Kapasitas 20 - 25 kg per menit.
  7. Umur Alat 5 (lima) tahun.
4. PRINSIP KERJA ALAT
Bahan diaduk di dalam selinder pengaduk yang dipanasi pada bagian luarnya oleh api kompor. Selinder diputar oleh motor listrik.
5. HARGA/ANALISIS BIAYA
Harga perkiraan 1 (satu) unit pada tahun 1998 adalah Rp. 8.500.000,- (dengan kompor dan motor listrik).
6. KONTAK HUBUNGAN : Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat, Jl.Rasuna Said, Padang Baru, Padang, Tel. 0751 40040, Fax. 0751 40040. Jakarta, Maret 2001
Sumber : Teknologi Tepat Guna Untuk Agroindustri Kecil Sumatera Barat, Hasbullah, Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat, Padang, 2000.

Alat Pembuat Tepung Beras


Kincir Air Penumbuk Beras
1. PERANCANG ---
2. PENGGUNA/FUNGSI
Agroindustri pengguna adalah industri tepung beras, peternak yang meramu sendiri pakan ternaknya (penumbuk jagung)
3. SPESIFIKASI
  1. Dimensi ---
  2. Konstruksi Bahan untuk konstruksi adalah kayu
  3. Rancangan Fungsional ---
  4. Rancangan Struktural ---
  5. Bahan ---
  6. Kapasitas ---
  7. Umur Alat 10 - 15 tahun (tergantung perawatan dan mutu kayu yang digunakan)
4. PRINSIP KERJA ALAT
Roda bersekat (a) diletakkan pada aliran air sehingga rida berputar. Putaran diteruskan pada batang poros (b) yang dipasang dengan lengan pengangkat alu (c). lengan pengangkat alu akan mengangkat alu secara perlahan sampai putaran mendekat 180° . Kemudian melepaskan alu sehingga alu jatuh dengan tenaga gravitasi menghantam bahan yang sedang ditumbuk di dalam lumpang kayu (d). Proses ini berlangsung terus menerus sampai bahan dianggap cukup halus. Beras yang digiling dengan cara ini biasanya harus direndam di dalam air selama 1 jam agar lebih lunak dan mudah digiling.
5. HARGA/ANALISIS BIAYA
Harga 1 (satu) unit adalah Rp. 800.000,- (tahun 2000)
6. KONTAK HUBUNGAN
Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat, Jl.Rasuna Said, Padang Baru, Padang, Tel. 0751 40040, Fax. 0751 40040 Jakarta, Maret 2001
Sumber : Teknologi Tepat Guna Untuk Agroindustri Kecil Sumatera Barat, Hasbullah, Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat, Padang, 2000.

Alat Pembuata Arang Kelapa


KILN PENG-ARANG
1. PERANCANG : International Labour Office pada tahun 1975
2. PENGGUNA/FUNGSI : Dapat digunakan oleh industri pembuatan arang tempurung kelapa dan kayu
3. SPESIFIKASI
  1. Dimensi : Diameter 2,32 m; tinggi 2,58 m
  2. Konstruksi ---
  3. Rancangan Fungsional : ---
  4. Rancangan Struktural : ---
  5. Bahan : ---
  6. Kapasitas : 9 - 12 m 3
  7. Umur Alat : 5 (lima) tahun
4. PRINSIP KERJA ALAT
Tempurung kelapa dimasukkan ke dalam kiln sampai penuh, kemudian bahan paling bawah dibakar. Pembakaran terjadi secara tidak sempurna karena
kekurangan oksigen sehingga bahan hanya teroksidasi menjadi karbon (arang).
5. HARGA/ANALISIS BIAYA
Harga untuk 1 (satu) unit adalah Rp. 6.500.000,- (perkiraan pada tahun 2000)
6. KONTAK HUBUNGAN
Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat, Jl.Rasuna Said, Padang Baru, Padang, Telp. 0751 40040, Fax. 0751 40040 Jakarta, Maret 2001
Sumber : Teknologi Tepat Guna Untuk Agroindustri Kecil Sumatera Barat, Hasbullah, Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat, Padang, 2000.

Membuat Ekstraktor buah-buahan


EKSTRAKTOR BUAH-BUAHAN
1. FUNGSI : Menghancurkan buah-buahan sekaligus memisahkannya dengan biji.
2. CARA KERJA
  1. Bahan dimasukkan ke dalam corong penampungan.
  2. Nyalakan motor listrik dengan menekan tombol ON.
  3. Motor akan berputar danmemisahkan antara biji dan buah.
  4. Setelah bekerja, alat dibersihkan supaya tahan lama.
3. SPESIFIKASI
  1. Dimensi alat : L = 50 cm; T = 110 cm; selinder A = 26 cm; selinder B =46 cm
  2. Berat : ---
  3. Tenaga penggerak : Motor penggerak EM 2 HP, 980 RPM
  4. Kapasitas kerja : ---
  5. Operator : 1 orang
  6. Bahan : Stainless stell
4. KONTAK HUBUNGAN
Bagian Proyek Teknologi Tepat Guna, Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna, LIPI; Jl. KS. Tubun No. 5 Subang; Tel./Fax. (0260) 417348, 411478
Jakarta, Maret 2001
Sumber : Alat-Alat Teknologi Pedesaan Spesifikasi Produk, Bagian Proyek Teknologi Tepat Guna, Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna, LIPI

MEMBUAT ALAT PENGERING SURYA TIPE TUNNEL


ALAT PENGERING SURYA TIPE TUNNEL
1. PERANCANG Hadi Suryanto (DIPTI Sumatera Barat).
2. PENGGUNA/FUNGSI
Penggunaan untuk semua bahan hasil pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan. Uji coba telah dilakukan terhadap pengeringan berbagai jenis ikan.
3. SPESIFIKASI
1) Dimensi Ruang penyerap panas (mm): 1200 x 1000 x 300; ruang pengering (mm): 9000 x 1000 x 300.
2) Konstruksi
  • Rangka utama (lantai dan dinding) dari kayu, atap dari plastik transparan, dan penyangga dari batu bata.
  • Penyambungan dengan paku.
3) Rancangan Fungsional
  • Sumber energi :
    • Cahaya surya.
    • Listrik 220 volt, 15 watt.
  • Penyerap panas : penyerap panas adalah seng gelombang yang dicat hitam dan ditempatkan pada ruang penyerap panas.
  • Kipas listrik : untuk memasukkan udara dari luar ke dalam ruang penyerap panas, selanjutnya ke ruang pengering.
4) Rancangan Struktural
  • Ruang penyerap panas :
    • penurap panas dari seng gelombang bercat hitam
    • kipas listrik
    • saluran udara masuk ke ruang penyerap panas
  • Ruang pengering : berukuran 9000 mm x 1000 mm x 300 mm
5) Bahan Kayu, plastik dan seng.
6) Kapasitas 50 - 200 kg per hari, tergantung jenis ikan (pada kondisi langit cerah, 9.00 sampai 13.00 WIB)
7) Umur Alat 2 (dua) tahun
4. PRINSIP KERJA ALAT
Sinar surya memanaskan udara di ruang penyerap panas, ruang pengering, seng penyerap panas, dan bahan yang dikeringkan. Kipas udara akan
mendorong udara luar masuk ke ruang penyerap panas, kemudian mengalir ke ruang ini mengalir ke luar. Penguapan air bahan juga disebabkan oleh
pemanasan langsung oleh sinar surya ke ruang pengering.
5. HARGA/ANALISIS BIAYA
a) Harga untuk setiap unit adalah Rp. 1.100.000,- (perkiraan tahun 1999).
b) Perkiraan biaya pokok operasi : Rp. 60,- sampai Rp. 310,- per kg ikan, tergantung jenis ikan
6. KONTAK HUBUNGAN
Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat, Jl.Rasuna Said, Padang Baru, Padang, Tel. 0751 40040, Fax. 0751 40040 Jakarta, Maret 2001
Sumber : Teknologi Tepat Guna Untuk Agroindustri Kecil Sumatera Barat, Hasbullah, Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat, Padang, 2000.

