Cara Menanam Bunga Krisan


KRISAN
( C. morifolium Ramat, C. indicum, C. daisy )
1. SEJARAH SINGKAT
Krisan merupakan tanaman bunga hias berupa perdu dengan sebutan lain Seruni atau Bunga emas (Golden Flower) berasal dari dataran Cina. Krisan kuning berasal dari dataran Cina, dikenal dengan Chrysanthenum indicum (kuning), C. morifolium (ungu dan pink) dan C. daisy (bulat, ponpon). Di Jepang abad ke-4 mulai membudidayakan krisan, dan tahun 797 bunga krisan dijadikan sebagai simbol kekaisaran Jepang dengan sebutan Queen of The East. Tanaman krisan dari Cina dan Jepang menyebar ke kawasan Eropa dan Perancis tahun 1795. Tahun 1808 Mr. Colvil dari Chelsa mengembangkan 8 varietas krisan di Inggris. Jenis atau varietas krisan modern diduga mulai ditemukan pada abad ke-17. Krisan masuk ke Indonesia pada tahun 1800. Sejak tahun 1940, krisan dikembangkan secara komersial.
2. JENIS TANAMAN
Klasifikasi botani tanaman hias krisan adalah sebagai berikut:
  • Divisi : Spermathophyta
  • Sub Divisi : Angiospermae
  • Famili : Asteraceae
  • Genus : Chrysanthemum
  • Species : C. morifolium Ramat, C. indicum, C. daisy dll
Jenis dan varietas tanaman krisan di Indonesia umumnya hibrida berasal dari Belanda, Amerika Serikat dan Jepang. Krisan yang ditanam di Indonesia terdiri atas:
  1. Krisan lokal (krisan kuno) : Berasal dari luar negri, tetapi telah lama dan beradaptasi di Indoenesia maka dianggap sebagai krisan lokal. Ciri-cirinya antara lain sifat hidup di hari netral dan siklus hidup antara 7-12 bulan dalam satu kali penanaman. Contoh C. maximum berbunga kuning banyak ditanam di Lembang dan berbunga putih di Cipanas (Cianjur).
  2. Krisan introduksi (krisan modern atau krisan hibrida) : Hidupnya berhari pendek dan bersifat sebagai tanaman annual. Contoh krisan ini adalah C. indicum hybr. Dark Flamingo, C. i.hybr. Dolaroid,C. i. Hybr. Indianapolis (berbunga kuning) Cossa, Clingo, Fleyer (berbunga putih), Alexandra Van Zaal (berbunga merah) dan Pink Pingpong (berbunga pink).
  3. Krisan produk Indonesia : Balai Penelitian Tanaman Hias Cipanas telah melepas varietas krisan buatan Indonesia yaitu varietas Balithi 27.108, 13.97, 27.177, 28.7 dan 30.13A.
3. MANFAAT TANAMAN
Kegunaan tanaman krisan yang utama adalah sebagai bunga hias. Manfaat lain adalah sebagai tumbuhan obat tradisional dan penghasil racun serangga. Sebagai bunga hias, krisan di Indonesia digunakan sebagai:
  1. Bunga pot : Ditandai dengan sosok tanaman kecil, tingginya 20-40 cm, berbunga lebat dan cocok ditanam di pot, polibag atau wadah lainnya. Contoh krisan mini (diameter bunga kecil) ini adalah varietas Lilac Cindy (bunga warna ping keungu-unguan), Pearl Cindy (putih kemerah-merahan), White Cindy (putih dengan tengahnya putih kehijau-hijauan), Applause (kuning cerah), Yellow Mandalay (semuanya dari Belanda).Krisan introduksi berbunga besar banyak ditanam sebagai bunga pot, terdapat 12 varitas krisan pot di Indonesia, yang terbanyak ditanam adalah varietas Delano (ungu), Rage (merah) dan Time (kuning).
  2. Bunga potong Krisan : Ditandai dengan sosok bunga berukuran pendek sampai tinggi, mempunyai tangkai bunga panjang, ukuran bervariasi (kecil, menengah dan besar), umumnya ditanam di lapangan dan hasilnya dapat digunakan sebagai bunga potong. Contoh bunga potong amat banyak antara lain Inga, Improved funshine, Brides, Green peas, Great verhagen, Puma, Reagen, Cheetah, Klondike dll.
4. SENTRA PENANAMAN
Daerah sentra produsen krisan antara lain: Cipanas, Cisarua, Sukabumi, Lembang (Jawa Barat), Bandungan (Jawa Tengah), Brastagi (Sumatera Utara).
5. SYARAT PERTUMBUHAN
5.1. Iklim
  1. Tanaman krisan membutuhkan air yang memadai, tetapi tidak tahan terhadap terpaan air hujan. Oleh karena itu untuk daerah yang curah hujannya tinggi,
    penanaman dilakukan di dalam bangunan rumah plastik.
  2. Untuk pembungaan membutuhkan cahaya yang lebih lama yaitu dengan bantuan cahaya dari lampu TL dan lampu pijar. Penambahan penyinaran yang paling baik adalah tengah malam antara jam 22.30–01.00 dengan lampu 150 watt untuk areal 9 m 2 dan lampu dipasang setinggi 1,5 m dari permukaan tanah. Periode pemasangan lampu dilakukan sampai fase vegetatif (2-8 minggu) untuk mendorong pembentukan bunga.
  3. Suhu udara terbaik untuk daerah tropis seperti Indonesia adalah antara 20-26 derajat C. Toleran suhu udara untuk tetap tumbuh adalah 17-30 derajat C.
  4. Tanaman krisan membutuhkan kelembaban yang tinggi untuk awal pembentukan akar bibit, setek diperlukan 90-95%. Tanaman muda sampai dewasa antara 70-80%, diimbangi dengan sirkulasi udara yang memadai.
  5. Kadar CO2 di alam sekitar 3000 ppm. Kadar CO2 yang ideal untuk memacu fotosistesa antara 600-900 ppm. Pada pembudidayaan tanaman krisan dalam bangunan tertutup, seperti rumah plastik, greenhouse, dapat ditambahkan CO2, hingga mencapai kadar yang dianjurkan.
5.2. Media Tanam
  1. Tanah yang ideal untuk tanaman krisan adalah bertekstur liat berpasir, subur, gembur dan drainasenya baik, tidak mengandung hama dan penyakit.
  2. Derajat keasaman tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman sekitar 5,5-6,7.
5.3. Ketinggian Tempat
ketinggian tempat yang ideal untuk budidaya tanaman ini antara 700–1200 m dpl.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
  1. Persyaratan Bibit : Bibit diambil dari induk sehat, berkualitas prima, daya tumbuh tanaman kuat, bebas dari hama dan penyakit dan komersial di pasar.
  2. Penyiapan Bibit : Pembibitan krisan dilakukan dengan cara vegetatif yaitu dengan anakan, setek pucuk dan kultur jaringan.
    1. Bibit asal anakan
    2. Bibit asal stek pucuk : Tentukan tanaman yang sehat dan cukup umur. Pilih tunas pucuk yang tumbuh sehat, diameter pangkal 3-5 mm, panjang 5 cm, mempunyai 3 helai daun dewasa berwarna hijau terang, potong pucuk tersebut, langsung semaikan atau disimpan dalam ruangan dingin bersuhu udara 4 derajat C, dengan kelembaban 30 % agar tetap tahan segar selama 3-4 minggu. Cara penyimpanan stek adalah dibungkus dengan beberapa lapis kertas tisu, kemudian dimasukan ke dalam kantong plastik rata-rata 50 stek.
    3. Penyiapan bibit dengan kultur jaringan : Tentukan mata tunas atau eksplan dan ambil dengan pisau silet, stelisasi mata tunas dengan sublimat 0,04 % (HgCL) selama 10 menit, kemudian bilas dengan air suling steril. Lakukan penanaman dalam medium MS berbentuk padat. Hasil penelitian lanjutan perbanyakan tanaman krisan secara kultur jaringan:
      1. Medium MS padat ditambah 150 ml air kelapa/liter ditambah 0,5 mg NAA/liter ditambah 1,5 mg kinetin/liter, paling baik untuk pertumbuhan tunas dan akar eksplan. Pertunasan terjadi pada umur 29 hari, sedangkan perakaran 26 hari.
      2. Medium MS padat ditambah 150 ml air kelapa/liter ditambah 0,5 mg NAA/liter ditambah 0,5 BAP/liter, kalus bertunas waktu 26 hari, tetapi medium tidak merangsang pemunculan akar.
      3. Medium MS padat ditambah 0,5 mg NAA/liter ditambah 0,5-0.2 mg kinetin/liter ditambah 0,5 mg NAA/liter ditambah 0,5-2,0 BAP/liter pada eksplan varietas Sandra untuk membentuk akar pada umur 21-31 hari. Penyiapan bibit pada skala komersial dilakukan dengan dua tahap yaitu:
        1. Stok tanaman induk : Fungsinya untuk memproduksi bagian vegetatif sebanyak mungkin sebagai bahan tanaman Ditanam di areal khusus terpisah dari areal budidaya. Jumlah stok tanaman induk disesuaikan dengan kebutuhan bibit yang telah direncanakan. Tiap tanaman induk menghasilkan 10 stek per bulan, dan selama 4-6 bulan dipelihara memproduksi sekitar 40-60 stek pucuk. Pemeliharaan kondisi lingkungan berhari panjang dengan penambahan cahaya 4 jam/hari mulai 23.30–03.00 lampu pencahayaan dapat dipilih Growlux SL 18 Philip.
        2. Perbanyakan vegetatif tanaman induk.
          1. Pemangkasan pucuk, dilakukan pada umur 2 minggu setelah bibit ditanam, dengan cara memangkas atau membuang pucuk yang sedang tumbuh sepanjang 0,5-1 cm.
          2. Penumbuhan cabang primer. Perlakuan pinching dapat merangsang pertumbuhan tunas ketiak sebanyak 2-4 tunas. Tunas ketiak daun dibiarkan tumbuh sepanjang 15-20 cm atau disebut cabang primer.
          3. Penumbuhan cabang sekunder. Pada tiap ujung primer dilakukan pemangkasan pucuk sepanjang 0,5-1 cm, pelihara tiap cabang sekunder hingga tumbuh sepanjang 10-15 cm.
  3. Teknik Penyemaian Bibit
    1. Penyemaian di bak : Siapkan tempat atau lahan pesemaian berupa bak-bak berukuran lebar 80 cm, kedalaman 25 cm, panjang disesuaikan dengan kebutuhan dan sebaiknya bak berkaki tinggi. Bak dilubangi untuk drainase yang berlebihan. Medium semai berupa pasir steril hingga cukup penuh. Semaikan setek pucuk dengan jarak 3 cm x 3 cm dan kedalaman 1-2 cm, sebelum ditanamkan diberi Rotoon (ZPT). Setelah tanam pasang sungkup plastik yang transparan di seluruh permukaan.
    2. Penyemaian kultur jaringan : Bibit mini dalam botol dipindahkan ke pesemaian beisi medium berpasir steril dan bersungkup plastik tembus cahaya.
  4. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian : Pemeliharaan untuk stek pucuk yaitu penyiraman dengan sprayer 2-3 kali sehari, pasang bola lampu untuk pertumbuhan vegetatif, penyemprotan pestisida apabila tanaman di serang hama atau penyakit. Buka sungkup pesemaian pada sore hari dan malam hari, terutama pada beberapa hari sebelum pindah ke lapangan. Pemeliharaan pada kultur jaringan dilakukan di ruangan aseptik, setelah bibir berukuran cukup besar, diadaptasikan secara bertahap ke lapangan terbuka.
  5. Pemindahan Bibit : Bibit stek pucuk siap dipindahtanamkan ke kebun pada umur 10-14 hari setelah semai dan bibit dari kultur jaringan bibit siap pindah yang sudah berdaun 5-7 helai dan setinggi 7,5-10 cm.
6.2. Pengolahan Media Tanam
  1. Pembentukan Bedengan : Olah tanah dengan menggunakan cangkul sedalam 30 cm hingga gembur, keringanginkan selama 15 hari. Gemburkan yang kedua kalinya sambil dibersihkan dari gulma dan bentuk bedengan dengan lebar 100-120 cm, tinggi 20- 30 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak antara bedengan 30-40 cm.
  2. Pengapuran : Tanah yang mempunyai pH > 5,5, perlu diberi pengapuran berupa kapur pertanian misalnya dengan dolomit, kalsit, zeagro. Dosis tergantung pH tanah. Kebutuhan dolomit pada pH 5 = 5,02 ton/ha, pH 5,2 = 4,08 ton/ha, pH 5,3 = 3,60 ton/ha, pH 5,4 = 3,12 ton/ha. Pengapuran dilakukan dengan cara disebar merata pada permukaan bedengan.
6.3. Teknik Penanaman
  1. Teknik Penanaman Bunga Potong
    1. Penentuan Pola Tanam. : Tanaman bunga krisan merupakan tanaman yangdapat dibudidayakan secara monokultur.
    2. Pembuatan Lubang Tanam : Jarak lubang tanam 10 cm x 10 cm, 20 cm x 20 cm. Lubang tanam dengan cara ditugal. Penanaman biasanya disesuaikan dengan waktu panen yaitu pada hari-hari besar. Waktu tanam yang baik antara pagi atau sore hari.
    3. Pupuk Dasar : Furadan 3G sebanyak 6-10 butir perlubang. Campuran pupuk ZA 75 gram ditambah TSP 75 gram ditambah KCl 25gram (3:3:1)/m2 luas tanam, diberikan merata pada tanah sambil diaduk.
    4. Cara Penanaman : Ambil bibit satu per satu dari wadah penampungan bibit, urug dengan tanah tipis agar perakaran bibit krisan tidak terkena langsung dengan furadan 3G. Tanamkan bibit krisan satu per satu pada lubang yang telah disiapkan sedalam 1-2 cm, sambil memadatkan tanah pelan-pelan dekat pangkal batang bibit. Setelah penanaman siram dengan air dan pasang naungan sementara dari sungkup plastik transparan.
  2. Teknik Penanaman untuk Memperpendek Batang : Penanaman dilakukan sama dengan untuk bunga potong biasa, tetapi dengan menambah cahaya agar tangkai menjadi pendek.
    1. Pengaturan dan Penambahan Cahaya : Dilakukan sampai batas tertentu dengan ketinggian tanaman yang dinginkan. Misalnya, bila diinginkan bunga krisan bertangkai 70 cm, maka penambahan cahaya sejak ketinggian 50-60 cm. Lampu dimatikan. Periode berikutnya beralih ke generatif. Tangkai bunga memanjang mencapai 80 cm. Bila dipanen tangkainya 70 cm, maka tangkai bunga yang tersisa adalah 10 cm pada tanaman. Total lama penyinaran sejak bibit ditanam sampai periode generatif antara 12-15 minggu tergantung varietas krisan. Cara pengaturan dan penambahan cahaya yaitu dengan pola byarpet, yaitu pencahayaan malam selama 5 menit lalu dimatikan selama 1 menit dilakukan secara berulang-ulang hingga mencapai 30 menit. Cara lain pengaturan dan penambahan cahaya adalah dengan memasang lampu TL pada tengah malam mulai pukul 22.30-01.00.
    2. Pemupukan : Waktu pemupukan dimulai umur 1 bulan setelah tanam, kemudian diulang kontinue dan periodik seminggu sekali, dan akhirnya sebulan sekali. Jenis dan dosis pupuk yang diberikan pada fase vegetatif yaitu Urea 200 gram ditambah ZA 200 gram ditambah KNO3 100 gram per m 2 luas lahan. Pada fase Generatif digunakan pupuk Urea 10 gram ditambah TSP 10 gram ditambah KNO3 25 gram per m 2 luas lahan, cara pemberiannya dengan disebar dalam larikan atau lubang ditugal samping kiri dan samping kanan.
    3. Pembuangan Titik Tumbuh : Waktu pembuangan titik tumbuh adalah pada umur 10-14 hari setelah tanam, dengan cara memotes ujung tanam sepanjang 5 cm.
    4. Penjarangan Bunga : Jika ingin mendapatkan bunga yang besar, dalam 1 tangkai bunga hanya dibiarkan satu bakal bunga yang tumbuh.
  3. Teknik Penanaman untuk Bunga Pot : Sebanyak 5-7 Bibit yang telah berakar ditanam di dalam pot yang berisi media sabut kelapa (hancur) atau campuran tanah dan sekam padi (1:1). Untuk memperpendek batang, pot-pot ini ditumbuhkan selama 2 minggu dengan penyinaran 16 jam/hari. Untuk merangsang pembungaan, pot-pot kemudian diberi pencahayaan pendek dengan cara menutupnya di dalam kubung dari jam 16.00-22.00. Selama pertumbuhan tanaman diberi pupuk cir multihara lengkap. Pembungaan ini dapat pula dipacu dengan menambahkan hormon tumbuh giberelin sebanyak 500 ppm pada saat penyinaran pendek.
Untuk mendapatkan bunga yang besar dan jumlahnya sedikit, bakal bunga dari setiap batang perlu diperjarang dengan hanya menyisakan satu kuncup bunga. Dengan cara ini akan didapatkan krisan pot dengan 5-7 bunga yang mekar bersamaan.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
  1. Penjarangan dan Penyulaman : Waktu penyulaman seawal mungkin yaitu 10-15 hari setelah tanam. Penyulaman dilakukan dengan cara mengganti bibit yang mati atau layu permanen dengan bibit yang baru.
  2. Penyiangan : Waktu penyiangan dan penggemburan tanah umumnya 2 minggu setelah tanam. Penyiangan dengan cangkul atau kored dengan hati-hati membersihkan rumput-rumput liar.
  3. Pengairan dan Penyiraman : Pengairan yang paling baik adalah pada pagi atau sore hari, pengairan dilakukan kontinu 1-2 kali sehari, tergantung cuaca atau medium tumbuh. Pengairan dilakukan dengan cara mengabutkan air atau sistem irigasi tetes hingga tanah basah.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
  1. Ulat tanah (Agrotis ipsilon)
    • Gejala: memakan dan memotong ujung batang tanaman muda, sehingga pucuk dan tangkai terkulai.
    • Pengendalian: mencari dan mengumpulkan ulat pada senja hari dan semprot dengan insektisida.
  2. Thrips (Thrips tabacci)
    • Gejala: pucuk dan tunas-tunas samping berwarna keperak-perakan atau kekuning-kuningan seperti perunggu, terutama pada permukaan bawah daun.
    • Pengendalian: mengatur waktu tanam yang baik, memasang perangkap berupa lembar kertas kuning yang mengandung perekat, misalnya IATP buatan Taiwan.
  3. Tungau merah (Tetranycus sp)
    • Gejala: daun yang terserang berwarna kuning kecoklat-coklatan, terpelintir, menebal, dan bercak-bercak kuning sampai coklat.
    • Pengendalian: memotong bagian tanaman yang terserang berat dan dibakar dan penyemprotan pestisida.
  4. Penggerek daun (Liriomyza sp) :
    • Gejala: daun menggulung seperti terowongan kecil, berwarna putih keabu-abuan yang mengelilingi permukaan daun.
    • Pengendalian: memotong daun yang terserang, penggiliran tanaman, dengan aplikasi insektisida.
7.2. Penyakit
  1. Karat/Rust
    • Penyebab: jamur Puccinia sp. karat hitam disebakan oleh cendawan P chrysantemi, karat putih disebabkan oleh P horiana P.Henn.