Alat Pengering Tenaga Surya


ALAT PENGERING TENAGA SURYA MODEL AIT
1. PERANCANG
Asian Institute Technologym Bangkok
2. PENGGUNA/FUNGSI
Penggunaan untuk semua bahan hasil pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan.
3. SPESIFIKASI
1) Dimensi Ruang pengumpul panas (mm) : 200 x 3000 x 2000; ruang pengering (mm): 900 x 1000 x 2000.
2) Konstruksi
a) Rangka utama dari kayu dan plastik polietilen.
b) Penyambungan dengan menggunakan paku.
3) Rancangan Fungsional
a) Sumber energi: sinar matahari.
b) Pengumpul panas: seng gelombang yang dicat hitam.
4) Rancangan Struktural
a) Ruang pengumpul panas:
- seng gelombang yang dicat hitam
- saluran pemasukan udara
- kerangka: alas dan dinding dari papan, dan penutup dari plastik transparan polietilen
b) Ruang pengering:
- plenum
- rak-rak bahan yang dikeringkan
- saluran pengeluaran udara
- kerangka dari kayu, dinding dan atap dari plastik transparan polietilen
5) Bahan Kayu, seng dan plastik.
6) Kapasitas 50 - 100 kg ikan.
7) Umur Alat 2 (dua) tahun
4. PRINSIP KERJA ALAT
Cahaya matahari memanaskan udara dari seng gelombang di ruang pengumpul panas. Udara panas yang relatif ringan dibanding udara di ruang pengering mengalir ke ruang pengering untuk menguapkan air pada bahan. Udara pada ruang pengering mengalir ke bagian atas ruang pengering dan keluar melalui ventilasi. Cahaya matahari juga memanasi bahan di ruang pengering sevara langsung dari plastik transparan.
5. HARGA/ANALISIS BIAYA
a) Harga untuk setiap unit adalah Rp. 1.000.000,- (perkiraan tahun 1997).
b) Perkiraan biaya operasional: Rp. 2.495, 70 per jam (8 jam operasi per hari).
c) Perkiraan biaya pengeringan: Rp. 5,- sampai Rp. 25, - per kg ikan.
6. KONTAK HUBUNGAN
Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat, Jl.Rasuna Said, Padang Baru, Padang, Tel. 0751 40040, Fax. 0751 40040 Jakarta, Maret 2001 Sumber : Teknologi Tepat Guna Untuk Agroindustri Kecil Sumatera Barat, Hasbullah, Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat, Padang, 2000.

Membuat Alat Pengering Tenaga Listrik


ALAT PENGERING TENAGA LISTRIK

1. PERANCANG
Supriyanto (Balai Besar Pengembangan Alat dan Mesin Pertanian, Serpong).
2. PENGGUNA/FUNGSI
Bahan yang dikeringkan: semua bahan hasil pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan. Tapi alat ini baru diujikan untuk pengeringan ikan.
3. SPESIFIKASI
1) Dimensi : Ruang pemanas : 750 x 300 x 830 (mm); ruang pengering: 750 x 1000 x 830 (mm); dan ruang hisap: 750 x 300 x 830 (mm).
2) Konstruksi
  • Rangka utama besi siku dan aluminium blok.
  • Penyambungan dengan las listrik dan rivet.
3) Rancangan Fungsional
  • Sumber energi: Listrik 1200 watt, untuk
    • Pemanas (220 V, 1000 Watt)
    • Kontrol elektronik
    • Pompa (220 V, 125 Watt).TTG ALAT PENGOLAHAN
    • Kipas hisap (220 V, 75 watt)
  • Kondensor pelepas panas: 40 x 30 cm.
  • Klep pengarah arus udara: untuk mengarahkan gerakan udara panas berganti-ganti dari arah yang berlawana sehingga mengurangi kerja pembalikan bahan.
  • Filamen pemanas: untuk pengendalian pelepasan panas, menurunkan tekanan di dalam ruang pengering, dan mengurangi gerakan turbulen aliran udara agar tidak terjadi pemborosan tenaga.
  • Kipas hisap diletakkan pada bagian belakang.
f) Termostat: terdiri dari termostat pengatur temperatur udara, dan termostas pangatur kipas hisap.
4) Rancangan Struktural
  • Ruang pembangkit : 750 mm X 300 mm X 830 mm, terdiri dari (a) filamen pemanas, (b) pompa, dan (c) kondensor.
  • Ruang pengering : 750 mm X 1000 mm X 830 mm, terdiri dari:
    • klep pengarah aliran udara panas.
    • rak-rak bahan yang dikeringkan.
5) Bahan Besi dan alumunium.
6) Kapasitas 100 - 500 kg ikan
7) Umur Alat : 5 (lima) tahun
4. PRINSIP KERJA ALAT
  1. Udara panas dipompakan ke dalam ruang pengering. Aliran udara diatur oleh klep pengarah. Bila suhu tertentu diruang pengering tercapai, aliran listrik ke filamen dan pompa akan terputus, dan kipas hisap akan bekerja. Sebaliknya jika suhu tertentu tidak tercapai, aliran listrik ke kipas hisap terputus, sedangkan aliran listrik ke pompa dan filamen akan tersambung.
  2. Kipas hisap akan mengeluarkan udara dalam jumlah yang lebih banyak dari udara panas yang dimasukkan, akibatnya tekanan udara turun secara
    terkendali. Renahnya tekanan udara ini akan mempercepat penguapan air dari bahan.
5. HARGA/ANALISIS BIAYA
  1. Harga untuk setiap unit adalah Rp. 1.000.000,- (perkiraan pada tahun 1994)
  2. Perkiraan biaya operasional adalah Rp. 2.495, 70 per jam (dengan asumsi 8 jam operasi per hari)
  3. Perkiraan biaya pengeringan adalah Rp. 5,- sampai Rp. 25,- per kg ikan
6. KONTAK HUBUNGAN
  1. Supriyanto (Balai Besar Pengembangan Alat dan Mesin Pertanian, Serpong)
  2. Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat, Jl.Rasuna Said, Padang Baru, Padang, Tel. 0751 40040, Fax. 0751 40040
    Jakarta, Maret 2001
Sumber : Teknologi Tepat Guna Untuk Agroindustri Kecil Sumatera Barat, Hasbullah, Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat, Padang, 2000.

Alat Pengering Energi Batu bara


ALAT PENGERING ENERGI BATUBARA
1. PERANCANG
Abdul Rahman (Alumni Jur. T.P. FAPERTA UNAND, Padang)
2. PENGGUNA/FUNGSI
Bahan yang dikeringkan: semua bahan hasil pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan. Uji coba telah dilakukan terhadap ikan kembung dan teri.
3. SPESIFIKASI
1) Dimensi ---
2) Konstruksi
  • Rangka utama ruang pemanas besi siku dan besi plat. Penyambungan
    dengan las listrik
  • Rangka utama ruang pengering dari kayu, dan triplek. Penyambungan
    dengan paku.
3) Rancangan Fungsional
  • Sumber energi: batu bara untuk memanasi ruang pemanas
  • Tungku : tempat pembakaran batu bara
  • Pemindah panas (kolektor panas): untuk memindahkan panas dari tungku pembakaran ke udara yang dialirkan oleh blower
  • Blower : untuk mengalirkan udara ke tungku pembakaran dan pemindah panas
  • Saluran pengeluaran udara: untuk mengalirkan udara dari ruang pengering.
4) Rancangan Struktural
  • Ruang pembangkit panas :
    • tungku pembakaran yang dilengkapi dengan cerobong asap
    • pemindah panas pembakaran ke udara pengering
    • Blower untuk mengalirkan udara ke ruang pemanas
  • Ruang pengering :
    • Berukuran 1350 mm x 1300 mm x 2010 mm, terdiri dari:
    • Rak-rak bahan yang dikeringkan
    • Saluran udara keluar yang terdapat pada bagian atas ruang pengering
5) Bahan ---
6) Kapasitas 50 - 100 kg ikan
7) Umur Alat 2 (dua) tahun
4. PRINSIP KERJA ALAT
Panas pembakaran batu bara dipindahkan oleh pemindah panas ke udara yang dipompakan blower. Udara panas mengalir ke ruang pengering untuk penguapan air bahan. Setelah itu udara ini mengalir ke saluran pengeluaran udara pada bagian atas ruang pengering.
5. HARGA/ANALISIS BIAYA
Perkiraan harga pada tahun 1994 adalah Rp. 1.600.000,-2)
Biaya pokok operasional adalah Rp. 500,- sampai 1000,- per kg.
6. KONTAK HUBUNGAN
Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat, Jl.Rasuna Said, Padang Baru, Padang, Tel. 0751 40040, Fax. 0751 40040 Jakarta, Maret 2001
Sumber : Teknologi Tepat Guna Untuk Agroindustri Kecil Sumatera Barat, Hasbullah, Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat, Padang, 2000.