    • Gejala: pada sisi bawah daun terdapat bintil-bintil coklat/hitam dan terjadi lekukan-lekukan mendalam yang berwarna pucat pada permukaan daun bagian atas. Bila serangan hebat meyebabkan terhambatnya pertumbuhan bunga.
    • Pengendalian: menanam bibit yang tahan hama dan penyakit, perompesan daun yang sakit, memperlebar jarak tanam dan penyemprotan insektisida.
  2. Tepung oidium
    • Penyebab: jamur Oidium chrysatheemi.
    • Gejala: permukaan daun tertutup dengan lapisan tepung putih. Pada serangan hebat daun pucat dan mengering.
    • Pengendalian: memotong/memangkas daun tanaman yang sakit dan penyemprotan fungisida.
  3. Virus kerdil dan mozaik
    • Penyebab: virus kerdil krisan, Chrysanhenumum stunt Virus dan Virus Mozaoik Lunak Krisan (Chrysanthemum Mild Mosaic Virus).
    • Gejala: tanaman tumbuhnya kerdil, tidak membentuk tunas samping, berbunga lebih awal daripada tanaman sehat, warna bunganya menjadi pucat.
    • Penyakit kerdil ditularkan oleh alat-alat pertanian yang tercemar penyakit dan pekerja kebun.
    • Virus mosaik menyebabkan daun belang hijau dan kuning, kadang-kadang bergaris-garis.
    • Pengendalian: menggunakan bibit bebas virus, mencabut tanaman yang sakit, menggunakan alat-alat pertanian yang bersih dan penyemprotan insektisida untuk pengendalian vektor virus.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Penentuan stadium panen adalah ketika bunga telah setengah mekar atau 3-4 hari sebelum mekar penuh. Tipe spray 75-80% dari seluruh tanaman. Umur tanaman siap panen yaitu setelah 3-4 bulan setelah tanam.
8.2. Cara Panen.
Panen sebaiknya dilakukan pagi hari, saat suhu udara tidak terlalu tinggi dan saat bunga krisan berturgor optimum. Pemanenan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dipotong tangkainya dan dicabut seluruh tanaman. Tata cara panen bunga krisan: tentukan tanaman siap panen, potong tangkai bunga dengan gunting steril sepanjang 60-80 cm dengan menyisakan tunggul batang setinggi 20-30 cm dari permukaan tanah.
8.3. Prakiraan Produksi
Perkiraan hasil bunga krisan pada jarak 10 x 10 cm seluas 1 ha yaitu 800.000 tanaman.
9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan
Kumpulkan bunga hasil panen, lalu ikat tangkai bunga berisi sekitar 50-1000 tangkai simpan pada rak-rak.
9.2. Penyortiran dan Penggolongan
Pisahkan tangkai bunga berdasarkan tipe bunga, warna dan varietasnya. Lalu bersihkan dari daun-daun kering atau terserang hama. Buang daun-daun tua pada pangkal tangkai. Kriteria utama bunga potong meliputi penampilan yang baik, menarik, sehat dan bebas hama dan penyakit. Kriteria ini dibedakan menjadi 3 kelas yaitu:
  1. Kelas I untuk konsumen di hotel dan florist besar, yaitu panjang tangkai bunga lebih dari 70 cm, diameter pangkal tangkai bunga lebih 5 mm.
  2. Kelas II dan III untuk konsumen rumah tangga, florits menengah dan dekorasi massal yaitu panjang tangkai bunga kurang dari 70 cm dan diameter pangkal tangkai bunga kurang dari 5 mm.
9.3. Pengemasan dan Pengangkutan
Tentukan alat angkutan yang cocok dengan jarak tempuh ke tempat pemasaran dan susunlah kemasan berisi bunga krisan secara teratur, rapi dan tidak longgar, dalam bak atau box alat angkut.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
10.1. Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya tanaman krisan seluas 0,5 ha dengan jarak tanam 10 x 10 cm. Analisis dilakukan pada tahun 1999 di daerah Bandung.
  1. Biaya produksi
    1. Sewa lahan 1 tahun Rp. 1.500.000,-
    2. Bibit : 500.000 batang @ Rp. 50,- Rp. 25.000.000,-
    3. Pupuk dan kapur
      • Pupuk kandang: 15.000 kg @ Rp. 150,- Rp. 2.250.000,-
      • Urea: 4.150 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 6.225.000,-
      • ZA: 4.600 kg @ Rp. 1.250,- Rp. 5.750.000,-
      • SP-36: 525 kg @ Rp. 2.000,- Rp. 1.050.000,-
      • KCl: 125 kg @ Rp. 1.650,- Rp. 206.250,-
      • KNO3: 2.375 kg @ Rp. 4.000,- Rp. 9.500.000,-
      • Kapur pertanian: 2000 kg @ Rp.200,- Rp. 400.000,-
    4. Pestisida Rp. 1.500.000,-
    5. Biaya tenaga kerja
      • Penyiapan lahan 50 HKP @ Rp. 10.000,- Rp. 500.000,-
      • Pemupukan 10 HKP + 20 HKW Rp. 250.000,-
      • Penanaman 5 HKP + 50 HKW Rp. 425.000,-
      • Pemeliharaan 5 HKP + 100 HKW Rp. 800.000,-
    6. 6. Biaya lain-lain (pajak, iuran, alat) Rp. 500.000,-
    • Jumlah biaya produksi Rp. 55.856.250,-
  2. Pendapatan 400.000 tanaman @ Rp. 225,- Rp. 90.000.000,-
  3. Keuntungan Rp. 34.143.750,-
  4. Parameter kelayakan usaha : 1. Rasio Output/Input =1,611
Keterangan: HKP Hari Kerja Pria, HKW Hari Kerja Wanita
10.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Tanaman hias krisan merupakan bunga potong yang penting di dunia. Prospek budidaya krisan sebagai bunga potong sangat cerah, karena pasar potensial yang dapat berdaya serap tinggi sudah ada. Diantara pasar potensial tersebut adalah Jerman, Inggris, Swiss, Italia, Austria, America Serikat, Swedia dsb. Saat ini krisan termasuk bunga yang paling populer di Indonesia karena memiliki keunggulan yaitu bunganya kaya warna dan tahan lama, bunga krisan pot bahkan dapat tetap segar selama 10 hari. Peluang untuk mengembangkan budidaya tanaman krisan, guna memenuhi kebutuhan baik dalam maupun luar negri agaknya tetap terbuka. Seiring dengan permintaan bunga potong krisan yang semakin meningkat maka peluang agribisnis perlu terus dikembangkan.
11. STANDAR PRODUKSI
11.1. Ruang Lingkup
Standar meliputi klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan dan pengemasan.
11.2. Deskripsi : …
11.3. Klasifikasi dan Standar Mutu : Mutu dan pengepakan bunga untuk ekspor ke pasaran Internasional sangat ditentukan oleh negara pengimpor. Untuk Jepang standar yang berlaku adalah sebagai berikut:
  1. Varietas adalah Kiku berwarna putih atau kuning yang dipanen saat bunga belum mekar penuh, panjang tangkai 70 cm, lurus dan tunggal. Duapertiga daun masih lengkap, utuh serta berukuran seragam dan bebas hama penyakit.
  2. Satu ikatan terdiri dari 20 tangkai bunga dan dibungkus dengan pembungkus dari kertas khusus Sleeves. Kuntum tidak tertutup seludang, pangkal bunga diberi kapas basah.
  3. Pengepakan dilakukan dalam kotak kardus dengan kapasitas 10 ikatan.
  4. Pengangkutan dilakukan dengan alat angkut bersuhu udara 7-8 derajat C dengan kelembaban udara 60-65%.
11.4. Pengambilan Contoh
Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan terkecil dalam lot dan contoh dengan rincian sebagai berikut:
  1. Contoh yang diambil 1, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 1–3.
  2. Contoh yang diambil 3, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 4–25.
  3. Contoh yang diambil 6, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 26–50.
  4. Contoh yang diambil 8, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 51–100.
  5. Contoh yang diambil 10, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 101–150.
  6. Contoh yang diambil 12, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 151–200.
  7. Contoh yang diambil 15, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 201–lebih.
Sedangkan untuk petugas pengambil contoh adalah orang yang telah berpengalaman/dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan dalam suatu badan hukum.
11.5. Pengemasan
  1. Cara pengemasan : Pangkal tangkai bunga krisan potongan dimasukan ke dalam tube berisi cairan pengawet/dibungkus dengan kapas kemudian dimasukan ke dalam kantong plastik berisi cairan pengawet lalu dikemas dalam kotak karton / kemasan lain yang sesuai.
  2. Pemberian merek : Pada bagian luar kemasan diberi tulisan:
    1. Nama barang/varietas krisan.
    2. Jenis mutu.
    3. Nama atau kode produsen/eksportir.
    4. Jumlah isi.
    5. Negara tujuan.
    6. Hasil Indonesia.

12. DAFTAR PUSTAKA
  1. H Rahmat Rukmana , Ir.1997. Krisan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
  2. Trubus no. 338. 1998. Kebun bunga Potong Ciputri.
  3. Dewi Sartika. 1998. Krisan Baru Produk Indonesia. Trubus no. 342.
  4. Lukito AM. 1998. Rekayasa Pembungaan Krisan dan Bunga Lain. Trubus no. 348.
Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS




Cara Menanam Bunga Melati


MELATI
( Jasmine officinalle )
1. SEJARAH SINGKAT
Melati merupakan tanaman bunga hias berupa perdu berbatang tegak yang hidup menahun. Di Italia melati casablanca (Jasmine officinalle), yang disebut Spansish Jasmine ditanam tahun 1692 untuk di jadikan parfum. Tahun 1665 di Inggris dibudidayakan melati putih (J. sambac) yang diperkenalkan oleh Duke Casimo de’ Meici. Dalam tahun 1919 ditemukan melati J. parkeri di kawasan India Barat Laut, Kemudian dibudidayakan di Inggris pada tahun 1923. Di Indonesia nama melati dikenal oleh masyarakat di seluruh wilayah Nusantara. Nama-nama daerah untuk melati adalah Menuh (Bali), Meulu cut atau Meulu Cina (Aceh), Menyuru (Banda), Melur (Gayo dan Batak Karo), Manduru (Menado), Mundu (Bima dan Sumbawa) dan Manyora (Timor), serta Malete (Madura).
2. JENIS TANAMAN
Diantara 200 jenis melati yang telah diidentifikasi oleh para ahli botani baru sekitar 9 jenis melati yang umum dibudidayakan dan terdapat 8 jenis melati yang potensial untuk dijadikan tanaman hias. Sebagian besar jenis melati tumbuh liar di hutan-hutan karena belum terungkap potensi ekonomis dan sosialnya. Tanaman melati termasuk suku melati-melatian atau famili Oleaceae. Kedudukan tanaman melati dalam sistematika/taksonomi tumbuhan adalah sebagai berikut:
  • Kingdom : Plantae
  • Divisi : Spermatophyta
  • Subdivisi : Angiospermae
  • Kelas : Dicotyledonae
  • Ordo : Oleales
  • Famili : Oleaceae
  • Genus : Jasminum
  • Spesies : Jasminum sambac (L) W. Ait..
Jenis, Varietas dan Ciri-ciri penting (karakteristik) tanaman melati adalah sebagai berikut:
  1. Jasmine sambac Air (melati putih, puspa bangsa)
  2. Jasmine multiflora Andr (melati hutan:melati gambir, poncosudo, Star Jasmine, J,. pubescens willd).
  3. Jasmine officinale (melati casablanca, Spanish Jasmine) sinonim dengan J. floribundum=Jasmine grandiflorum). perdu setinggi 1, 5 meter.
  4. Jasmine rex (melati Raja, King Jasmine).
  5. Jasmine parkeri Dunn (melati pot).
  6. Jasmine mensyi (Jasmine primulinum, melati pimrose).
  7. Jasmine revolutum Sims (melati Italia)
  8. Jasmine simplicifolium ( melati Australia, J. volibile, m. bintang)
  9. Melati hibrida. Bunga pink dan harum.
Adapun jenis dan varietes Melati yang ada di Pulau Jawa antara lain:
  1. Jasmine. Sambac (melati Putih), antara lain varietas: Maid of Orleans, Grand Duke of Tuscany, Menur dan Rose Pikeke
  2. Jasmine. multiflorum (Star Jasmine)
  3. Jasmine officinale (melati Gambir)
3. MANFAAT TANAMAN
Bunga melati bermanfaat sebagai bunga tabur, bahan industri minyak wangi, kosmetika, parfum, farmasi, penghias rangkaian bunga dan bahan campuran atau pengharum teh.
4. SENTRA PENANAMAN
Di Indonesia Pusat penyebaran tanaman melati terkonsentrasi di Jawa Tengah, terutama di Kabupaten Pemalang, Purbalingga dan Tegal.
5. SYARAT PERTUMBUHAN
5.1. Iklim
  1. Curah hujan 112–119 mm/bulan dengan 6–9 hari hujan/bulan, serta mempunyai iklim dengan 2–3 bulan kering dan 5–6 bulan basah.
  2. Suhu udara siang hari 28-36 derajat C dan suhu udara malam hari 24-30 derajat C,
  3. Kelembaban udara (RH) yang cocok untuk budidaya tanaman ini 50-80 %.
  4. Selain itu pengembangan budi daya melati paling cocok di daerah yang cukup mendapat sinar matahari.
5.2. Media Tanam
  1. Tanaman melati umumnya tumbuh subur pada jenis tanah Podsolik Merah Kuning (PMK), latosol dan andosol.
  2. Tanaman melati membutuhkan tanah yang bertekstur pasir sampai liat, aerasi dan drainase baik, subur, gembur, banyak mengandung bahan organik dan memiliki.
  3. Derajat keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman ini adalah pH=5–7.
5.3. Ketinggian Tempat
Tanaman melati dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi pada ketinggian 10-1.600 m dpl. Meskipun demikian, tiap jenis melati mempunyai daya adaptasi tersendiri terhadap lingkungan tumbuh. Melati putih (J,sambac) ideal ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 600 m dpl, sedangkan melati Star Jasmine (J.multiflorum) dapat beradaptasi dengan baik hingga ketinggian 1.600 m dpl. Di sentrum produksi melati, seperti di Kabupaten Tegal, Purbalingga dan Pemalang (Jawa Tengah), melati tumbuh dengan baik di dataran rendah sampai dataran menengah (0-700 m dpl).
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
  1. Teknik Penyemaian Benih : Tancapkan tiap stek pada medium semai 10–15 cm/sepertiga dari panjang stek. Tutup permukaan wadah persemaian dengan lembar plastik bening (transparan) agar udara tetap lembab.
  2. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
    1. Penyiapan tempat semai:
      • Siapkan tempat/wadah semai berupa pot berukuran besar/polybag, medium semai (campuran tanah, pasir steril/bersih).
      • Periksa dasar wadah semai dan berilah lubang kecil untuk pembuangan air yang berlebihan.
      • Isikan medium semai ke dalam wadah hingga cukup penuh/setebal 20–30 cm. Siram medium semai dengan air bersih hingga basah.
    2. Pemeliharaan bibit stek:
      • Lakukan penyiraman secara kontinu 1–2 kali sehari.
      • Usahakan bibit stek mendapat sinar matahari pagi.
      • Pindahkan tanaman bibit stek yang sudah berakar cukup kuat (umur 1–23 bulan) ke dalam polybag berisi medium tumbuh campuran tanah, pasir dan pupuk organik (1:1:1).
      • Pelihara bibit melati secara intensif (penyiraman, pemupukan dan penyemprotan pestisida dosis rendah) hingga bibit berumur 3 bulan.
6.2. Pengolahan Media Tanam
  1. Pembukaan Lahan
    1. Bersihkan lokasi untuk kebun melati dari rumput liar (gulma), pepohonan yang tidak berguna/batu-batuan agar mudah pengelolaan tanah.
    2. Olah tanah dengan cara di cangkul/dibajak sedalam 30-40 cm hingga gembur, kemudian biarkan kering angin selama 15 hari
  2. Pembentukan Bedengan : Membentuk bedengan selebar 100-120 cm, tinggi 30-40 cm, jarak antara bedeng 40–60 cm dan panjang disesuaikan dengan kondisi lahan.
  3. Pengapuran : Tanah yang pH-nya masam dapat diperbaiki melalui pengapuran, misalnya dengan kapur kalsit (CaCO3) dolomit {CaMg (CO3)2}, kapur bakar (Quick lime, CaO)/kapur hidrat (Slakked lime,{Ca(OH)2}. Fungsi/kegunaan pengapuran tanah masam adalah untuk menaikan pH tanah, serta untuk menambah unsur-unsur Ca dan Mg.
  4. Pemupukan : Tebarkan pupuk kandang di atas permukaan tanah, kemudian campurkan secara merata dengan lapisan tanah atas. Pupuk kandang dimasukkan pada tiap lubang tanam sebanyak 1-3 kg. Dosis pupuk kandang berkisar antara 10-30 ton/hektar. Lubang tanam dibuat ukuran 40 x 40 x 40 cm dengan jarak antar lubang 100-150 cm. Penyiapan lahan sebaiknya dilakukan pada musim kemarau/1-2 bulan sebelum musim hujan.
6.3. Teknik Penanaman
  1. Penentuan Pola Tanam : Sebulan sebelum tanam, bibit melati diadaptasikan dulu disekitar kebun. Lahan kebun yang siap ditanami diberi pupuk dasar terdiri atas 3 gram TSP ditambah 2 gram KCI per tanaman. Bila tiap hektar lahan terdapat sekitar 60.000 lubang tanam (jarak tanam 1,0 m x 1,5 m), kebutuhan pupuk dasar terdiri atas 180 kg TSP dan 120 kg KCI. Bersama pemberian pupuk dasar dapat ditambahkan “pembenah dan pemantap tanah “ misalnya Agrovit, stratos/asam humus Gro-Mate
  2. Pembuatan Lubang Tanam : Bibit melati dalam polybag disiram medium tumbuh dan akar-akarnya. Tiap lubang tanam ditanami satu bibit melati. Tanah dekat pangkal batang bibit melati dipadatkan pelan-pelan agar akar-akarnya kontak langsung dengan air tanah.
  3. Cara Penanaman : Jarak tanam dapat bervariasi, tergantung pada bentuk kultur budidaya, kesuburan tanah dan jenis melati yang ditanam, bentuk kultur perkebunan jarak tanam umumnya adalah 1 x 1,5 m, sedang variasi lainnya adalah 40 x 40 cm, 40 x 25 cm dan 100 x 40 cm.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
  1. Penjarangan dan Penyulaman. : Cara penyulaman adalah dengan mengganti tanaman yang mati/tumbuhan abnormal dengan bibit yang baru. Teknik penyulaman prinsipnya sama dengan tata laksana penanaman, hanya saja dilakukan pada lokasi/blok/lubang tanam yang bibitnya perlu diganti. Periode penyulaman sebaiknya tidak lebih dari satu bulan setelah tanam. Penyulaman seawal mungkin bertujuan agar tidak menyulitkan pemeliharaan tanam berikutnya dan pertumbuhan tanam menjadi seragam. Waktu penyulaman sebaiknya dilakukan pada pagi/sore hari, saat sinar matahari tidak terlalu terik dan suhu udara tidak terlalu panas.
  2. Penyiangan : Pada umur satu bulan setelah tanam, kebun melati sering ditumbuhi rumput-rumput liar (gulma). Rumput liar ini menjadi pesaing tanaman melati dalam pemenuhan kebutuhan sinar matahari, air dan unsur hara.