Cara memelihara aquarium ikan hias


1. PENDAHULUAN
Sejalan dengan lajuna pembangunan Kota Jakarta, maka perkembangan perikananpun mengalami peningkatan yang sangat pesat. Hal ini dimungkinkan karena pada hakekatnya Kota Jakarta merupakan Wilayah konsumen yang potensil, sehingga sangat mendukung dalam usaha pemasarannya. Mengamati kegiatan usaha Perikanan khususnya ikan hias tentunya tak dapat dipisahkan dengan sarana penunjang yang yang tak kalah pentingnya dengan usaha ikan hias itu sendiri yaitu "AQUARIUM" karena betapun indahnya ikan hias apabila tidak ditunjang dengan penampilan aquarium serta dekorasi yang memadai, maka sesungguhnya nilai keindahan itu telah berkurang dan ini hanya bisa dicapai melalui penanganan yang tekun dan kontinue. Untuk mengembangkan usaha ikan hias diwilayah DKI Jakarta dilaksanakan melalui Pusat Promosi Hasil-hasil Perikanan yang beralokasi di Jalan Sumenep, Jakarta Pusat.
2. PERLENGKAPAN AQUARIUM
  1. Aquarium dalam keadaan bersih dan tidak bocor
  2. Tanaman hdiup secukupnya
  3. Bahan-bahan dekorasi: pasir bersih (tidak mengandung lumpur), koraltex, akar kayu dan batu karang
  4. Pompa udara (aerator) sebagai alat penambah oksigen dalam air
  5. Lampu neon ultra violet pada malam hari dapat menimbulkan rasa alami yang mempesona
  6. Filter yang dihubungkan dengan aerator berfungsi sebagai penyaring kotoran dalam air
  7. Peralatan lainnya: slang plastik, serokan dan pembersihkaca.
3. TEKNIS DEKORASI AQUARIUM
  1. Pasir dimasukkan kedalam aquarium lalu diatur/dipadat sambil diberi percikan air secukupnya.
  2. Kemudian tanaman air ditanam dengan cara dibenamkan kedalam pasir (tanaman yang lebih tinggi diletakkan dibagian belakang)
  3. Setelah diperkirakan siap untuk didekor, maka sebelum diisi air permukaan tanaman dan pasir ditutup dengan kertas koran atau plastik. Hal ini dilakukan dengan maksud agar tekanan air tidak merusak tanaman dan tidak menimbulkan kekeruhan.
  4. Air dalam aqurium ditunggu sampai kotorannya mengendap, lalu ikan dimasukkan (diusahakan jenis ikan yang tidak saling memangsa)
  5. Tahap selanjutnya aerator dipasang sesuai ukuran aquarium, tapi bila tersedia banyak tanaman hidup, aerator cukup dipasang pada malam hari saja
  6. Aquarium diletakkan ditempat yang datang agar tekanan air merata dan diusahakan jangan terlalu banyak terkena sinar matahari karena akan mempercepat tumbuhnya lumut.
4. MAKANAN IKAN
  1. Makanan ikan hias air tawar terdiri dari 2 macam yaitu: makanan alami seperti kutu air (Moina) cacing rambut (Fubifek, Chironomus) dan lawa nyamuk (cuk).
  2. Makanana alami harus dibersihkan/dibilas terlebih dahulu dengan air bersih sebelum di berikan pada ikan dan satu hari cukup 1 (satu) kali saja
  3. Makanan buatan: wafer, tahu, darah ayam/kerbau/marus
  4. Makanan buatan sebaiknya diberikan pada saat tidak ada makanan alami
  5. Pemberian makanan diusahakan jangan sampai tersisa karena dapat menimbulkan pembusukan/ keracunan
5. PENUTUP
Ada beberapa manfaat yang dapat dipetik dari keindahan aquarium ikan hias antara lain:
  1. dapat mendidik rasa cinta alami
  2. merupakan hiburan yang dapat mengendorkan urat syaraf serta menimbulkan rasa tentram di rumah
  3. menambah keindahan ruangan dan tidak memerlukan tempat yang luas
  4. merupakan usaha sambilan yang dapat menambah penghasilan keluarga
  5. menjaga kelestarian sumber daya perikanan
6. SUMBER
Dinas Perikanan, Pemerintah DKI Jakarta, Jakarta, 1996
7. KONTAK HUBUNGAN
Pemerintah DKI Jakarta, Dinas Perikanan

Cara Membuat Jaring Apung di Laut

PETUNJUK TEKNIS BUDIDAYA IKAN LAUT DI JARING APUNG
1. PENDAHULUAN
Budidaya ikan laut di jaring apung (floating cages) di Indonesia tergolong masih baru. Perkembangan budidaya secara nyata baru terlihat pada sekitar tahun 1989 yang ditandai dengan keberhasilan UPT Perikanan melaksanakan pemijahan / pembenihan sekaligus pembesaran ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch) di daerah Lampung untuk tujuan komersial.
Upaya pengembangan budidaa ikan laut, terutama dalam rangka menunjang pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan perikanan Pelita VI nampak cukup cerah karena disamping didukung oleh potensi sumberdaya yang cukup besar tersebar di beberapa Propinsi seperti; Riau, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan Maluku, juga didukung oleh semakin berkembangnya pemasaran ikan laut ke luar negeri (ekspor) maupun lokal. Berkaitan dengan upaya pengembangan budidaya laut melalui pembuatan buku Petunjuk Teknis Budidaya ikan laut merupakan sebagai salah satu jalan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan petani nelayan.
2. PERSYARATAN LOKASI
Ketepatan pemilihan lokasi adalah salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usaha budidaya ikan laut. Karena laut yang dimanfaatkan sebagai lahan budidaya merupakan wilayah yang penggunaannya melibatkan sektor lain (Common property) seperti; perhubungan, pariwisata, dan lain-lain, maka perhatian terhadap persyaratan lokasi tidak hanya terbatas pada faktor-faktor yang berkaitan dengan kelayakan teknis budidaya melainkan juga faktor kebijaksanaan pemanfaatannya dalam kaitan dengan kepentingan lintas sektor. Dalam kaitan dengan hal tersebut, Departemen Pertanian telah mengeluarkan Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Laut (SK. Mentan No. 473/Kpts./Um/7/1982). Agar pemilihan lokasi dapat memenuhi persyarataan teknis sekaligus terhindar dari kemingkinan pengaruh penurunan daya dukung lingkungan akibat pemanfaatan perairan di sekitarnya oleh kegiatan lain, maka lokasi yang dipilih adalah yang memenuhi kriteria, sebagai berikut:
Tabel 1. Syarat-Syarat Lokasi Budidaya
NO.
FAKTOR
PERSYARATAN MENURUT KOMODITAS
Kerapu
Kakap Putih
Kakap Merah
1 Pengaruh angin dan gelombang yang kuat Kecil Kecil Kecil
2 Kedalaman air dari dasar kurung 5-7 m pada surut terendah 5-7 m pada surut terendah 7-10 m pada surut terendah
3 Pergerakan air/arus 20-40 Cm/detik ±20-40 Cm/det ±20-40Cm/detik
4 Kadar garam 27-32 0/00 27-32 0/00 32-33 0/00
5 Suhu Air Pengaruh 28 ° C-30 ° C 28 ° C-30 ° C 28 ° C-30 ° C
6 Polusi bebas bebas bebas
7 Pelayaran tdk menghambat alur pelayaran tdk menghambat alur pelayaran tdk menghambat alur pelayaran
         
3. JENIS IKAN
Jenis-jenis ikan laut yang dapat dibudidayakan dipilih berdasarkan potensi sumber daya yang ada jenis ikan yang sudah umum dibudidayakan serta teknologinya yang sudah dikuasai/dihasilkan sendiri di Indonesia, guna untuk menghindari resiko kegagalan yang besar. Jenis-jenis ikan yang dimaksud adalah Kerapu Lumpur (Epinephalus tauvina), Kakap Putih (Lates calcalifer, Bloch), Kakap Merah (Lutjanus malabaricus, Bloch & Schaider). Berikut di bawah ini disajikan biologi beberapa jenis ikan yang dapat dibudidayakan secara praktis.
Tabel 2: Biologi Jenis-Jenis Ikan yang Dibudidayakan
No Uraian Kerapu Kakap Putih Kakap Merah
  Nama Lokal
Nama Asing
Kerapu Lumpur
Greasy grouper
Kakap Putih
Seabass
Ikan Merah
Red-Snapper
  Silsilah:
Philum
Sub Philum
Klas
Sub Klas
Ordo
Famili
Genus
Species
Chrodata
Vertebrata
Pisces
Teleostei
Percomorphi
Sarranidae
Epinephelus
E. tauvina
Chrodata
Vertebrata
Pisces
Teleostei
Percomorphi
Centropornidae
Lates
L. carcarifer Bloch
Chrodata
Vertebrata
Pisces
Teleostei
Percomorphi
Lutjanidae
Lutjanus
L. malabaricus
Bloch & Scheider
  Ciri-ciri
Morphologi
Badan memanjang gepeng. Termasuk jenis Kerapu besar.
Prapenutup insang bulat, bergerigi dan agak basar pada ujung bawah Gigi-gigi pada rahang berderet dalam 2 baris. Jari-jari Sirip keras, sirip dubur 3 dan 8 lemah Sirip Punggung berjari keras 11 dan 15-16 lemah
Terdapat 3 duri pada penutup insang yang ditengah terbesar
Termasuk ikan buas dan predator Hidup perairan pantai , lepas pantai, menyendiri Soliter Dapat mencapai panjang 15° Cm umumnya 50-7° Cm Warna dasar sawo matang, agak keputihan
bagian bawahnya. Terdapat 4-6 ban warna gelap melintang badan. Totol-totol warna merah sawo di seluruh badan .
Badan memanjang gepeng, batang sirip ekor lebar Burayak umur 3-5 bulan warnanya gelap. Glondongan warnanya terang dg punggung coklat kebiruan dan berubah keabu-abuan. Sirip abu-abu gelap Mata merah cemerlang, mulut lebar dengan gerigi halus
Bag. Atas penutup insang terdapat lubang kuping bergerigig Sirip punggung berjari keras sebanyak 7-9 dan jari lemah 10-11 Sirip dubur berjari lemah 7-8 Sirip dubur berbentuk bulat
Badan memanjang melebar, gepeng kepala cembung Bag. Bawah penutup insang ergerigi
Gigi-gigi pada rahang tersusun dalam ban-ban, ada gigi taring pd bag. Terluar rahang atas Sirip punggung berjari-jari keras 11 dan lemah 14 Sirip dubur berjari-jari keras 3, lemah 8-9 Termasuk ikan buas, makannya ikan kecil dan invetebrata dasar. Hidup menyendiri di daerah pantai sampai kedalaman 60 m. Dapat mencapai panjang 45-6° Cm. Warna bag. Atas kemerahan/merah kuningan Bag. Bawah merah keputihan. Ban-ban kuning kecil diselingi
warna merah pd bag. Punggung diatas garis rusuk.
Gambar 1. Ikan Kerapu Lumpur (Epinephalus tauvina)
Gambar 2. Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer Bloch)
Gambar 3. Ikan Tambangan (Lutjanus johni)
Gambar 4. Disain Konstruksi Kurungan Apung
Gambar 5. Penempatan dan Pemasangan Pelampung pada Kerangka/Rakit
Gambar 6. Penempatan dan Pemasangan Kurungan
Gambar 7. Pengaturan dan Pemasangan Jangkar
Gambar 8. Rancangan Tata Letak Kerangka Kurungan Jaring Apung
Gambar 9. Macam-Macam Alat Tangkap Benih
4. PERSIAPAN SARANA BUDIDAYA
  1. Kerangka/rakit
    Kerangka berfungsi sebagai tempat peletakan kurungan, dapat terbuat dari bahab bambu, kayu, besi bercat anti karat atau paralon. Bahan yang dianjurkan adalah bahan yang relatif murah dan mudah didapati di lokasi budidaya. Bentuk dan ukuran rakit bervariasi tergantung dari ukuran yang digunakan. Setiap unit kerangka biasanya terdiri atas 4 (empat) buah kurungan. Lihat Gambar 4.
  2. Pelampung
    Pelampung berfungsi untuk melampungkan seluruh saran budidaya termasuk rumah jaga dan benda atau barang lain yang diperlukan untuk kepentingan pengelolaan. Bahan pelampung dapat berupa drum plastik/besi atau styrofoam (pelampung strofoam). Ukuran dan jumlah pelampung yang digunakan disesuaikan dengan besarnya beban. Sebagai contoh untuk menahan satu unit kerangka yang terdiri dari empat buah kurungan yang masing-masing berukuran (3x3x3) m³ diperlukan pelampung drum plastik/drum besi volume 200 liter sebanyak 9 buah, atau 11 buah dengan perhitungan 2 buah, untuk menahan beban lain (10/4x9) buah ditambah 2 buah untuk menahan beban tambahan. Pelampung diikat dengan tali polyethyline (PE) yang bergaris tengah 0,8-1,0 Cm. Penempatan pelampung pada kerangka dapat dilihat pada gambar 5.
  3. Kurungan
    Kurungan atau wadah untuk memelihara ikan, disarankan terbuat dari bahan polyethline (PE) karena bahan ini disamping tahan terhadap pengaruh lingkungan juga harganya relatif murah jika dibandingkan dengan bahan-bahan lainnya. Bentuk kurungan bujur sangkar dengan ukuran (3x3x3)m³ . Ukuran mata jaring disesuaikan dengan ukuran ikan yang dibudidayakan. Untuk ukuran ikan dengan panjang kurang dari 10Cm lebar mata yang digunakan adalah 8 mm (5/16 inchi). Jika panjang ikan berkisar antara 10-15 cm lebar mata jaring digunakan adalah 25 mm (1 inch), sedangkan untuk ikan dengan ukuran panjang 15-40 Cm atau lebih digunakan lebar mata jaring ukuran 25-50 mm (1-2 inch). Pemasangan kurungan pada kerangka dilakukan dengan cara mengikat ujung tali ris atas pada sudut rakit. Agar kurungan membentuk kubus/kotak digunakan pemberat yang diikatkan pada keempat sudut tali ris bawah. Selanjutnya pemberat diikatkan ke kerangka untuk mempermudah pekerjaan pengangkatan/penggantian kurungan (lihat gambar 4) untuk mencegah kemungkinan lolosnya ikan atau mencegah serangan hewan pemangsa, pada bagian atas kurungan sebaiknya diberi tutup dari bahan jaring. Lihat gambar 6.
  4. Jangkar
    Agar seluruh saran budidaya tidak bergeser dari tempatnya akibat pengaruh arus angin maupun gelombang, digunakan jangkar. Jangkar dapat terbuat dari beton atau besi. Setiap unit kurungan jaring apung menggunakan 4 buah jangkar dengan berat antara 25-50 kg. Panjang tali jangkar biasanya 1,5 kali kedalaman perairan pada waktu pasang tinggi. lihat gambar 7.
5. RANCANGAN TATA LETAK KERANGKA JARING APUNG
Pengaturan penempatan kerangka jaring apung harus mengacu kepada peraturan yang telah dikeluarkan, dalam hal ini Kepres No. 23 Tahun 1982 tentang Pengembangan Budidaya laut di Perairan Indonesia serta Petunjuk Pelaksanaannya yang telah dikeluarkan Departemen Pertanian melalui SK. Mentan No. 473/Kpts/7/UM/7/1982. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan tersebut, pihak yang berwenang melaksanakan pengatuaran penempatan kurungan jaring apung adalah Pemerintah Daerah setempat, dalam hal ini yang bertindak senagai Instansi Teknis adalah Dinas Perikanan setempat. Penempatan kerangka jaring apung diperairan disarankan tidak lebih dari 10 (sepuluh) buah dalam satu rangkaian. Hal ini ditujukan untuk mencegah terjadinya penumpukan/pengendapan sisa makanan atau kotoran ikan serta limbah lainnya akibat terhambatnya arus, juga untuk memudahkan pengelolaan sarana dan ikan peliharaan. Disamping itu, sedapat mungkin penempatan kerangka mengacu kepada Rancangan Tata Ruang Satuan Pemukiman (RTSP) untuk memperoleh rancangan menyeluruh yang efisien, memiliki aksessibilitas yang tinggi serta aman bagi pelaksanaan kegiatan budidaya. lihat gambar 8.
6. PENGELOLAAN KELOMPOK USAHA BERSAMA
  1. Pengaturan Pola Tanam
    Usaha budidaya laut dengan skala besar selalu dihadapkan dengan kendala baik pada saat memuai kegiatan dan pengelolaan maupun pemanenan dan pemasaran hasil. Bentuk kendala dan permasalahan yang ditemui antara lain berupa sulitnya memenuhi kebutuhan dan penampungan benih, saprodi dan tenaga kerja serta pelemparan hasil ke pasar. Untuk itu dalam pelaksanaan kegiatan budidaya skala besar perlu diterapkan pola tanam tertentu. Alternatif pola tanam yang akan diterapkan oleh setiap KK adalah melakukan penanaman pada 1 unit kurungan jaring apung yang terdiri dari 4 buah kurungan pada setiap minggu.
  2. Pemasaran Hasil
    Pemasaran hasil dari usaha budidaya yang dilakukan petani/nelayan merupakan tanggung jawab Perusahaan Inti. Pelaksanaan budidaya (petani/nelayan) bersama Perusahaan Inti menentukan kesepakatan harga jual hasil panen baik untuk lokal maupun untuk ekspor.
7. PENGELOLAAN SARANA DAN IKAN PELIHARAAN
  1. Pengelolaan Sarana