  3. Pemupukan : Pemupukan tanaman melati dilakukan tiap tiga bulan sekali. Jenis dan dosis pupuk yang digunakan terdiri atas Urea 300-700 kg, STP 300-500 kg dan KCI 100-300 kg/ha/tahun. Pemberian pupuk dapat dilakukan dengan cara disebar merata dalam parit di antara barisan tanaman / sekeliling tajuk tanaman sedalam 10-15 cm, kemudian ditutup dengan tanah. Pemupukan dapat pula dengan cara memasukan pupuk ke dalam lubang tugal di sekeliling tajuk tanaman melati. Waktu pemupukan adalah sebelum melakukan pemangkasan, saat berbunga, sesuai panen bunga dan pada saat pertumbuhan kurang prima. Pemberian pupuk dapat meningkatkan produksi melati, terutama jenis pupuk yang kaya unsur fosfor (P), seperti Gandasil B (6-20-30)/Hyponex biru (10-40-15) dan waktu penyemprotan pupuk daun dilakukan pada pagi hari (Pukul 09.00) atau sore hari (pukul 15.30-16.30) atau ketika matahari tidak terik menyengat.
  4. Pengairan dan Penyiraman : Pada fase awal pertumbuhan, tanaman melati membutuhkan ketersediaan air yang memadai. Pengairan perlu secara kontinyu tiap hari sampai tanaman berumur kurang lebih 1 bulan. Pengairan dilakukan 1-2 kali sehari yakni pada pagi dan sore hari. Cara pengairan adalah dengan disiram iar bersih tiap tanam hingga tanah di sekitar perakaran cukup basah.
  5. Waktu Penyemprotan Pestisida : Zat perangsang/zat pengatur Tumbuh (ZPT) dapat digunakan untuk mempertahankan dan meningkatkan produksi bunga, zat perangsang bunga yang berpengaruh baik terhadap pembungaan melati adalah Cycocel (Chloromiguat) dan Etherel. Tanaman melati yang di semprot dengan Cycocel berkonsentrasi 5.000 ppm memberikan hasil bunga yang paling tinggi, yakni 1,45 kg/ tanaman. Cara pemberiannya: zat perangsang bunga disemprotkan pada seluruh bagian tanaman, terutama bagian ujung dan tunas-tunas pembungaan. Konsentrasi yang dianjurkan 3.000 ppm–5.000 ppm untuk Cycocel atau 500-1.500 ppm bila digunakan Ethrel.
  6. Lain-lain : Tanaman melati umumnya tumbuh menjalar, kecuali pada beberapa jenis melati, seperti varietas Grand Duke of tuscany yang tipe pertumbuhannya tegak. Tinggi pemangkasan amat tergantung pada jenis melati, jenis melati putih (J.sambac) dapat di pangkas pada ketinggian 75 cm dari permukaan tanah, sedangkan jenis melati Spnish Jasmine (J. officinale var. grandiflorum) setinggi 90 cm dari permukaan tanah.
7. HAMA DAN PENYAKIT
Tanaman melati tidak luput dari gangguan hama dan penyakit, prinsip pokok dan prioritas teknologi pengendalian hama/penyakit .
  1. Pengendalian hayati dilakukan secara maksimal dengan memanfaatkan musuh-musuh alami hama (parasitoid, perdator, patogen) dengan cara:
    • memasukan, memelihara, memperbanyak, melepaskan musuh alami
    • mengurangi penggunaan pestisida organik sintetik yang berspektrum lebar/menggunakan pestisida selektif.
  2. Ekosistem pertanian dikelola dengan cara:
    • penggunaan bibit sehat
    • sanitasi kebun
    • pemupukan berimbang
    • pergiliran tanaman yang baik
    • penggunaan tanaman perangkap,
  3. Pestisida digunakan secara selektif berdasarkan hasil pemantauan dan analisis ekosistem.
7.1. Hama
  1. Ulat palpita (Palpita unionalis Hubn) :
    • Hama ini termasuk ordo Lepidoptera dan famili Pyralidae, Stadium hama yang merusak tanaman melati adalah larva (ulat).
    • Pengendalian: dilakukan dengan cara memotong bagian tanaman yang terserang berat dan menyemprotkan insektisida yang mangkus dan sangkil, misalnya Decis 2,5 EC, Perfekthion 400 E/Curacron 500 EC .
  2. Penggerek bunga (Hendecasis duplifascials) :
    • Hama ini termasuk ordo Lepidoptera dan famili Pyralidae.
    • Gejala: menyerang tanaman melati dengan cara menggerek/melubangi bunga sehingga gagal mekar. Kuntum bunga yang terserang menjadi rusak dan kadang-kadang terjadi infeksi sekunder oleh cendawan hingga menyebabkan bunga busuk.
    • Pengendalian: disemprot dengan insektisida yang mangkus, misalnya Decis 2,5 EC, Cascade 50 EC/Lannate L .
  3. Thips (Thrips sp) :
    • Thrips termasuk ordo Thysanoptera dan famili Thripidae. Hama ini bersifat pemangsa segala jenis tanaman (polifag).
    • Gejala: menyerang dengan cara mengisap cairan permukaan daun, terutama daun-daun muda (pucuk).
    • Pengendalian: dilakukan dengan cara mengurangi ragam jenis tanaman inang di sekitar kebun melati dan menyemprotkan insektisida yang mangkus : Mesurol 50 WP, Pegasus 500 SC/Dicarzol 25 SP .
  4. Sisik peudococcus (Psuedococcus longispinus) :
    • Hama ini termasuk ordo Pseudococcidae dan famili Homoptera yang hidup secara berkelompok pada tangkai tunas dan permukaan daun bagian bawah hingga menyerupai sisik berwarna abu-abu atau kekuning-kuningan.
    • Gejala: menyerang tanaman dengan cara mengisap cairan sel tanaman dan mengeluarkan cairan madu.
    • Pengendalian: dilakukan dengan menyemprotkan insektisida yang mangkus, misalnya Bassa 500 EC/Nogos 50 EC.
  5. Ulat nausinoe (Nausinoe geometralis) :
    • Hama ini termasuk ordo Lepidoptera dan famili Pyralidae.
    • Ciri: ngengat berwarna coklat dengan panjang badan rata-rata 12 mm dan panjang rentang sayap kurang lebih 24 mm berwarna coklat dan berbintik-bintik transparan.
    • Gejala: menyerang daun tanaman melati identik (sama) dengan serangan ulat P. unionalis.
  6. Hama Lain. :
    • Hama lain yang sering ditemukan adalah kutu putih (Dialeurodes citri) dan kutu tempurung (scale insects). Bergerombol menempel pada cabang, ranting dan pucuk tanaman melati, menyerang dengan cara mengisap cairan sel, sehingga proses fotosintesis (metabolisme).
    • Pengendalian dilakukan dengan menyemprotkan insektisida yang mangkus, seperti Perfekthion 400 EC/Decis 2,5 EC.
7.2. Penyakit
  1. Hawar daun :
    • Penyebab: cendawan (jamur) Rhizcotonia solani Kuhn.
    • Gejala: menyerang daun yang letaknya dekat permukaan tanah.
  2. Hawar benang (Thread Blight) :
    • Penyebab: jamur Marasmiellus scandens (Mass).
    • Gejala: menyerang bagian cabang tanaman melati.
  3. Hawar bunga (Flower Blight) :
    • Penyebab: cendawan (jamur) Curvularia sp. Fusarium sp dan Phoma sp,.
    • Gejala: bunga busuk, berwarna coklat muda dan kadang-kadang bunga berguguran.
  4. Jamur upas :
    • Penyebab: jamur Capnodium salmonicolor. Penyakit ini menyerang batang dan cabang tanaman melati yang berkayu.
    • Gejala: terjadi pembusukan yang tertutup oleh lapisan jamur berwarna merah jambu pada bagian tanaman terinfeksi apnodium sp. dan Meliola jasmini Hansf. et Stev. Gejala serangan capnodium adalah permukaan atas daun tertutup oleh kapang jelaga berwarna hitam merata.
  5. Bercak daun :
    • Penyebab: jamur Pestaloita sp.
    • Gejala: bercak-bercak berwarna coklat sampai kehitam-hitaman pada daun.
  6. Karat daun (Rust) :
    • Penyebab: ganggang hijau parasit (Cephaleuros virescens Kunze).
    • Gejala: pada permukaan daun yang terserang tampak bercak-bercak kemerah-merahaan dan berbulu. Penyakit ini umumnya menyerang daun-daun yang tua.
  7. Antraknosa :
    • Penyebab: jamur Colletotrichum gloesporoides.
    • Gejala : terbentuk bintik-bintik kecil berwarna kehitam-hitaman. Bintik-bintik tersebut membesar dan memanjang berwarna merah jambu, terutama pada bagian daun. Serangan berat dapat menyebabkan mati ujung (die back).
  8. Penyakit lain :
    • Busuk bunga oleh bakteri Erwinia tumafucuens. Bintil akar oleh nematoda Meloidogyne incognito, penyebab abnormilitas perakaran tanaman. Virus kerdil penyebab terhambatnya pertumbuhan tanaman melati, belang-belang daun dan kadang-kadang seluruh ranting dan pucuk menjadi kaku.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Ciri-ciri bunga melati yang sudah saatnya dipanen adalah ukuran kuntum bunga sudah besar (maksimal) dan masih kuncup / setengah mekar. Produksi bunga melati di Indoensia masih rendah yakni berkisar antara 20-25 kg/hektar/hari. Tanaman melati mulai berbunga pada umur 7-12 bulan setelah tanam. Panen bunga melati dapat dilakukan sepanjang tahun secara berkali-kali sampai umur tanaman antara 5-10 tahun. Setiap tahun berbunga tanaman melati umumnya berlangsung selama 12 minggu (3 bulan).
8.2. Cara Panen
Pemetikan bunga melati sebaiknya dilakukan pada pagi sore, yakni saat sinar matahari tidak terlalu terik/suhu udara tidak terlalu panas.