    Sarana budidaya berupa kerangka/rakit, kurungan apung, pelampung dan lain-lain harus mendapat perawatan secara berkala. Kendala yang biasa terjadi pada budidaya jaring apung ini adalah pengotoran/penempelan oleh organisme penempel ini seperti teritip , algae, kerang-kerangan dan lain-lain dapat terjadi pada semua sarana budidaya yang terendam dalam air. Penempelan organisme sangat menggangu pertukaran air dan menyebabkan kurungan bertambah berat. Untuk menanggulangi organisme penempel ini , dilakukan pembersihan jaring secara periodik paling sedikit 1 bulan sekali atau tergantung pada banyak sedikitnya organisme yang menempel. Penempelan oleh algae dapat ditanggulangi dengan memasukkan beberapa ekor ikan herbivora (Siganus sp.) ke dalam kurungan agar dapat memakan algae tersebut. Pembersihan kurungan dapat dilakukan dengan cara menyikat atau menyemprot dengan air bertekanan tinggi.
  2. Pengelolaan Ikan
    Kegiatan pengelolaan ikan yang dipelihara dikurungan adalah mengontrol dan mengawasi ikan peliharaan secara berkala, guna untuk menghindari terjadinya pertumbuhan yang tidak seragam karena adanya persaingan dalam mendapatkan makanan. Penggolongan ukuran (grading) harus dilakukan bila dari hasil pengontrolan itu terlihat ukuran ikan yang tidak seragam. Dalam melakukan pengontrolan, perlu diperhatikan dan diusahakan jangan sampai terjadi stress (keteganan) dan kerusakan fisik pada ikan.
8. OPERASIONAL BUDIDAYA
  1. Benih
    Pemenuhan kebutuhan benih apabila belum dapat dipenuhi dari hasil pembenihan yang ada, bisa dilakukan dengan cara menangkap dari perairan di sekitar lokasi budidaya dan untuk itu dapat digunakan alat tangkap seperti bubu, pukat pantai, sudu atau jala. Benih alam umumnya memiliki ukuran yang tidak seragam oleh karena itu kegiatan penggolongan ukuran (grading) perlu dilakukan. Selain itu proses aklimatisasi/penyesuaian iklim sebelum ikan dibudidayakan perlu dilakukan untuk menghindarkan kematian akibat pengaruh lingkungan/habitat yang baru. Lihat Gambar 9
  2. Pendederan
    Yang dimaksud dengan pendederan adalah kegiatan pemeliharaan benih sampai uuran tertentu hingga siap untuk dipelihara dikurungan pembesaran. Lamanya pendederan tergantung dari ukuran awal, tingkat kepadatan dari benih yang dipelihara. Sebagai contoh, untuk benih ikan Kakap putih yang berukuran kurang dari 10 Cm dengan padat penebaran 100-150 Cm diperlukan waktu satu bulan pada kurungan pendederan yang memiliki lebar mata 8 mm (5/16 inch). Selanjutnya dipindahkan ke kurungan pendederan yang memiliki lebar mata 25 mm (1 Inch) dengan kepadatan 40-60 ek/m 2 selama 2-3 bulan.
  3. Pembesaran
    Benih ikan yang sudah mencapai ukuran 50-75 gram/ekor dengan panjang 15 cm atau lebih dari hasil pendederan, selanjutnya dipelihara dalam kurungan pembesaran yang memiliki lebar mata jaring 25-50 mm (1-2 inchi) dengan kepadatan 15-25 ek/m3 dan waktu pemeliharaan dikurungan pembesaran berkisar antara 6-8 bulan.
  4. Pakan
    Pakan adalah salah satu faktor yang menentukan pertumbuhan dan moralitas ikan yang dipelihara. Oleh kjarena itu masalah kuantitas dan kualitas dari pakan yang diberikan layak dipenuhi. Ikan rucah (Trash fish) adalah jenis pakan yang biasa diberikan untuk jenis-jenis ikan laut buas (carnivora) Dalam hal ini ikan Kerapu dan ikan Kakap yang dipelihara dikurungan apung. Jumlah pakan yang diberikan tergantung dari ukuran ikan yang dibudidayakan. Pada tahap pendederan diberikan pakan sebanyak 8-10% dari total berat badan/hari, sedangkan pada saat pembesaran diberikan pakan sebanyak 3-5% dari total berat badan/hari.Rasio konversi pakan (Food Convertion Ratio) yang akan diperoleh adalah 5:1 yang berarti untuk mendapatkan penambahan berat 1 kg daging ikan diperlukan pakan sebanyak 5 kg. Frekuensi pemberian pakan tergantung pada ukuran ikan. Untuk larva dan glondongan (juvenil), frekuensi pakan yang diberikan adalah 3-4 kali/hari. Waktu pemberian pakan adalah pada siang hari.
9. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
Sejalan dengan perkembangan usaha budidaya ikan di laut, muncul pula beberapa masalah yang dapat menggangu bahkan menghambat perkembangan usaha tersebut misalnya hama dan penyakit ikan.
  1. Hama
    Hama yang menyerang pada usaha budidaya ikan laut lebih banyak disebabkan oleh hewan pemangsa atau pengganggu lainnya. Hama dapat menyerang apabila kerusakan pada sistem jaring-jaring yang dipergunakan sebagai kurungan pemeliharaan ilan. Kerusakan tersebut mengakibatkan masuknya hewan penggangu atau pemangsa lainnya seperi burung dan lingsang. Walaupun akibat yang ditimbulkan sangat terbatas atau relatif kecil, namun hal tersebut tidak boleh diabaikan begitu saja. Termasuk kerugian akibat adanya pencurian yang dilakukan oleh manusia.
  2. Penyakit
    Secara umum penyakit dapat diartikan sebagai gangguan dalam fungsi atau struktur suatu organ atau bagian tubuh. Penyakit timbul dikarenakan satu atau berbagai sebab baik berasal dari lingkungan maupun dari tubuh ikan itu sendiri.
    • Hal-hal yang menyebabkan ikan terserang penyakit adalah:
      • Cara perawatan yang kurang baik
      • Makanan tidak cukup (giji dan jumlah)
      • Kekurangan zat asam
      • Perubahan suhu dan sifat-sifat air yang mendadak.
    • Gejala ikan yang terserang penyakit antara lain: kelainan tingkah laku, kurang nafsu makan, kelainan bentuk ikan, kelainan pada permukaan tubuh ikan, Penyakit insang, anus tidak normal, mata tidak normal dll. Penyakit dapat dibagi menjadi 2 golongan bila dilihat dari penyebabnya.
      1. Penyakit non Parasiter: adalah penyakit yang disebabkan oleh faktor-faktor kimia dan fisika air yang tida cocok bagi ikan seperti: perubahan salinitas air secara mendadak, polusi dan lain sebagainnya. Selain dari itu bisa juga disebabkan oleh kekurangan makanan dan gizi yang buruk, serta stress akibat penanganan yang kurang baik.
      2. Penyakit Parasiter: Penyakit yang biasa menyerang ikan budidaya laut adalah:
        • Golongan virus
        • Golongan bakteri
        • Golongan crustacea
        • Golongan cacing
        • Golongan Protozoa
        • Golongan jamur
      3. Penanganan terhadap ikan sakit dapat dibagi atas 2 langkah yaitu:
        1. Berdasarkan teknis budidaya:
          Tindakan-tindakan yang dilakukan antara lain:
          • menghentikan pemberian pakan terhadap ikan
          • mengganti pakan dengan jenis yang lain
          • memisah-misahkan ikan tersebut dalam beberapa komponen, sehingga densitasnya menjadi rendah.
        2. Berdasarkan terapi kimia:
          Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahap ini adalah:
          • memeriksa sensifitas dari masing-masing obat yang diberikan pada ikan.
          • memperhatikan batas dari dosis masing-masing obat.
          • Tidak memberikan obat sembarangan kepada ikan yang sakit.
    • Cara pemberian obat:
      1. Ditenggelamkan dalam tempat budidaya.
      2. Disebarkan pada permukaan air
      3. Dicampurkan dalam pakan
      4. Dengan cara disuntikan
10. PANEN
Panen dilakukan dan disesuaikan dengan ukuran ikan yang dikehendaki atau permintaan pasar. Untuk mencapai ukuran 600-800 gram per ekor dibutuhkan waktu pemeliharaan selama 6-8 bulan dengan survival rate 80-90%. Panen dilakukan secara total di dalam satu kurungan, bisa juga dilakukan secara persial tergantung dari ukuran panen yang dikehendaki.
11. DAFTAR PUSTAKA
  1. Aji Nugroho. Murdjani M, dan Notowinarto, 1989 Budidaya Ikan Kerapu di Kurungan Apung, INFIS manual seri 104. Ditjen Perikanan dan IDRC, Jakarta.
  2. Anonim, 1989. Paket Teknologi Budidaya Laut, Seri Budidaya Kakap Putih, Ditjen Perikanan, Dit Bina Produksi, Jakarta.
  3. Anonim, 1990. Petunjuk Teknis Budidaya Ikan Dalam Jaring Terapung, Ditjen Perikanan, Jakarta.
  4. Anonim, 1990/1991, Usaha Penanggulangan Serangan Penyakit Pada Usaha Budidaya Laut no. 5, BBL Lampung, Ditjen Perikanan.
  5. Djamali, A Hutomo, M. Burhanuddin dan S. Martosewojo, 1986, Sumberdaya Ikan Kakap (Lates calcarifer) dan Bambangan (Lutjanus spp) di Indonesia, Seri Sumber Daya Alam No. 130. Lon LIPI. Jakarta.
12. SUMBER
Petunjuk Teknis Budidaya Ikan Laut di Jaring Apung, Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, 1994
13. KONTAK HUBUNGAN
Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta.

Alat Untuk Memecahkan Biji Kemiri

PEMECAH KEMIRI

1. FUNGSI
Memecahkan kemiri yang sudah dikeringkan sehingga terpisah dari dari kulitnya.
2. CARA KERJA
  1. Sediakan bahan, kemudian motor dihidupkan.
  2. Bahan dimasukkan ke dalam corong pemasukkan.
  3. Tampung biji kemiri yang keluar dan pisahkan dari kulitnya.
  4. Setelah bekerja, alat dibersihkan supaya tahan lama.
3. SPESIFIKASI
  1. Dimensi alat : P = 90 cm; L = 117 cm; T = 122 cm
  2. Berat : 86 kg
  3. Tenaga penggerak : Motor bensin 5,0 HP; RPM = 800-1200
  4. Kapasitas kerja : 300-400 kg/jam
  5. Operator : 2-3 orang
  6. Bahan : Besi plat , besi siku, pulley.
4. KONTAK HUBUNGAN
Bagian Proyek Teknologi Tepat Guna, Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna, LIPI; Jl. KS. Tubun No. 5 Subang; Tel./Fax. (0260) 417348, 411478 Jakarta, Maret 2001
Sumber : Alat-Alat Teknologi Pedesaan Spesifikasi Produk, Bagian Proyek Teknologi Tepat Guna, Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna, LIPI

Alat Perajang Tempe

PERAJANG TEMPE KERIPIK
1. FUNGSI
Merajang tempe menjadi tipis-tipis dan siap dijadikan keripik.
2. CARA KERJA
  1. Siapkan bahan.
  2. Asah dan bersihkan pisau perajang sebelum dipakai.
  3. Masukan tempe pada tempat yang sudah disediakan sambil memutar engkol.
  4. Selesai bekerja, alat dibersihkan supaya tahan lama
3. SPESIFIKASI
  1. Dimensi alat : P = 29 cm; L = 29 cm; T = 58 cm
  2. Berat : 7 kg
  3. Tenaga penggerak : Manual
  4. Kapasitas kerja : ---
  5. Operator : 1 orang
  6. Bahan : Besi siku, almunium.
4. KONTAK HUBUNGAN
Bagian Proyek Teknologi Tepat Guna, Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna, LIPI; Jl. KS. Tubun No. 5 Subang; Tel./Fax. (0260) 417348, 411478 Jakarta, Maret 2001
Sumber : Alat-Alat Teknologi Pedesaan Spesifikasi Produk, Bagian Proyek Teknologi Tepat Guna, Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna, LIPI