8.3. Periode Panen
Hasil panen bunga melati terbanyak berkisar antara 1-2 minggu. Selanjutnya, produksi bunga akan menurun dan 2 bulan kemudian meningkat lagi
8.4. Prakiraan Produksi
Produksi bunga melati paling tinggi biasanya pada musim hujan, di Jawa Tengah, panen bunga melati pada musim kemarau menghasilkan 5–10 kg/hektar, sedangkan panen pada musim hujan mencapai 300-1.000kg/ha. Data produksi bunga melati di Indonesia berkisar 1,5–2 ton/ha/th pada musim hujan dan 0,7-1 ton/ha/th pada musim kemarau.
9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan
Di tempat terbuka bunga melati akan cepat layu untuk mempertahankan/memperpanjang kesegaran bunga tersebut dihamparkan dalam tampah beralas lembar plastik kemudian disimpan di ruangan bersuhu udara dingin antara 0-5 derajat C.
9.2. Lain-lain
Salah satu produk pengolahan pascapanen bunga melati adalah Jasmine Oil.
  1. Minyak melati istimewa, yakni minyak yang diekstraksi dari bunga melati dengan pelarut ether minyak bumi, sebagai bahan baku minyak wangi mutu tinggi.
  2. Minyak melati biasa, yakni minyak yang diekstraksi dari bunga melati dengan pelarut benzole, sebagai bahan baku minyak wangi mutu sedang.
  3. Minyak pomade istimewa, yakni minyak yang diperoleh dengan teknik enfleurage bunga melati, sebagai bahan baku minyak rambut.
  4. Minyak pomade biasa, yakni minyak yang diekstraksi dari bunga melati bekas enfleurage, sebagai pewangi teknis.
Teknik enfleurage disebut teknik olesan. Prinsip kerja ekstraksi bunga melati dengan teknik olesan adalah sebagai berikut:
  1. Oleskan lemak muri pada permukaan kaca tipis.
  2. Letakan bunga melati yang masih segar (baru petik) diatas permukaan kaca .
  3. Simpan kaca tipis bersama bunga melati dalam rak-rak penyimpanan yang terbuat dari plastik, kayu/logam tahan karat.
  4. Biarkan bunga melati selama 3-4 hari sampai bunga tersebut layu.
  5. Bunga melati yang telah layu segera dibuang untuk diganti dengan bunga-bunga baru/masih segar.
  6. Lakukan cara tadi secara berulang-ulang selama 2-3 bulan hingga lemak dipenuhi minyak wangi bunga melati.
Teknik ekstraksi minyak melati dapat dilakukan dengan teknik tabung hampa.
  1. Masukan bunga melati segar ke dalam tabung, kemudian alirkan bahan pelarut (alkohol, ether, chlorofrom, ecetone, lemak murni, ether minyak bumi) secara berkesinambungan.
  2. Salurkan cairan ekstrak yang mengandung bahan pelarut dan unsur-unsur bunga melati ke tabung hampa udara yang dipanaskan sekedarnya untuk menguapkan bahan pelarut. Uap pelarut diallirkan kembali ke kondensor agar menjadi cairan.
  3. Tambahkan ethanol ke dalam unsur bunga melati. Unsur bunga melati biasanya berupa lilin padat (concrete) yang masih mengandung zat pewarna, damar dan unsur lain yang tidak menguap.
  4. Campurkan minyak tadi dengan alkohol kemudian saring kembali untuk menghilangkan kandungan damar.
  5. Lakukan penyulingan absolut dengan menggunakan sthlene glycol penyinaran dengan sinar ultra violet untuk menghilangkan zat pewarna.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
10.1. Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisa budidaya tanaman melati seluas 0,5 ha yang dilakukan pada tahun 1999 di daerah Bogor.
  1. Biaya produksi
    1. Sewa lahan 0,5 ha Rp. 750.000,-
    2. Bibit Rp. 190.000,-
    3. Pupuk Rp. 325.000,-
    4. Pestisida Rp. 50. 000,-
    5. Tenaga kerja Rp. 6.425.000,-
    6. Alat (penyusunan alat-alat) Rp. 50.000,-
    • Jumlah biaya produksi Rp. 7.790.000,-
  2. Pendapatan 15.555 kg @ Rp. 850,- Rp.12.750.000,-
  3. Keuntungan bersih Rp. 4.960.000,-
  4. Parameter kelayakan usaha :
    1. O/I Ratio = 1,637
    2. ROI = 0,698
    3. BEP Rp. 1.696.352,84,-
10. 2.Gambaran Peluang Agribisnis
Pengembangan usaha tani melati skala komersial mempunyai prospek cerah danpeluang pasarnya bagus. Tiap hari untuk keperluan tabur bunga dibutuhkan 600 kilogram bunga melati. Pasar potensial bunga melati adalah Jepang, Korea, Thailand, Taiwan dan Hongkong. Nilai ekonomi bunga melati semakin dibutuhkan dalam kehidupan maju (modern) untuk bahan baku industri minyak wangi, kosmetik, pewangi, penyedap the, cat, tinta, pestisida, pewangi sabun dan industri tekstil. Meski peluang pasar bunga melati di dalam dan luar negeri cukup besar, produksi bunga melati Indonesia baru mampu memenuhi sekitar 2% dari kebutuhan melati pasar dunia. Penomena ini menunjukan peluang yang perlu dimanfaatkan dengan baik di Indonesia karena potensi sumber daya lahan amat luas dan agroekologinya cocok untuk tani melati. Hasil studi agribisnis melati yang dilakukan oleh pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura di daerah setrum produksi Tegal (Jawa Tengah) menunjukan bahwa usaha tani melati menguntungkan dan layak dikembangkan.
11. STANDAR PRODUKSI
11.1. Ruang Lingkup
Standar melati meliputi ruang lingkup, deskripsi, klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan dan pengemasan.
11.2. Diskripsi …
11.3. Klasifikasi dan Standar Mutu
Mutu dan pengepakan bunga untuk ekspor ke pasaran Internasional sangat ditentukan oleh negara pengimpor.
11.4. Pengambilan Contoh
Satu partai/lot bunga melati segar terdiri atas maksimum 1.000 kemasan. Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan.
  1. Jumlah kemasan dalam partai 1 – 5, contoh yang diambil semua.
  2. Jumlah kemasan dalam partai 6 – 100, contoh yang diambil sekurang-kurangnya 5.
  3. Jumlah kemasan dalam partai 101 – 300, contoh yang diambil sekurang-kurangnya 7.
  4. Jumlah kemasan dalam partai 301 – 500, contoh yang diambil sekurang-kurangnya 9.
  5. Jumlah kemasan dalam partai 501 – 1000, contoh yang diambil sekurang-kurangnya 10.
11.5. Pengemasan
Bunga melati segar dikemas dengan kotak karton yang baru dan kokoh, baik, bersih dan kering serta berventilasi. Jumlah tangkai sebanyak 15-20 tangkai diikat dan dibungkus. Kemudian dimasukkan ke dalam kemasan karton. Kemasan lain dengan bobot dan jumlah tangkai tertentu dapat digunakan atasdasar kesepakatan antara pihak penjual dan pihak pembeli. Ujung tangkai bunga dimasukkan ke dalam kantong plastik berisi kapas basah mengandung bahan pengawet.
12. DAFTAR PUSTAKA
  1. Rukmana H. Rahmat (1997). Usaha Tani Melati, Yogyakarta, Kanisus
Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS

Cara dan Teknik Menanam Palem


1. SEJARAH SINGKAT
Palem adalah tanaman hias yang bersifat kosmopolitan, keberadaannya ditemukan di daerah tropis dan subtropis, di dataran rendah dan tinggi, di pegunungan dan di pantai, di tanah yang subur dan gersang.
2. JENIS TANAMAN
Klasifikasi botani tanaman palem adalah sebagai berikut:
  • Divisi : Spermatophyta
  • Sub divisi : Angiospermae
  • Kelas : Monocotyledonae
  • Keluarga : Aracaceae (Palmaceae)
  • Genus : Archontophoenix,Mascarena, Cyrtostachys, Roystonea
  • Spesies : Ravenea sp. (palem putri); Mascarena lagenicaulis atau Hyophorbe lagenicaulis (palem botol), Cyrtostachys lakka (palem merah) Roystonea sp. (palem raja)
  1. Palem putri : Sekilas bentuknya seperti palem raja, daun yang lebih lebar dan warna lebih hijau. Tanaman berasal dari Madagaskar, banyak dimanfaatkan sebagai penghias pinggir jalan atau tanaman pot.
  2. Palem botol : Batang bawahnya menggelembung dan batang atas menyempit sehingga mirip bentuk botol. Pertumbuhan lambat, tajuknya sempit sehingga tidak memerlukan tempat yang luas.
  3. Palem merah : Disebut juga sebagai pinang merah dan merupakan tanaman asli Indonesia yang tumbuh di hutan rawa dataran rendah sampai 500 m dpl. Keistimewaannya terletak pada pelepah dan tulang daun yang merah menyala. Untuk mempertahankan warna merah, palem ini ditanam di tempat yang terik.
  4. Palem raja : Dikenal dengan Royal palm karena bentuknya yang menawan dengan batang yang kokoh, daun yang hijau dan segar. Pelepah yang rontok akan meninggalkan bekas lingkaran atau garis berwarna abu-abu putih. Tinggi tanaman mencapai 25- 30 m. Jenis yang banyak ditanam adalah palem raja Kuba. Spesies palem raja yang dikenal adalah Roystonea regia, R. buringuena dan R. elata.
3. MANFAAT TANAMAN
Tanaman hias dari keluarga Araceceae (Palmae) disebut sebagai Kaum Bangsawan dari Kerajaan Tanaman. Keempat tanaman palem di atas adalah tanaman di luar rumah (outdoor plant) yang dimanfaatkan sebagai penghias jalan (palem putri, raja, kadang-kadang botol) atau sebagai tanaman hias di halaman rumah (palem merah dan botol).