Alat Perajang Jahe

PERAJANG JAHE/KUNYIT
1. FUNGSI
Merajang jahe atau kunyit menjadi tipis-tipis dan siap dijemur (dikeringkan).
2. CARA KERJA
  1. Siapkan bahan yang diperlukan, yaitu jahe atau kunyit yang sudah dikupas pada pisau perajang.
  2. Engkol diputar sehingga jahe/kuniyt terajang tipis-tipis dan siap untuk diproses lanjut
  3. Selesai bekerja, alat dibersihkan supaya tahan lama
3. SPESIFIKASI
  1. Dimensi alat : P = 30 cm; L = 20 cm; T = 30 cm
  2. Berat : 6 kg
  3. Tenaga penggerak : Manual
  4. Kapasitas kerja : 35 kg/jam
  5. Operator : 1 orang
  6. Bahan : Besi plat, besi siku, alumunium
4. KONTAK HUBUNGAN
Bagian Proyek Teknologi Tepat Guna, Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna, LIPI; Jl. KS. Tubun No. 5 Subang; Tel./Fax. (0260) 417348, 411478 Jakarta, Maret 2001
Sumber : Alat-Alat Teknologi Pedesaan Spesifikasi Produk, Bagian Proyek Teknologi Tepat Guna, Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna, LIPI

Alat Perajang Singkong

PERAJANG SINGKONG
1. FUNGSI
Merajang singkong yang sudah dikupas, sehingga menjadi tipis-tipis dan siap diolah atau digoreng menjadi keripik.
2. CARA KERJA
  1. Siapkan bahan yang akan dirajang.
  2. Asah dan bersihkan pisau perajang sebelum dipakai
  3. Posisi pisau disetel sesuai dengan ketebalan yang diinginkan
  4. Motor dihidupkan.
  5. Kemudian bahan yang akan dirajang diletakkan pada pisau perajang sambil didorong pelan-pelan, sehingga bahan terajang semuanya.
  6. Selesai bekerja, alat dibersihkan supaya tahan lama.
3. SPESIFIKASI
  1. Dimensi alat : P = 47 cm; L = 45 cm; T = 80 cm
  2. Berat : 10 kg
  3. Tenaga penggerak : Motor listrik 1,0 hp
  4. Kapasitas kerja : 50 kg/jam
  5. Operator : 1 orang
  6. Bahan : Plat besi, besi siku, alumunium
4. KONTAK HUBUNGAN
Bagian Proyek Teknologi Tepat Guna, Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna, LIPI; Jl. KS. Tubun No. 5 Subang; Tel./Fax. (0260) 417348, 411478 Jakarta, Maret 2001
Sumber : Alat-Alat Teknologi Pedesaan Spesifikasi Produk, Bagian Proyek Teknologi Tepat Guna, Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna, LIPI

Membuat Jamban, Sistem Cemplungan

  1. PENDAHULUAN
    Jamban atau kakus merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Pembuatan jamban merupakan usaha manusia untuk memelihara kesehatan dengan membuat lingkungan tempat hidup yang sehat. Dalam pembuatan jamban sedapat mungkin harus diusahakan agar jemban tidak menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain itu, kontruksi yang kokoh dan biaya yang terjangkau perlu dipikirkan dalam membuat jamban.
    • Syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam pembuatan jamban adalah sabagai berikut :
      1. Tidak mengakibatkan pencemaran pada sumber-sumber air minum, dan permukaan tanah yang ada disekitar jamban;
      2. Menghindarkan berkembangbiaknya/tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah;
      3. Tidak memungkinkan berkembang biaknya lalat dan serangga lain;
      4. Menghindarkan atau mencegah timbulnya bau dan pemandangan yang tidak menyedapkan;
      5. Mengusahakan kontruksi yang sederhana, kuat dan murah;
      6. Mengusahakan sistem yang dapat digunakan dan diterima masyarakat setempat.
    • Dalam penetuan letak kakus ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu jarak terhadap sumber air dan kakus. Penentuan jarak tergantung pada :
      1. Keadaan daerah datar atau lereng;
      2. Keadaan permukaan air tanah dangkal atau dalam;
      3. Sifat, macam dan susunan tanah berpori atau padat, pasir, tanah liat atau kapur.
    • Faktor tersebut di atas merupakan faktor yang mempengaruhi daya peresapan tanah. Di Indonesia pada umumnya jarak yang berlaku antara sumber air dan lokasi jamban berkisar antara 8 s/d 15 meter atau rata-rata 10 meter.
    • Dalam penentuan letak jamban ada tiga hal yang perlu diperhatikan :
      1. Bila daerahnya berlereng, kakus atau jamban harus dibuat di sebelah bawah dari letak sumber air. Andaikata tidak mungkin dan terpaksa di atasnya, maka jarak tidak boleh kurang dari 15 meter dan letak harus agak ke kanan atau kekiri dari letak sumur.
      2. Bila daerahnya datar, kakus sedapat mungkin harus di luar lokasi yang sering digenangi banjir. Andaikata tidak mungkin, maka hendaknya lantai jamban (diatas lobang) dibuat lebih tinggidari permukaan air yang tertinggi pada waktu banjir.
      3. Mudah dan tidaknya memperoleh air.
    • Dalam bab ini ada 5 cara pembuatan jamban/kakus yang memenuhi persyaratan tersebut di atas, yaitu :
      1. kakus/jamban sistem cemplung atau galian
      2. Jamban sistem leher angsa
      3. Jamban septik tank ganda
      4. Kakus Vietnam
      5. Kakus sopa sandas
  2. URAIAN SINGKAT
    Kakus atau jamban jemplung sesuai untuk daerah yang tanahnya mudah menyerap air serta sulit dalam pengadaan air bersih. Kontruksinya cukup sederhana. Kakus dibuat dengan cara menggali tanah sebagai lubang penampungan. Lalu diperkuat dengan bahan penguat, biasanya bronjong atau anyaman bambu, serta diatasnya dibuat bangunan penutup yang dapat dipindahkan bila lubang telah penuh. Untuk menghindari bau yang timbul, lubang pembuangan ditutup serta dilengkapi pipa pembuangan gas.
  3. BAHAN
    1. Bambu
    2. Kayu
    3. Bahan atap atau genteng
    4. Bahan dinding/penutup
    5. Paku
  4. PERALATAN
    1. Cangkul/alat penggali tanah
    2. Gergaji
    3. Golok
    4. Palu Alat pertukangan lain
  5. PEMBUATAN
    1. Gali tanah selebar 1-1,5 m, dalam 3 m atau lebih, tergantung kebutuhan.
    2. Paku bronjong (anyaman bambu) tau bahan penguat lainnya pada dinding lobang untuk menahan longsor.
    3. Tutup lubang dengan lantai yang berlubang dan bangunan penutup seperti pada Gambar.
    4. Lubang khusus pembuangan kotoran perlu ditutup dengan penutup yang dapat diangkat.
    5. Untuk menghindari bau yang tidak sedap, lubang septik tank perlu dilengkapi dengan saluran pembuangan gas.
    6. Bangunan jambang perlu diusahakan agar cukup ventilasi udara dan sinar masuk.
    7. Bangunan diusahakan dari bahan yang ringan agar mudah dipindahkan.
    8. Lokasi dianjurkan agak jauh dari tempat kediaman atau perumahan.
      Kontruksi secara lengkap lihat Gambar

      Gambar 1. Kontruksi Kakus
  6. PENGGUNAAN
    Pemakai langsung membuang kotorannya dari atas lubang yang telah disediakan pada banguan penutup dengan tata cara :
    1. Tutup lubang dibuka
    2. Jongkok tepat diatas lubang
    3. Diusahakan kotoran tidak menyentuh dinding lubang Setelah selesai lubang ditutup kembali
  7. PEMELIHARAAN
    1. Untuk mencegah penyebaran penyakit atau bau, lantai perlu dibersihkan secara teratur.
    2. Untuk menjaga agar bangunan tahan lama, bahan-bahan harus diresidu atau dikapur lebih dahulu sebelum dipasang.
  8. KEUNTUNGAN
    1. Kontruksi bangunan cukup sederhana dan mudah dilaksanakan sendiri tanpa memerlukan persyaratan khusus.
    2. Biaya yang diperlukan tidak terlalu tinggi atau cukup terjangkau oleh masyarakat.
    3. Daerah bekas lokasi jamban menjadi subur
    4. Bangunan bisa dipindahkan
  9. KERUGIAN
    1. Lubang tinja bila penuh tidak bisa dimanfaatkan kembali karena kontruksinya tidak tetap.
    2. Sulit untuk memperhitungkan ketahanan kekuatan kontruksi penguat lubang dan bangunan jamban.
    3. Kurang nyaman
    4. Dari segi kesehatan, jamban sistem ini dianggap kurang higinis karena berbau serta memungkinkan timbulnya lalt dan serangga lain.
    5. Kurang aman untuk anak-anak.
  10. DAFTAR PUSTAKA
    1. Wasito, Sidik. Kakus sederhana bagi masyarakat desa. Bandung : Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan
    2. Jamban : cara pembuatannya. Jakarta : Direktorat Perumahan, 1990.
  11. INFORMASI LEBIH LANJUT
    1. Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, Departemen Pekerjaan Umum. Jl. Tamansari 84 Bandung
    2. Direktorat Perumahan, Departemen Pekerjaan Umum. Jl. Wijaya I/68 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
    3. Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250 3052,
      250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.

Membuat Pompa Air dari Balok

  1. PENDAHULUAN
    Di daerah pedesaan sebagian besar cara pengambilan air terdiri dari sumur masih menggunakan timba. Hal ini kurang menguntungkan bila dihitung dari segi waktu dan tenaga yang dipakai untuk menimba air.
    Kegunaan pompa air perlu dikenalkan kepada masyarakat pedesaan. Mereka perlu didorong untuk mencoba cara yang lebih menguntungkan dalam pengambilan air. Waktu dan tenaga yang biasanya digunakan untuk menimba air dapat dimanfaatkan untuk mengerjakan pekerjaan lain.
    Dalam bahasan berikut akan dijelaskan cara pembuatan pompa air yang dapat dikerjakan oleh masyarakat pedesaan. Bahan dan alat-alatnya mudah diperoleh di desa dan biayanya pun murah. Pemakaian serta pemeliharaannya juga mudah.
  2. URAIAN SINGKAT
    Pompa hisap sistim balok penjepit dapat digunakan pada sumur yang mempunyai kedalaman 15-20 m. Bahan dan alat mudah didapat di daerah pedesaan. Pompa hisap tekan ini telah disederhanakan untuk memenuhi kebutuhan di daerah pedesaan.
  3. BAHAN
    1. Besi (yang sudah digalvanisir)
    2. Baut
    3. Mur
    4. Batang (diameter 12 mm)
    5. Sambungan diameter ganda
    6. Pipa cabang T
    7. Pipa air
    8. Kayu (jenis yang keras)
    9. Lain-lain :
      1. kulit tahan air atau karet
      2. meni timah/meni besi
      3. bahan pengawet kayu (karboleum)
      4. semen
  4. PERALATAN
    1. Bor kayu
    2. Kunci tangkai
    3. Gergaji besi dan kayu
    4. 2 (dua) buah tang pipa
    5. Pita ukur
    6. Kikir kayu/sugu kayu
    7. Alat tap dan pisau ulir untuk membuat ulir sekerup
      Tabel 1. Ukuran-Ukuran yang dipakai
      Tinggi Penaikan
      Diameter maksimum silinder
      Diameter maksimum pompa
      Panjang Pegangan
      < 5 m
      10 cm
      10 cm
      20 + 80 cm
      8 m
      8 cm
      7 cm
      20 + 90 cm
      12 m
      7 cm
      5 cm
      20 + 100 cm
      15 m
      6 cm
      4 cm
      20 + 110 cm
  5. PEMBUATAN
    1. Dibuat silinder, katup kaki dan pengisap
      1. Silinder pompa, terdiri dari pipa galvanisir panjangnya +/- 60 cm yang bagian atasnya dilengkapi dengan ulir sebelah luar. Bagian dalam dari silinder harus selicin mungkin untuk menghindari kerusakan pada torak penghisap. Ukuran serta cara pemasangan seperti Gambar 1.

        Gambar 1. Silinder pon
      2. Torak penghisap, merupakan suku cadang dari pompa yang menentukan tinggi tekan maksimal dan kapasitas pompa. Untuk tinggi penaikan yang lebih dari 12 meter dapat dipasang 2 buah penghisap (Gambar 2).
        Penghisap dibuat dari lempengan karet yang diberi 6 ayau 8 buah lubang (Gambar 3) kemudian dengan katup kulit dipasang pada batang torak.

        Gambar 2. Torak pengisap ganda

        Gambar 3. Karet penghisap penampang berllubang-lubang
      3. Katup kaki, untuk mencegah mengalirnya kembali air yang telah terdapat dalam silinder menuju lubang masuk. Katup ini dipasang pada bagian bawah silinder pompa (Gambar4).

        Gambar 4. Penutup kaki
    2. Pemasangan rumah pompa
      1. Kontruksi rumah pompa dengan balok penjepit (Gambar 5), caranya dengan menjepit tabung pompa dengan 2 buah balok penjepit yang ditahan pada penahan-penahan pegangan dengan 2 buah baut panjang (Gambar 6).
      2. Potongan pompa seperti ditunjukkan pada Gambar 7.

        Gambar 5. Kontruksi rumah pompa tanpa sambungan las

        Gambar 6. Pemasangan rumah pompa

        Gambar 7. Potongan rumah pompa
    3. Pegangan pompa
      1. Terbuat dari kayu keras ukuran minimal 6 x 6 cm
      2. Pegangan pompa 80-120 cm (Gambar 8). Salah satu ujungnya harus diserut menjadi bentuk yang dapat dipegang, sedang pada ujung lainnya dihubungkan batang torak dengan jarak antara lubang engsel dan lubang pemasangan batang toral kira-kira 20 cm.

        Gambar 8. Pegangan pompa
      3. Gambar 9, merupakan batang pompa yang dihubungkan pada pegangan dengan bantuan suatu balok engsel pada bagian atas balok diberi 2 buah mur. Batang pompa harus dijepit kokoh dalam balok pengikat.

        Gambar 9. Pemasangan batang torak pada pegangan
    4. Pemasangan akhir pompa
      1. Apabila rumah pompa dan silinder pompa telah siap maka semua suku cadang dicat dengan meni timah atau besi, sedang bagian-bagian kayu dilindungi dengan bahan pengawet kayu.
      2. Torak penghisap dan klep kaki dipasang dengan tepat dalam silinder, sedang silinder dipasang pada tabung pompa. Kemudian semua alur diberi lapis ter untuk mencegah karat.
      3. Gambar 10, cara memperpanjang batang torak
      4. Perakitan dapat dilihat pada Gambar 11, 12, 13, dan 14.

        Gambar 10. Perpanjangan batang torak dengan bantuan sambuangan berulir / dilas

        Gambar 11. Pemasangan pompa

        Keterangan :
        1. Penutup celah antara lempengan dasar dan tutp sumur dengan semen
        2. Pembuatan suatu lantai miring agar air bocoran dapat mengalir tanpa mencemari sumur
        Gambar 12. Penutupan sumur guna mencegah pencemaran oleh air bocoran

        Gambar 13. Suku Cadang Utama Sebuah Pompa Hisap

        Gambar 14. Prinsip kerja sebuah pompa hisap
  6. PEMELIHARAAN
    1. Kencangkan baut dan mur yang longgar
    2. Cat secara teratur suku cadang yang berkarat
    3. Ganti suku cadang yang aus dan rusak
    4. Perbaiki semen yang retak-retak
  7. KEUNTUNGAN
    Penggunaan pompa penghisap ini dapat mencapai tinggi penaikan sebesar 15 sampai 20 m
  8. KERUGIAN
    1. Dengan sistem balok penjepit, kekuatan dari pompa berkurang dan tidak tahan lama.
    2. Pengerjaan konstruksi lebih rumit
  9. DAFTAR PUSTAKA
    Pompa Hisap. Publikasi TOOL (Belanda) Terjemahan : Pusat Dokumentasi Informasi PTP-ITP, Bandung.
  10. INFORMASI LEBIH LANJUT
    1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250 3052, 250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
    2. Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.