4. SENTRA PENANAMAN
Sentra penanaman palem terdapat di Jawa Barat dan Jakarta.
5. SYARAT PERTUMBUHAN
5.1. Iklim
  1. Tanaman palem adalah tanaman tropis dan subtropis sehingga selama pertumbuhannya diperlukan penyinaran matahari penuh. Pada waktu perkecambahan dan pembibitan sebaiknya jangan terkena sinar matahari yang langsung.
  2. 2) Suhu udara yang diperlukan adalah 25-33 derajat C, dan masih tumbuh baik di luar kisaran suhu udara tropis tersebut.
5.2. Media Tanam
Tanah harus mengandung pasir. Selain itu akar tanaman ini tidak menyukai genangan air.
5.3. Ketinggian Tempat
Tanaman ini dapat tumbuh mulai dari daratan rendah sampai ke daratan tinggi.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
Untuk skala produksi palem diperbanyak dengan biji. Pembiakan melalui anakan memiliki resiko kegagalan bila cara yang benar tidak diterapkan.
1) Persyaratan Benih/Bibit
Di antara ke empat palem yang dibahas hanya palem merah yang menghasilkan anakan. Pemisahan anakan palem merah tergolong sulit dan memerlukan waktu sekitar satu bulan. Anakan palem merah tidak bisa dipisahkan secara mendadak dari pohon induknya. Cara pemisahan terdiri 2 cara:
  1. Cara irisan bertahap
    • Iris ¼ bagian rimpang anakan dan biarkan 10 hari.
    • Lanjutkan irisan terdahulu sampai setengah bagian rimpang dan biarkan selama 10 hari.
    • Iris kembali sampai ¾ bagian dan biarkan kembali 10 hari. Setelah itu anakan dapat dilepas dari pohon induk.
  2. Cara irisan langsung
    • Iris rimpang anakan sampai putus tetapi jangan diambil dari rumpun.
    • Biarkan irisan rimpang hidup selama beberapa bulan.
    • Gali tanah di sekitar anakan itu dan angkat dengan cara putaran.
2) Teknik Penyemaian Benih
Pembibitan dengan biji terdiri atas tiga tahap yaitu pengecambahan, penumbuhan tunas dan pembesaran bibit.
  1. Pengecambahan biji
    • Ambil buah tua yang jatuh atau buah di pohon yang kulitnya berwarna merah atau coklat kehitaman.
    • Rendam buah di dalam air dan kupas kulitnya serta daging buah dengan cara digosok.
    • Tiriskan biji dan jemur sampai kering. Biji kering dapat disimpan sampai setahun dalam wadah yang bersih, kering dan tertutup.
    • Rendam biji di dalam air yang mengandung Dithane M-45 (2cc/liter) selama 6-12 jam untuk biji lunak dan 2-3 hari untuk biji keras. Perendaman biji di dalam lumpur selama 4 hari menghasilkan biji yang lebih cepat berkecambah.
    • Masukkan biji basah ke dalam kantung plastik, polybag karung untuk merangsang perkecambahkan. Semprotkan air ke dalamnya, ikat dan taruh di tempat teduh.
    • Biji berkecambah setelah beberapa minggu: palem putri 2-4 minggu, palem merah 2-4 minggu, palem botol 8-16 minggu dan palem raja 2-4 minggu.
    • Biji yang baru berkecambah disimpan di dalam wadah berisi media mos (gambut) lembab 2-3 hari sampai radikula (calon akar) muncul.
  2. Penumbuhan tunas
    • Siapkan media tanam terdiri atas sekam padi, pasir, pupuk kandang (1:1:1). Tambahkan furadan atau Dithane M-45 sesuai dosis anjuran.
    • Masukkan media ke dalam pot, polybag atau ember sebanyak 90% dari volume wadah.
    • Benamkan 1/3 bagian kecambah, letakkan kecambah dengan jarak tanam rapat dan usahakan akar langsung menembus media.
    • Taburkan selapis pasir .
    • Tutup wadah dengan kerudung plastik bening tempatkan di tempat teduh.
    • Amati 2-3 hari, semprotkan air ke dalam kerudung jika terlihat kering, tutup kembali.
    • Setelah 1,5-3 bulan daun pertama akan tumbuh. Bibit dapat dipindahkan setelah memiliki 2-4 lembar daun.
  3. Membesarkan bibit
    • Bibit dengan 2-4 lembar daun ditanam di polibag, pot atau wadah lainnya.
    • Siapkan media campuran sekam padi, tanah dan pupuk kandang (1:1:1) dan masukkan ke dalam wadah.
    • Cabut/congkel bibit dengan hati-hati, tangan dan alat harus bersih.
    • Celupkan akar ke dalam fungisida Dithane M-45 2cc/liter.
    • Tanamkan 1 bibit di dalam tiap pot dan tempatkan di tempat teduh
    • Setiap 1,5 bulan tambahkan pupuk NPK atau pupuk kandang dengan dosis tergantung besar tanaman dan jumlah media (ukuran polibag). Untuk polibag15-20 cm cukup diberi 1 gram/tanaman (1/2 sendok teh).
    • Siram tiap hari dan sesuai keadaan cuaca.
    • Pelihara sampai 6-8 bulan. Selama itu keteduhan tempat dikurangi sehingga tanaman dapat beradaptasi dengan sinar matahari terik.
3) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
  1. Bibit dengan 2-4 lembar daun ditanam di polybag, pot atau wadah lainnya.
  2. Siapkan media campuran sekam padi, tanah dan pupuk kandang (1:1:1) dan masukkan ke dalam wadah.
  3. Cabut/congkel bibit dengan hati-hati, tangan dan alat harus bersih.
  4. Celupkan akar ke dalam fungisida Dithane M-45 2cc/liter.
  5. Tanamkan 1 bibit di dalam tiap pot dan tempatkan di tempat teduh
  6. Setiap 1,5 bulan tambahkan pupuk NPK atau pupuk kandang dengan dosis tergantung besar tanaman dan jumlah media (ukuran polybag). Untuk polybag 15-20 cm cukup diberi 1 gram/tanaman (1/2 sendok teh).
  7. Siram tiap hari dan sesuai keadaan cuaca.
  8. Pelihara sampai 6-8 bulan. Selama itu keteduhan tempat dikurangi sehingga tanaman dapat beradaptasi dengan sinar matahari terik.
4) Pemindahan Bibit
  1. Siapkan media tanam terdiri atas sekam padi, pasir, pupuk kandang (1:1:1). Tambahkan furadan atau Dithane M-45 sesuai dosis anjuran.
  2. Masukkan media ke dalam pot, polybag atau ember sebanyak 90 % dari volume wadah.
  3. Benamkan 1/3 bagian kecambah, letakkan kecambah dengan jarak tanam rapat dan usahakan akar langsung menembus media.
  4. Taburkan selapis pasir .
  5. Tutup wadah dengan kerudung plastik bening tempatkan di tempat teduh.
  6. Amati 2-3 hari, semprotkan air ke dalam kerudung jika terlihat kering, tutup kembali.
  7. Setelah 1,5-3 bulan daun pertama akan tumbuh. Bibit dapat dipindahkan setelah memiliki 2-4 lembar daun.
6.2. Pengolahan Media Tanam
  1. Persiapan : Hanya palem botol dan palem merah yang biasa ditanam di dalam pot.
    1. Sediakan pot, sebaiknya dari tanah liat, yang ukurannya sesuai dengan bibit/tanaman palem.
    2. Siapkan media berupa tanah kebun, pasir dan humus/pupuk kandang (1:1:1) atau sekam padi, sabut kelapa dan pasir (1:2:1) dengan pH 6,5.
    3. Tanamkan palem sampai seluruh akar dan 2-3 cm di atas pangkal batang terbenam di dalam tanah. Jika akar tidak terpendam semua, pertumbuhan menjadi lebih lambat.
    4. Siram sampai media jenuh air.
  2. Pengapuran : Tambahkan kapur dolomit 200 gram/10 kg media.
  3. Pemupukan : Anakan ditanam di dalam wadah/media tanam yang berisi tanah kebun, pasir dan pupuk kandang (1:1: 2) atau sekam padi, tanah ladang dan pupuk kandang (1:1:1). Tambahkan Furadan sebelum anakan ditanam.
6.3. Teknik Penanaman
  1. Penentuan Pola Tanam : Pola tanam palem botol dan merah biasanya ditanam secara individual jadi jarak tanam tidak menjadi masalah. Selain ditanam di halaman secara indiovidu, palem putri dan raja sering dipakai sebagai pohon penghias sisi jalan . Jarak tanam untuk kedua palem tersebut antara 2,5-3 m.
  2. Pembuatan Lubang Tanam : Lubang tanam disiapkan 2 minggu sebelum tanam. Buat lubang tanam 30 x 30 x 30 cm untuk tanah berpasir dan 50 x 50 x 50 cm untuk tanah liat. Jika tanaman yang akan ditanam sudah besar, lubang tanam disesuaikan dengan luasnya perakaran
  3. Cara Penanaman : Masukkan tanaman ke lubang tanam dan timbun akar sampai pangkal batang dengan sisa tanah. Padatkan tanah di sekitar batang
6.4. Pemeliharaan Tanaman
  1. Pemupukan : Dosis pemupukan tergantung umur tanaman:
    1. Pemupukan anorganik: palem putri dan raja yang telah berukuran 3 m memerlukan 3-5 kg NPK. Palem berukuran 2-3 m memerlukan 1-2 kg NPK dan palem kecil berukuran kurang dari 2 m memerlukan 0,5-1 kg NPK.
    2. Pemupukan organik: palem putri dan raja yang telah berukuran 3 m memerlukan 5-15 kg pupuk kandang. Palem berukuran 2-3 m memerlukan 2,5-5 kg dan palem kecil berukuran kurang dari 2 m memerlukan 1-2,5 kg. Frekuensi pemupukan anorganik 2-3 kali setahun dan organik 2-4 kali setahun.
  2. Pengairan dan Penyiraman : Penyiraman dilakukan sesuai kebutuhan dan tergantung cuaca.
7. HAMA DAN PENYAKIT
Dibandingkan tanaman hias lainnya, palem relatif tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Jika ada, serangan hama biasanya lebih sering terjadi daripada penyakit.
7.1. Hama
  1. Belalang (Aularches miliaris dan Valanga nigricans)
    • Gejala: daun rusak ditandai dengan terlihatnya gigitan tidak teratur di tepi daun. Serangan berat, yang tersisa hanya tulang daun.
    • Pengendalian: dengan membunuh belalang, menanam tanaman peutup tanah seperti Colopogonium sp. dan Centrosema sp., penggunaan insektisida Basudin 90 SC (2cc/liter).
  2. Ulat penggulung daun (Hidari irava)
    • Gejala: helaian daun palem menggulung, daun palem tinggal tulangnya saja, kadang-kadang hanya hanya separuh anak daun yang ditinggalkan.
    • Pengendalian: dengan parasit telur Neotelenomus sp. dan Anastatus sp. Pengendalian kimia dengan insektisida Basudin 60 EC.
  3. Kutu daun palem (Aspidiotus destructor)
    • Gejala: daun menjadi merah keabu-abuan. Di permukaan daun tampak bercak menguning. Selanjutnya daun menguning semua, daun tidak tumbuh berkembang dan mati.
    • Pengendalian: dengan menggunakan parasit hama Scimnus sp. atau Cryptoghatha sp. Pengendalian kimia dengan Malathion, Kelthane, Supracide 0,05%.
  4. Kumbang penggorok daun (Brontispa longissima)
    • Gejala: merusak pohon palem muda, kumbang bersembunyi di antara lipatan anak daun muda yang belum membuka. Daun akan berkerut hingga mati.
    • Pengendalian: dengan memotong daun yang terserang, menyemprot tanaman setiap 4-6 minggu dengan insektisida berbahan aktif karbaril seperti Carbavin 85 WP, Dicarbam 85 S, Sevin 50 dengan konsentrasi 0,15 % atau berbahan aktif dieldrin seperti Dieldrin 20 Sc dengan konsentrasi 0,16 %.
  5. Kumbang palem (Anadastus sp.)
    • Gejala: kumbang menggerek daun muda kemudian ke daun tua.
    • Pengendalian: dengan insektisida Dekasulfan 350 EC atau Thiodan 35 EC.
  6. Kutu putih (Aleyrodidae sp.)
    • Kepik ini bergerombil di balik daun atau lipatannya. Cairan madu yang dihasilkan merangsang semut untuk bergerombol.
    • Pengendalian: insektisida berbahan aktif dimethoate seperti Perfekthion 400 EC.
  7. Kutu perisai (Parlatoria sp.)
    • Gejala: daun menguning yang dimulai dengan bintik kecil kuning.
    • Pengendalian: membilas daun yang sakit dengan air sabun dan penyemprotan insektisida Supracide 40 EC atau Dimacide 400 EC.
  8. Tungau merah (Tetranychus urticae)
    • Gejala: menyerang dari tanaman bagian bawah ke atas. Daun yang diserang menjadi kuning, kusam, kuning pucat dan layu bila disiram.
    • Pengendalian: dengan akarisida Kelthan, Endosan, Moroscide atau Acarin serta membersihkan gulma di sekeliling tanaman.
7.2. Penyakit
  1. Bercak daun :
    • Penyebab: jamur Fusarium sp., Pestalotia sp., Gloesporium sp. dan lain-lain.
    • Gejala: pada daun tua atau muda terdapat bercak berbagai bentuk berwarna kuning atau hijau yang akan menghilang. Bercak ini meninggalkan bekas terang berwarna hitam, abu-abu dan coklat. Bagian tersebut kemudian kering. Serangan berat seluruh tajuk kering dan daun menutup. Buah akan rontok.
    • Pengendalian: memotong dan membakar bagian yang sakit, penyemprotan fungisida Dithane M-45, Difolatan 4F dengan kepekatan 0,1-0,2 %.
  2. Layu pucuk
    • Penyebab: jamur Thielaviopsis sp., Botrydiplodia sp., Fusarium sp., Chlaraopsis sp., Erwinia sp. dan Pseudomonas sp.
    • Gejala: daun mahkota layu secara tiba-tiba, daun menjadi kusam, pelepah daun bergantungan dan gugur. Kematian terjadi dengan cepat (1-3 bulan).
    • Pengendalian: memperbaiki pengelolaan tanaman termasuk pemupukan yang berimbang, sanitasi lingkungan, membuang dan membakar tanaman yang terserang.
  3. Penyakit akar
    • Penyebab: jamur parasit dan nematoda. Perubahan warna daun, ujung daun mengkerut dan kering.
    • Gejala: dapat menyebar ke pangkal daun.
    • Pengendalian: sama dengan yang dilakukan untuk penyakit layu pucuk.
8. PANEN …
9. PASCAPANEN
9.1. Pengemasan dan Pengangkutan
Palem yang akan dikirim ke tempat jauh harus dikemas sedemikian rupa agar tidak rusak (fisik dan fisiologis) sesampainya di tujuan. Untuk palem yang masih muda dan masih ditanam di dalam polibag. Pengangkutan dilakukan dengan menyusun polybag di mobil pengangkut.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
10.1. Analisis Usaha Budidaya
Palem adalah tanaman yang sulit dan memerlukan waktu lama untuk dibudidayakan. Namun, harga yang dipatok termasuk tinggi dibandingkan tanaman hias tidak berbunga lainnya. Misalnya, harga 1 pohon palem botol kecil dapat mencapai Rp. 75.000. Karena perputaran modalnya yang lama, budidaya palem lebih banyak dilakukan oleh para hobiist. Di bawah ini diberikan analisis usaha pembesaran palem raja seluas 10 ha dengan jarak tanam 160 x 120 cm pada tahun1999 . Satu hektar lahan dipakai untuk prasarana, pada lahan seluas 9 hektar ditanam 45.000 pohon.
  1. Biaya produksi
    1. Biaya lahan dan bangunan
      • Sewa lahan 10 ha selama 4 tahun Rp. 40.000.000,-
      • bangunan dan penampung air (100m 2 ) Rp. 13.000.000,-
    2. Biaya peralatan
      • Peralatan kebun Rp. 500.000,-
      • Selang Rp. 9.000.000,-
      • Pompa air dan diesel Rp. 4.500.000,-
    3. Unit niaga dan diesel Rp. 4.000.000,-
    4. Tahun ke-1 :
      • Pembukaan lahan Rp. 12.500.000,-
      • Bibit @ Rp. 2.000 -/pohon Rp. 90.000.000,-
      • Pupuk kandang dan anorganik Rp. 9.180.000,-
      • Pestisida Rp. 9.150.000,-
      • Sekam padi Rp. 675.000,-
      • Bahan bakar pompa Rp. 200.000 -/bln Rp. 2.400.000,-
      • Penanaman Rp. 2.250.000,-
      • Pemeliharaan 40 TK @ Rp.120.000 -/bln Rp. 57.600.000,-
    5. Tahun ke-2 :
      • Pupuk kandang dan anorganik Rp. 16.380.000,-
      • Bahan bakar pompa Rp. 2.400.000,-
      • Pemeliharan 20 tenaga kerja Rp. 28.800.000,-
    6. Tahun ke-3 (= tahun ke-2) Rp. 47.580.000,-
    7. Tahun ke-4
      • Bahan bakar pompa Rp. 2.400.000,-
      • Pemeliharaan 20 tenaga kerja Rp. 28.800.000,-
    • Jumlah Biaya Modal Rp. 372.881.000,-
    • Bunga modal usaha 20% per tahun Rp. 74.576.200,-
    • Jumlah biaya produksi (modal + bunga) Rp. 447.457.200,-
  2. Pendapatan: 33.650 pohon @ Rp. 25.000,- Rp. 843.750.000,-
  3. Keuntungan Rp. 396.292.800,-Keuntungan/tahun/ha Rp. 9.907.320,-
  4. Parameter kelayakan usaha : 1. B/C rasio = 1,89
10.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Saat ini tanaman palem sedang banyak diminati dan menjadi trend masyarakat kota dari golongan menengah dan atas sehingga harga palem saat ini labih baik daripada sebelumnya. Dengan demikian, dalam berbisnis palem, trend ini harus selalu diperhitungkan. Supaya minat masyarakat terhadap palem tidak padam, perlu dilakukan upaya perbaikan kualitas palem yang dijual, membuat penampilan tanaman yang menarik dan baru, menyebarkan informasi kegunaan palem. Perlu diingat bahwa palem sangat bersifat ornamental. Sebagai tanaman peneduh jalan, palem (misalnya palem raja, aleksander) tidak banyak berfungsi kecuali jika dipadukan dengan tanaman bertajuk lebar seperti Filisium atau flamboyan. Untuk memperkuat basis agribisnins palem, perlu pula dikembangkan teknik produksi benih dan bibit sehingga dihasilkan benih dan bibit yang berkualitas ekspor. Menembus pasaran luar negeri berarti juga mempelajari minat mancanegara terhadap palem putri, botol, merah dan raja.
11. STANDAR PRODUKSI
11.1. Ruang Lingkup : …
11.2. Diskripsi : …
11.3. Klasifikasi dan Standar Mutu : …
11.4. Pengambilan Contoh : …
11.5. Pengemasan : …
12. DAFTAR PUSTAKA
  1. 1) Nazaruddin, Ir & Syah Angkasa, Ir. 1997. Palem Hias. Penebar Swadaya.Jakarta.
  2. 2) Trubus no. 340. 1998. Menanam Palem Tanpa Tanah.
Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS