Cara Menanam Mangga

M A N G G A
( Mangifera spp. )
1. SEJARAH SINGKAT
Mangga merupakan tanaman buah tahunan berupa pohon yang berasal dari negara India. Tanaman ini kemudian menyebar ke wilayah Asia Tenggara termasuk Malaysia dan Indonesia.
2. JENIS TANAMAN
Klasifikasi botani tanaman mangga adalah sebagai berikut:
  • Divisi : Spermatophyta
    • Sub divisi : Angiospermae
      • Kelas : Dicotyledonae
        • Keluarga : Anarcadiaceae
          • Genus : Mangifera
            • Spesies : Mangifera spp.
Jenis yang banyak ditanam di Indonesia Mangifera indica L. yaitu mangga arumanis, golek, gedong, manalagi dan cengkir dan Mangifera foetida yaitu kemang dan kweni.
3. MANFAAT TANAMAN
Buah mangga yang matang merupakan buah meja yang banyak digemari. Mangga yang muda dapat diawetkan dengan kadar gula tinggi menjadi manisan baik dalam bentuk basah atau kering.
4. SENTRA PENANAMAN
Pusat penanaman mangga di Pulau Jawa adalah Probolinggo, Indramayu, Cirebon. Tahun 1994 jumlah tanaman yang menghasilkan adalah 8.901.309 tanaman dengan produksi 668.048 ton.
5. SYARAT TUMBUH
5.1. Iklim
Tanaman mangga cocok untuk hidup di daerah dengan musim kering selama 3 bulan. Masa kering diperlukan sebelum dan sewaktu berbunga. Jika ditanam di daerah basah, tanaman mengalami banyak serangan hama dan penyakit serta gugur bunga/buah jika bunga muncul pada saat hujan.
5.2. Media Tanam
  1. Tanah yang baik untuk budidaya mangga adalah gembur mengandung pasir dan lempung dalam jumlah yang seimbang.
  2. Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok adalah 5.5-7.5. Jika pH di bawah 5,5 sebaiknya dikapur dengan dolomit.
5.3. Tempat Ketinggian
Mangga yang ditanam didataran rendah dan menengah dengan ketinggian 0-500 m dpl menghasilkan buah yang lebih bermutu dan jumlahnya lebih banyak dari pada di dataran tinggi.

6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Perbanyakan dengan Biji
  1. Biji dipilih dari tanaman yang sehat, kuat dan buahnya berkualitas. Biji dikeringanginkan dan kulitnya dibuang.
  2. Siapkan kotak persemaian ukuran 100 x 50 x 20 cm 3 dengan media tanah kebun dan pupuk kandang (1:1), biji ditanam pada jarak 10-20 cm. Dapat pula mangga disemai dikebun dengan jarak tanam 30 x 40 atau 40 x 40 cm di atas tanah yang gembur. Persemaian diberi naungan dari plastik/sisa-sisa tanaman, tetapi jangan sampai udara di dalam persemaian menjadi terlalu lembab. Biji ditanam dengan perut ke arah bawah supaya akar tidak bengkok. Selama penyemaian, bibit tidak boleh kekurangan air. Pada umur 2 minggu bibit akan berkecambah. Jika dari 1 biji terdapat lebih dari 1 anakan, sisakan hanya satu yang benar-benar kuat dan baik. Bibit di kotak persemaian harus dipindahtanamkan ke dalam polybag jika tingginya sudah mencapai 25-30 cm. Seleksi bibit dilakukan pada umur 4 bulan, bibit yang lemah dan tumbuh abnormal dibuang. Pindahtanam ke kebun dilakukan jika bibit telah berumur 6 bulan.
2) Okulasi
Perbanyakan terbaik adalah dengan okulasi (penempelan tunas dari batang atas yang buahnya berkualitas ke batang bawah yang struktur akar dan tanamannya kuat). Batang bawah untuk okulasi adalam bibit di persemaian yang sudah berumur 9-12 bulan. Setelah penempelan, stump (tanaman hasil okulasi) dipindahkan ke kebun pada umur 1,5 tahun. Okulasi dilakukan di musim kemarau agar bagian yang ditempel tidak busuk.
3) Pencangkokan
Batang yang akan dicangkok memiliki diameter 2,5 cm dan berasal dari tanaman berumur 1 tahun. Panjang sayatan cangkok adalah 5 cm. Setelah sayatan diberi tanah dan pupuk kandang (1:1), lalu dibungkus dengan plastik atau sabut kelapa.
6.2. Pengolahan Media Tanam
  1. Persiapan : Penetapan areal untuk perkebunan mangga harus memperhatikan faktor kemudahan transportasi dan sumber air.
  2. Pembukaan Lahan
    • Membongkar tanaman yang tidak diperlukan dan mematikan alang-alang serta menghilangkan rumput-rumput liar dan perdu dari areal tanam.
    • Membajak tanah untuk menghilangkan bongkahan tanah yang terlalu besar.
  3. Pengaturan Jarak Tanam : Pada tanah yang kurang subur, jarak tanam dirapatkan sedangkan pada tanah subur, jarak tanam lebih renggang. Jarak tanam standar adalah 10 m dan diatur dengan cara:
    1. segi tiga sama kaki.
    2. diagonal.
    3. bujur sangkar (segi empat).
6.3. Teknik Penanaman
1) Pembuatan Lubang Tanam Lubang tanam dibuat dengan panjang, lebar dan kedalaman 100 cm. Pada waktu penggalian, galian tanah sampai kedalaman 50 cm dipisahkan dengan galian dari kedalaman 50-100 cm. Tanah galian bagian dalam dicampur dengan pupuk kandang lalu dikeringanginkan beberapa hari. Masukkan tanah galian bagian atas, diikuti tanah galian bagian bawah. Pembuatan lubang tanam dilakukan pada musim kemarau.
2) Cara Penanaman
Lubang tanam yang telah ditimbun digali kembali dengan ukuran panjang dan lebar 60 cm pada kedalaman 30 cm, taburi lubang dengan furadan 10-25 gram. Polibag bibit digunting sampai ke bawah, masukkan bibit beserta tanahnya dan masukkan kembali tanah galian sampai membentuk guludan. Tekan tanah di sekitar batang dan pasang kayu penyangga tanaman.
3) Penanaman Pohon Pelindung
Pohon pelindung ditanam untuk menahan hembusan angin yang kuat. Jenis yang biasa dipakai adalah pohon asam atau trembesi.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
1) Penyiangan
Penyiangan tidak dapat dilakukan sembarangan, rumput/gulma yang telah dicabut dapat dibenamkan atau dibuang ke tempat lain agar tidak tumbuh lagi. Penyiangan juga biasa dilakukan pada waktu penggemburan dan pemupukan.
2) Penggemburan/Pembubunan
Tanah yang padat dan tidak ditumbuhi rumput di sekitar pangkal batang perlu digemburkan, biasanya pada awal musim hujan. Penggemburan tanah di kebun mangga cangkokan jangan dilakukan terlalu dalam.
3) Perempelan/Pemangkasan
Pemangkasan bertujuan untuk membentuk kanopi yang baik dan meningkatkan produksi. Ketika tanaman telah mulai bertunas perlu dilakukan pemangkasan tunas agar dalam satu cabang hanya terdapat 3–4 tunas saja. Tunas yang dipilih jangan terletak sama tinggi dan berada pada sisi yang berbeda. Tunas dipelihara selama kurang lebih 1 tahun saat tunas-tunas baru tumbuh kembali. Pada saat ini dilakukan pemangkasan kedua dengan meninggalkan 2-3 tunas. Pemangkasan ketiga, 1 tahun kemudian, dilakukan dengan cara yang sama dengan pemangkasan ke-2.
4) Pemupukan
a) Pupuk organik
  1. Umur tanaman 1-2 tahun: 10 kg pupuk kandang, 5 kg pupuk kandang.
  2. Umur tanaman 2,5–8 tahun: 0,5 kg tepung tulang, 2,5 kg abu.
  3. Umur tanaman 9 tahun: tepung tulang dapat diganti pupuk kimia SP-36, 50 kg pupuk kandang, 15 kg abu.
  4. Umur tanaman > 10 tahun: 100 kg pupuk kandang, 50 kg tepung tulang, 15 kg abu.
Pupuk kandang yang dipakai adalah pupuk yang sudah tercampur dengan tanah. Pemberian pupuk dilakukan di dalam parit keliling pohon sedalam setengah mata cangkul (5 cm).
b) Pupuk anorganik
  1. Umur tanaman 1-2 bulan : NPK (10-10-20) 100 gram/tanaman.
  2. Umur tanaman 1,5-2 tahun: NPK (10-10-20) 1.000 kg/tanaman.
  3. Tanaman sebelum berbunga: ZA 1.750 gram/tanaman, KCl 1.080 gram/tanaman.
  4. Tanaman waktu berbunga : ZA 1.380 gram/tanaman, Di kalsium fosfat 970 gram/tanaman, KCl 970 gram/tanaman.
  5. Tanaman setelah panen: ZA 2700 gram/tanaman, Di kalsium fosfat 1.940 gram/tanaman, KCl 1.940 gram/tanaman.
5) Peningkatan Kuantitas Buah
Dari sejumlah besar bunga yang muncul hanya 0,3% yang dapat menjadi buah yang dapat dipetik. Untuk meningkatkan persentase ini dapat disemprotkan polinator maru atau menyemprotkan serbuk sari diikuti pemberian 300 ppm hormon giberelin. Dengan cara ini, persentase pembentukan buah yang dapat dipanen dapat ditingkatkan menjadi 1,3%.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
  1. Kepik mangga (Cryptorrhynoccus gravis)
    • Menyerang buah dan masuk ke dalamnya.
    • Pengendalian: dengan semut merah yang menyebabkan kepik tidak bertelur.
  2. Bubuk buah mangga
    • Menyerang buah sampai tunas muda. Kulit buah kelihatan normal, bila dibelah terlihat bagian dalamnya dimakan hama ini.
    • Pengendalian: memusnahkan buah mangga yang jatuh akibat hama ini, menggunakan pupuk kandang halus, mencangkul tanah di sekitar batang pohon dan menyemprotkan insektisida ke tanah yang telah dicangkul.
  3. Bisul daun(Procontarinia matteiana.)
    • Gejala: daun menjadi berbisul dan daun menjadi berwarna coklat, hijau dan kemerahan.
    • Pengendalian: penyemprotan buah dan daun dengan Ripcord, Cymbuth atau Phosdrin tiga kali dalam seminggu, membakar daun yang terserang, menggemburkan tanah untuk mengeluarkan kepompong dan memperbaiki aerasi.
  4. Lalat buah
    • Gejala: buah busuk, jatuh dan menurunkan produktivitas.
    • Pengendalian: dengan memusnahkan buah yang rusak, memberi umpan berupa larutan sabun atau metil eugenol di dalam wadah dan insektisida.
  5. Wereng ( Idiocerus clypealis, I. Niveosparsus, I. Atkinsoni)
    • Jenis wereng ini berbeda dengan yang menyerang padi. Wereng ini menyerang daun, rangkaian bunga dan ranting sambil mengeluarkan cairan manis sehingga mengundang semut api untuk memakan tunas atau kuncup. Cairan yang membeku menimbulkan jamur kerak hitam.
    • Pengendalian dengan insektisida Diazinon dan pengasapan seminggu empat kali.
  6. Tungau (Paratetranychus yothersi, Hemitarsonemus latus)
    • Tungau pertama menyerang daun mangga yang masih muda sedangkan yang kedua menyerang permukaan daun mangga bagian bawah. Keduanya menyerang rangkaian bunga.
    • Pengendalian dengan menyemprotkan tepung belerang, insektisida Diazinon atau Basudin.
  7. Codot
    • Memakan buah mangga di malam hari.
    • Pengendalian: dengan membiarkan semut kerangkeng hidup di sela daun mangga, memasang kitiran angin berpeluit dan melindungi pohon dengan jaring.
7.2. Penyakit
  1. 1) Penyakit mangga
    • Penyebab: jamur Gloeosporium mangifera. Jamur ini menyebabkan bunga menjadi layu, buah busuk, daun berbintik-bintik hitam dan menggulung.
    • Pengendalian: fungisida Bubur Bordeaux.
  2. 2) Penyakit diplodia
    • Penyebab: jamur Diplodia sp. Tumbuh di luka tanaman muda hasil okulasi.
    • Pengendalian: dengan bubur bordeaux. Luka diolesi/ditutup parafin-carbolineum.
  3. 3) Cendawan jelaga
    • Penyebab: virus Meliola mangifera atau jamur Capmodium mangiferum. Daun mangga yang diserang berwarna hitam seperti beledu. Warna hitam disebabkan oleh jamur yang hidup di cairan manis.
    • Pengendalian: dengan memberantas serangga yang menghasilkan cairan manis dengan insektisida atau tepung belerang.
  4. 4) Bercak karat merah
    • Penyebab: jamur Colletotrichum gloeosporiodes. Menyerang daun, ranting, bunga dan tunas sehingga terbentuk bercak yang berwarna merah. Penyakit ini sangat mempengaruhi proses pembuahan.
    • Pengendalian: pemangkasan dahan, cabang, ranting, menyemprotkan fungisida bubuk bordeaux atau sulfat tembaga.
  5. 5) Kudis buah
    • Menyerang tangkai bunga, bunga, ranting dan daun.
    • Gejala: adanya bercak kuning yang akan berubah menjadi abu-abu. Pembuahan tidak terjadi, bunga berjatuhan.
    • Pengendalian: fungisida Dithane M-45, Manzate atau Pigone tiga kali seminggu dan memangkas tangkai bunga yang terserang.
  6. 6) Penyakit Blendok
    • Penyebab: jamur Diplodia recifensis yang hidup di dalam lubang yang dibuat oleh kumbang Xyleborus affinis). Lubang mengeluarkan getah yang akan berubah warna menjadi coklat atau hitam.
    • Pengendalian: memotong bagian yang sakit, lubang ditutupi dengan kapas yang telah dicelupkan ke dalam insektisida dan menyemprot pohon dengan bubur bordeaux.
7.3. Gulma
Benalu memberikan kerusakan dalam waktu pendek karena menyebabkan makanan tidak diserap tanaman secara sempurna. Pengendalian dengan memotong cabang yang terserang, menebang tanaman yang diserang benalu dengan berat.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Mangga cangkokan mulai berbuah pada umur 4 tahun, mangga okulasi pada umur 5-6 tahun. Banyaknya buah panen pertama hanya 10-15 buah, pada tahun ke 10 jumlah buah dapat mencapai 300-500 buah/pohon. Panen besar biasanya jatuh di bulan September-Oktober. Tanda buah sudah dapat dipanen adalah adanya buah yang jatuh karena matang sedikitnya 1 buah/pohon, warna buah arumanis/manalagi berubah menjadi hijau tua kebiruan, warna buah mangga golek/gedok berubah menjadi kuning/merah Buah yang dipetik harus masih keras.
8.2. Cara Panen
Pada saat pemetikan, buah jangan sampai terpotong, tercongkel atau jatuh sampai memar. Buah dipetik di sore hari dengan menggunakan pisau tajam atau dengan galah yang diujungnya terdapat pisau dan keranjang penampung buah.
8.3. Periode Panen
Di Indonesia pohon mangga berbunga satu tahun sekali sehingga panen dilakukan satu periode dalam satu tahun. Dari satu pohon, buah tidak akan masak bersamaan sehingga dilakukan beberapa kali panen.
8.4. Perkiraan Produksi
Pohon muda okulasi menghasilkan 50-100 buah/tahun, meningkat sampai 300-500 buah pada umur 10 tahun, 1.000 buah pada umur 15 tahun dan 2.000 buah pada waktu produksi maksimum di umur 20 tahun.
9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan
Buah hasil panen dikumpulkan di tempat yang teduh.
9.2. Penyortiran dan Penggolongan
Mangga yang rusak dipisahkan dengan mangga yang mulus. Setelah sortasi buah mangga dilap untuk menghilangkan getah yang dapat menurunkan mutu terutama jika buah akan dipasarkan ke pasar swalayan atau luar negeri. Buah yang akan dipasarkan di dalam negeri dapat diperam untuk mempercepat pemasakan. Sortasi didasarkan berat buah atau ukuran buah. Kelas berdasarkan berat buah antara lain:
  1. Kelas I: > 320 gram/buah
  2. Kelas II: 270 - 320 gram/buah
  3. Kelas III: 200 - 270 gram/buah
Sedangkan berdasarkan ukuran buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
  1. Klasifikasi Besar: arum manis > 17,5 cm, golek > 20 cm
  2. Klasifikasi Sedang: arum manis 15 - 17,5 cm, golek 17,5 - 20 cm
  3. Klasifikasi Kecil: arum manis < 15 cm, golek < 17,5 cm
9.3. Penyimpanan
Buah mangga yang telah dipetik disimpan ditempat yang kering, teduh dan sejuk.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
10.1. Analisis Usaha Budidaya
Analisis biaya budidaya tanaman mangga dengan luas lahan 1 hektar selama 10 tahun di daerah Jawa Barat pada tahun 1999.
1) Biaya produksi
  1. Sewa lahan kebun 10 tahun @ Rp. 1.500.000,- Rp. 15.000.000,-
  2. Bibit 121 batang @ Rp.10.000,- Rp. 1.210.000,-
  3. Pupuk
    • Pupuk kandang 3 ton/tahun @ Rp. 60.000,- Rp. 1.800.000,-
    • Urea 28 kg @ Rp. 1.115
      • Tahun ke 1 dan 2 @ Rp. 31.220,- Rp. 62.440,-
      • Tahun ke-3 Rp. 49.060,-
      • Tahun ke-4 Rp. 61.325,-
      • Tahun ke-5 s/d ke-10 @ Rp. 92.545,- Rp. 555.270,-
    • TSP 11 kg @ Rp. 1.600,-
      • Tahun ke-1 Rp. 17.600,-
      • Tahun ke-2 Rp. 26.400,-
      • Tahun ke-3 Rp. 52.800,-
      • Tahun ke-4 Rp. 61.600,-
      • Tahun ke-5 s/d ke-10 @ Rp. 88.000,- Rp. 528.000,-
    • KCl 11 kg @ Rp. 1.650,-
      • Tahun ke-1 Rp. 18.150,-
      • Tahun ke-2 Rp. 27.225,-
      • Tahun ke-3 Rp. 36.300,-
      • Tahun ke-4 Rp. 45.305,-
      • Tahun ke-5 s/d ke-10 @ Rp. 72.600,- Rp. 435.600,-
  4. Pestisida
    • Furadan 3 kg @ Rp. 12.500,- Rp. 370.500,-
  5. Peralatan
    • Cangkul 2 buah @ Rp. 10.000,- Rp. 20.000,-
    • Koret 2 buah @ Rp. 5.000,- Rp. 10.000,-
    • Parang 1 buah @ Rp. 7.000,- Rp. 7.000,-
    • Sprayer 0,1 buah @ Rp. 25.000,- Rp. 25.000,-
  6. Tenaga kerja
    • Pembersihan lahan 30 HOK @ Rp. 7.500,- Rp. 225.000,-
    • Pembuatan drainase 25 HOK @ Rp. 7.500,- Rp. 187.500,-
    • Pengajiran 4 HOK @ Rp. 7.500,- Rp. 30.000,-
    • Pembuatan teras piringan 20 HOK @ Rp. 7.500,- Rp. 150.000,-
    • Pembuatan lubang tanam 15 HOK @ Rp. 7.500,- Rp. 112.500,-
    • Pemupukan dasar 5 HOK @ Rp. 7.500,- Rp. 37.500,-
    • Penanaman 7 HOK @ RP. 7.500,- Rp. 52.500,-
    • Penyulaman 6 HOK @ Rp. 7.500,- Rp. 45.000,-
    • Penyiangan 20 HOK/tahun @ Rp. 7.500,- Rp. 1.500.000,-
    • Pemupukan 10 HOK/tahun @ Rp. 7.500,- (ke 2 -10) Rp. 675.000,-
    • Perlindungan tanaman 4HOK/tahun @ Rp. 7.500,- Rp. 300.000,-
    • Perbaikan drainase 12 HOK/tahun @ Rp. 7.500,- (2-9) Rp. 810.000,-
    • Pemangkasan 10 HOK/th @ Rp. 7.500,- (ke-5 - 10) Rp. 450.000,-
  7. Panen dan pasca panen
    • Pemanenan
      • Tahun ke-5, 22 HOK @ Rp. 7.500,- Rp. 165.000,-
      • Tahun ke-6, 35 HOK @ Rp. 7.500,- Rp. 264.000,-
      • Tahun ke-7, 48 HOK @ Rp. 7.500,- Rp. 363.000,-
      • Tahun ke-8, 62 HOK @ Rp. 7.500,- Rp. 462.000,-
      • Tahun ke-9, 75 HOK @ Rp. 7.500,- Rp. 561.000,-
      • Tahun ke-10, 84 HOK @ Rp. 7.500,- Rp. 627.000,-
    • Kemasan dan pemasaran
      • Tahun ke-5 Rp. 330.000,-
      • Tahun ke-6 Rp. 528.000,-
      • Tahun ke-7 Rp. 686.000,-
      • Tahun ke-8 Rp. 892.000,-
      • Tahun ke-9 Rp. 1.160.000,-
      • Tahun ke-10 Rp. 1.508.000,-
    • Jumlah biaya produksi dalam 10 tahun Rp. 32.479.675,-2)
    • Pendapatan
      • Tahun ke-5: 5.500 buah @ Rp. 500,- Rp. 2.750.000,-
      • Tahun ke-6: 8.800 buah @ Rp. 500,- Rp. 4.400.000,-
      • Tahun ke-7: 12.100 buah @ Rp. 500,- Rp. 6.050.000,-
      • Tahun ke-8: 15.400 buah @ Rp. 500,- Rp. 7.700.000,-
      • Tahun ke-9: 18.700 buah @ Rp. 500,- Rp. 9.350.000,-
      • Tahun ke-10: 20.900 buah @ Rp. 500,- Rp. 10.450.000,-
    • Jumlah Pendapatan Rp. 40.700.000,-
3) Keuntungan :
1. Dalam 10 tahun Rp. 8.220.325,-
4) Parameter kelayakan usaha 1. B/C rasio = 1,25
10.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Di dalam negeri mangga tetap menjadi buah favorit pada saat musimnya. Buah yang berkualitas tetap memiliki harga yang jauh lebih baik dan dapat menembus pasar untuk kalangan menengah atas. Di luar negeri mangga adalah buah eksotik yang banyak penggemarnya dan termasuk buah impor yang mahal. Potensi Indonesia untuk mengekspor mangga begitu besar, tetapi pemanfaatannya tidak maksimal. Untuk mensuplai kebutuhan mangga luar negeri yang harus kontinyu dan standard mutu tidak berubah, diperlukan pengembangan agribisnis mangga yang mencakup areal tanam luas dengan kultur teknis dan pasca panen yang terkendali.
11. STANDAR PRODUKSI
11.1. Ruang Lingkup
Standar produksi ini meliputi: klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan dan pengemasan.
11.2. Diskripsi
Standar mutu mangga tercantum dalam standar Nasional Indonesia SNI 01-3164- 1992.
11.3. Klasifikasi dan Standar Mutu
Mangga digolongkan dalam 4 ukuran menurut kultifarnya yaitu besar sedang kecil dan sangat kecil yang masing-masing digolongkan dalam 2 jenis mutu yaitu mutu I dan mutu II
  1. Arum manis: besar>400 gram, sedang 350-400 gram, kecil 300-349 gram, sangat kecil 250-299 gram
  2. Golek: besar>500 gram, sedang 450-500 gram, kecil 400-449 gram, sangat kecil 350-399 gram
  3. Gedog: besar>250 gram, sedang 200-250 gram, kecil 150-199 gram, sangat kecil 100-149 gram
  4. Manalagi: besar>400 gram, sedang 350-400 gram, kecil 300-349 gram, sangat kecil 250-299 gram
Syarat mutu yang diterapkan untuk keempat golongan tersebut:
  1. Karakteristik keasaman sifat varietas: mutu I seragam; mutu II seragam
  2. Karakteristik tingkat ketuaan: mutu I tua tapi tidak terlalu matang; mutu II tua tapi tidak terlalu matang
  3. Karakteristik kekerasan: mutu I=keras; mutu II=cukup keras
  4. Karakteristik ukuran: mutu I=seragam; mutu II=kurang seragam
  5. Karakteristik kotoran: mutu I=bebas; mutu II=bebas
  6. Karakteristik kerusakan: mutu I=5%; mutu II=10 %
  7. Karakteristik busuk : mutu I=1%; mutu II=1%
11.4. Pengambilan Contoh
Satu partai/lot mangga terdiri dari maksimum 1000 kemasan. Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan dalam 1 partai/lot seperti terlihat dibawah ini:
  1. Jumlah kemasan dalam 1 partai/lot sampai dengan 100 : contoh yang diambil 5.
  2. Jumlah kemasan dalam 1 partai/lot 101 – 300: contoh yang diambil 7.
  3. Jumlah kemasan dalam 1 partai/lot 301 – 500: contoh yang diambil 9.
  4. Jumlah kemasan dalam 1 partai/lot 501 – 1000: contoh yang diambil 10.
11.5. Pengemasan
Pengemasan buah manga dalam peti kayu, berat bersih setiap peti kayu maksimum 25 kg, susunan buah dalam peti kayu kompak dengan setiap buah yang diberi pembungkus/ penyekat, atau kotak kotoran diberi penyekat dan lobang udara, susunan buah dalam kotak karton satu lapis dengan berat bersih kotak karton maksimum 10 kg. Untuk pemberian merek di bagian luar kotak kayu di beri label yang dituliskan antara lain :
  1. Nama barang.
  2. Jenis mutu.
  3. Nama/kode perusahaan/eksportir.
  4. Berat bersih.
  5. Produksi Indonesia.
  6. Tempat/negara tujuan.
12. DAFTAR PUSTAKA
  1. Bambang Marhijanto, Drs & Setiyo Wibowo. 1994. Bertanam Mangga. Arkola. Surabaya.
  2. Bonus Trubus No. 345. 1998. Celah-celah Usaha Terpilih
  3. Pracaya, Ir. 1998. Bertanam Mangga. Penebar Swadaya. Jakarta
  4. Rismunandar. 1990. Membudayakan Tanaman Buah-buahan. Sinar Baru Bandung
  5. Trubus No. 345. 1998. Memperbanyak Mangga di Pohon.
Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS

Cara Menanam Melon

M E L O N
( Cucumis melo L.)
1. SEJARAH SINGKAT
Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman buah termasuk famili Cucurbitaceae, banyak yang menyebutkan buah melon berasal dari Lembah Panas Persia atau daerah Mediterania yang merupakan perbatasan antara Asia Barat dengan Eropa dan Afrika. Dan tanaman ini akhirnya tersebar luas ke Timur Tengah dan ke Eropa. Pada abad ke-14 melon dibawa ke Amerika oleh Colombus dan akhirnya ditanam luas di Colorado, California, dan Texas. Akhirnya melon tersebar keseluruh penjuru dunia terutama di daerah tropis dan subtropis termasuk Indonesia.
2. JENIS TANAMAN
Jenis-jenis melon yang terkenal adalah: melon Christianism (1850); melon Sill Hybrid (1870); melon Surprise (1876); melon Ivondequoit, Miller Cream, Netted Gem, Hacken Sack dan Osage (1881–1890); melon Honey Rock dan Improved Perfecto (1933); melon Imperial (1935); melon Queen of Colorado dan Honey Gold (1939). Untuk memudahkan sistem penanaman dan pengelompokan melon, para ahli mengklasifikasikan melon dalam dua tipe, yaitu:
1) Tipe Netted-Melon
  1. Ciri-ciri: kulit buah keras, kasar, berurat dan bergambar seperti jala (net); aroma relatif lebih harum dibanding dengan winter–melon; lebih cepat masak antara 75–90 hari; awet dan tahan lama untuk disimpan.
  2. Varietas:
    1. Cucumis melo var. reticulatus, buah kecil, berurat seperti jala dan harum;
    2. Cucumis melo var. cantelupensis, buah besar, kulit bersisik dan harum.
2) Tipe Winter-Melon
  1. Ciri-ciri: kulit buah halus, mengkilat dan aroma buah tidak harum; buah lambat untuk masak antara 90–120 hari; mudah rusak dan tidak tahan lama untuk disimpan; tipe melon ini sering digunakan sebagai tanaman hias.
  2. Varietas:
    1. Cucumis melo var. inodorous, kulit buah halus, buah memanjang dengan diameter 2,5–7,5 cm;
    2. Cucumis melo var. flexuosus, permukaan buah halus, buah memanjang antar 35–70 cm;
    3. Cucumis melo var. dudain, ukuran kecil-kecil, sering untuk tanaman hias;
    4. Cucumis melo var. chito, ukuran buah sebesar jeruk lemon, sering digunakan sebagai tanaman hias.
3. MANFAAT TANAMAN
Buah melon dimanfaatkan sebaga makanan buah segar dengan kandungan vitamin C yang cukup tinggi.
4. SENTRA PENANAMAN
Sebelum tahun 1980, buah melon hadir di Indonesia sebagai buah impor. Kemudian banyak perusahaan agribisnis yang mencoba menanam melon untuk dibudidayakan daerah Cisarua (Bogor) dan Kalianda (Lampung) dengan varietas melon dari Amerika, Taiwan, Jepang, Cina, Perancis, Denmark, Belanda dan Jerman. Kemudian melon berkembang di daerah Ngawi, Madiun, Ponorogo sampai wilayah eks-keresidenan Surakarta (Sragen, Sukoharjo, Boyolali, Karanganyar dan Klaten). Daerah-daerah tersebut merupakan pemasok buah melon terbesar dibandingkan dengan daerah asal melon pertama.
5. SYARAT TUMBUH
5.1. Iklim
  1. Angin yang bertiup cukup keras dapat merusak pertanaman melon, dapat mematahkan tangkai daun, tangkai buah dan batang tanaman.
  2. Hujan yang terus menerus akan menggugurkan calon buah yang sudah terbentuk dan dapat pula menjadikan kondisi lingkungan yang menguntungkan bagi patogen. Saat tanaman melon menjelang panen, akan mengurangi kadar gula dalam buah.
  3. Tanaman melon memerlukan penyinaran matahari penuh selama pertumbuhannya.
  4. Tanaman melon memerlukan suhu yang sejuk dan kering untuk pertumbuhannya. Suhu pertumbuhan untuk tanam melon antara 25–30 derajat C. Tanaman melon tidak dapat tumbuh apabila kurang dari 18 derajat C.
  5. Kelembaban udara secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman melon. Dalam kelembaban yang tinggi tanaman melon mudah diserang penyakit.
5.2. Media Tanam
  1. Tanah yang baik untuk budidaya tanaman melon ialah tanah liat berpasir yang banyak mengandung bahan organik untuk memudahkan akar tanaman melon berkembang. Tanaman melon tidak menyukai tanah yang terlalu basah.
  2. Tanaman melon akan tumbuh baik apabila pH-nya 5,8–7,2.
  3. Tanaman melon pada dasarnya membutuhkan air yang cukup banyak. Tetapi, sebaiknya air itu berasal dari irigasi, bukan dari air hujan.
5.3. Ketinggian Tempat
Tanaman melon dapat tumbuh dengan cukup baik pada ketinggian 300–900 meter dpl. Apabila ketinggian lebih dari 900 meter dpl tanaman tidak berproduksi dengan optimal.


6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Persyaratan Benih
Tanaman melon yang sehat dan berproduksi optimal berasal dari bibit tanaman yang sehat, kuat dan terawat baik pada awalnya. Benih direndam kedalam larutan Furadam dan Atonik selama 2 (dua) jam. Benih yang baik berada di dasar air, dan benih yang kurang baik akan mengapung di atas permukaan air. Oleh sebab itu pembibitan merupakan kunci keberhasilan suatu agribisnis melon.
2) Penyiapan Benih
a) Pengadaan benih secara generatif
Fase generatif ditandai dengan keluarnya bunga. Pada fase ini tanaman memerlukan banyak unsur fosfor untuk memperkuat akar dan membentuk biji pada buah. Pada fase ini apabila tanaman dalam kondisi sehat maka jaring-jaring pada buah diharapkan muncul secara merata. Untuk mendukung pertumbuhan generatif, tanaman disemprot dengan pupuk daun Complesal super tonic (merah) dengan konsentrasi 2 gram/liter seminggu sekali. Untuk mencegah kekurangan unsur kalsium dan boron maka tanaman disemprot dengan pupuk daun Ferti-cal dengan konsentrasi 2 ml/liter atau CaB dengan konsentrasi 2 ml/liter.
b) Pengadaan benih secara vegetatif (Kultur Jaringan)
Dengan metoda kultur jaringan, pemilihan media tanam dan sumber eksplan yang digunakan haruslah tepat agar memberikan hasil yang maksimal. Media dasar yang dipakai tersusun dari garam-garam berdasarkan susunan Murashige & Skoog (1962) dengan penambahan thiamin 0,04 mg/liter, myo-inositol 100 mg/liter, surkosa 30 gram/liter berbagai kombinasi hormon tanaman yang ditambahkan sesuai dengan perlakuan. Media dibuat dalam bentuk padat dengan penambahan agar bacto 8 gram/liter, pH media dibuat 5,7 dengan penambahan NaOH atau HCl 0,1 N. sterilisasi media dilakukan dengan autoklaf bertekanan 17,5 psi, suhu 120 derajat C selama 30 menit.Tanaman yang didapat dari kultur jaringan membentuk bunga jantan dan bunga betina separti halnya tanaman yang didapat dari biji.
c) Sumber benih
Untuk menanam melon kita harus mengetahui sumber benihnya terlebih dahulu. Sebaiknya selalu menggunakan benih asli (F1 hibrid).
d) Cara penyimpanan benih
Benih harus disimpan ditempat yang kering dan tempat untuk menyimpan benih dapat dibuatkan rumah pembibitan yang sederhana karena mengingat umur benih hanya selama 10–14 hari, karena untuk melindungi benih tanaman yang masih muda dari terik sinar matahari, air hujan, dan serangan hama maupun penyakit. Alas rumah pembibitan, tempat polibag diletakkan dilapisi kertas koran agar perakaran bibit tidak menembus ke dalam tanah.
e) Kebutuhan benih
Benih yang dibutuhkan sesuai dengan luas tanam ditambah 10% untuk cadangan penyulaman.
f) Perlakuan benih
Benih melon memerlukan perlakuan yang lebih sederhana dibandingkan dengan benih semangka non-biji. Hal ini karena kulit melon cukup tipis sehingga tidak memerlukan perlakuan ekstra. Perlakuan untuk benih melon adalah pencucian, perendaman, serta pemeraman benih.
3) Teknik Penyemaian Benih
a) Cara dan Waktu Penyemaian
Benih melon yang akan disemaikan, direndam terlebih dahulu di dalam air selama 2–4 jam. Kemudian benih disemaikan pada kantong plastik, yang telah diisi tanah dan pupuk kandang yang dicampur dengan perbandingan 5:1. Benih disemaikan dalam posisi tegak dan ujung calon akarnya menghadap ke bawah. Benih ditutup dengan campuran abu sekam dan tanah dengan perbandingan 2:1 yang telah disiapkan, agar tanaman dapat tumbuh dengan baik, tidak mudah rebah. Untuk merangsang perkecambahan benih dengan menciptakan suasana hangat maka tutuplah permukaan persemaian dengan karung goni basah. Apabila kecambah telah muncul kepermukaan media semai (pada hari ke-3 atau ke-4) maka karung goni dapat dibuka.
b) Pembuatan Media Semai
Melon termasuk tanaman yang tidak terlalu menuntut media semai yang khusus untuk pembibitannya. Medianya dapat dibuat dengan berbagai variasi, contohnya dengan mencampurkan tanah, pasir dan pupuk kandang atau kompos, asal perbandingannya sesuai misalnya 1:1:1. Untuk mendapatkan hasil bibit melon yang kekar dan sehat maka komposisi media semai yang tepat terdiri dari campuran tanah, pupuk kandang, pupuk SP-36 atau NPK ditambah dengan insektisida karbofuran.
4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Setelah benih disemai di polybag akan tumbuh menjadi calon bibit, dan harus mendapatkan pemeliharaan yang baik agar menjadi bibit melon yang sehat dan kekar.
a) Cara dan Waktu Penyiraman
Bibit dipersemaian di siram setiap pagi hari. Mulai dari kecambah belum muncul sampai bibit muncul kepermukaan tanah. Untuk penyiraman digunakan tangki semprot. Saat menyemprot untuk penyiraman jangan terlalu kuat karena akan mengikis tanah media dan melemparkan benih atau kecambah keluar dari polibag. Apabila daun sejati keluar, penyiraman bibit baru dapat dilakukan embrat atau gembor. Saat cuaca panas, tanah pada polybag kering dan penyiraman perlu diulangi pada sore hari, jangan menyiram bibit tanaman pada siang hari karena akan menyebabkan air dan zat-zat makanan tidak dapat terserap akibatnya bibit menjadi kurus, kering dan layu.
b) Penjarangan
Penjarangan dilakukan dengan tujuan untuk menyiapkan bibit-bibit yang sehat dan kekar untuk ditanam. Penjarangan ini mulai dilakukan 3 hari sebelum penanaman bibit ke lapangan. Bibit yang mempunyai pertumbuhan seragam dikumpulkan menjadi satu. Bibit-bibit yang pertumbuhannya merana disingkirkan dan tidak ditanam.
c) Pemupukan
Untuk pertumbuhan vegetatif bibit dapat dipacu dengan penyemprotan pupuk daun yang mengandung unsur nitrogen tinggi. Pupuk daun cukup dilakukan satu kali, yaitu pada saat umur bibit 7–9 HSS dengan konsentrasi 1,0–1,5 gram/liter. Pupuk akar berupa pupuk kimia maupun pupuk organik tidak perlu ditambahkan selama pembibitan karena pupuk akar yang diberikan pada media
semai telah mencukupi
d) Pemberian Pestisida Pada Masa Pembibitan
Pada masa pembibitan penyemprotan pestisida dilakukan apabila dianggap perlu. Konsentrasi penuh akan menyebabkan daun-daun bibit melon ini terbakar (plasmolisis). Penyomprotan ini dilakukan terutama pada saat 2-3 hari sebelum bibit ditanam dilapangan. Contoh pestisida yang digunakan adalah Insektisida Dicarzol 0,5 g/liter dan fungisida Previcur N 1,0 ml/liter.
5) Pemindahan Bibit
Bibit melon dipindahkan ke lapangan apabila sudah berdaun 4–5 helai atau tanaman melon telah berusia 10–12 hari. Cara pemindahan tidak berbeda dengan cara pemindahan tanaman lainnya, yaitu kantong plastik polibag dibuang secara hati-hati lalu bibit berikut tanahnya ditanam pada bedengan yang sudah dilubangi sebelumnya, bedenganpun jangan sampai kekurangan air.
6.2. Pengolahan Media Tanam
1) Persiapan
a) Pengukuran pH Tanah
Pengukuran pH tanah dengan menggunakan alat pH meter. Tanah yang akan di ukur dibasahi terlebih dahulu. Pengambilan sampel dilakukan di 10 titik yang berbeda, kemudian dihitung pH rata-rata.
b) Analisis Tanah
Berdasarkan fakta di lapangan tanaman melon dapat ditanam pada berbagai jenis tanah terutama tanah andosol, latosol, regosol, dan grumosol, asalkan kekurangan dari sifat-sifat tanah tersebut dapat dimanipulasi dengan pengapuran, penambahan bahan organik, maupun pemupukan.
c) Penetapan Waktu/Jadwal Tanam
Penetapan waktu tanam berkaitan dengan perkiraan waktu panen suatu varietas melon yang ditanam dan waktu panen varietas melon lainnya. Misalnya waktu tanam melon pada bulan Maret adalah varietas ten me, April varietas aroma, Mei varietas new century (hamiqua) dan seterusnya sehingga petani/pengusaha agribisnis perlu menjadwal waktu tanaman varietas melon yang dikehendaki pelanggan.
d) Penetapan Luas Areal Penanaman
Penetapan luas penanaman berkaitan erat dengan pemilikan modal, luas lahan yang tersedia, musim dan permintaan pasar. Tanaman melon yang diusahakan di lahan terbuka di musim hujan akan rusak terserang penyakit karena terguyur hujan terus-menerus. Maka penanaman melon di musim hujan lebih diarahkan dengan sistem hidroponik
e) Pengaturan Volume Produksi
Pengaturan volume produksi berkaitan erat dengan perkiraan harga pada saat panen dan permintaan pasar. Cara penanaman melon dilakukan secara bertahap. Misalnya penanaman pertama 20% di lokasi A, kedua 40% di lokasi B, dan ketiga 40% di lokasi C. Interval penanaman berkisar 2 minggu. Pengaturan ini lazim dilakukan pada agribisnis melon dengan sistem hidroponik. Untuk menjaga kontinuitas produksi, biasanya interval tanamnya berselang 1-2 minggu.
2) Pembukaan Lahan
a) Pembajakan
Untuk penanaman melon di dataran menengah-tinggi, struktur tanah biasanya sudah sangat remah sehingga tidak memerlukan pembajakan. Lahan yang dibajak harus digenangi air lebih dahulu selama semalam, kemudian keesokan harinya dilakukan pembajakan ini cukup untuk membalik tanah sehingga cukup dilakukan sekali dengan kedalaman balikan sekitar 30 cm.
b) Penggarukan dan Pencangkulan Lahan Serta Waktu Lahan Siap Tanam
Untuk pencangkulan dan penggarukan, keadaan tanahnya harus cukup kering. Karena kita bisa mudah membentuk tanah yang semula berbongkah-bongkah dan cukup liat, tanah yang beremah-remah dan cukup sarang (mudah diserap air). Dengan tanah tersebut akan menguntungkan tanaman. Selain perakarannya mudah menembus tanah, juga akan mudah bernapas. Cara-cara pencangkulan adalah sebagai berikut:
  1. Mula-mula lakukan pembalikan tanah (tanahnya masih berbongkah-bongkah.
  2. Tanah dari hasil pencangkulan pertama dihaluskan atau dihancurkan, dengan kedalaman ± 30–50 cm. (untuk dua kali cangkulan)
  3. Pencangkulan dilakukan kalau keadaan tanahnya betul-betul sudah dikategorikan ke dalam tanah berat. Jika tidak, sekali cangkul tanah sudah cukup beremah dan kita dapat mengerjakan pekerjaan yang lain.
3) Pembentukan Bedengan
a) Cara Pembuatan
Selama 5–7 hari lahan dibiarkan kering setelah dibajak (atau dibalik). Proses ini akan membuat tanah menjadi lengket dan berbongkah sehabis dibajak menjadi agak hancur karena mengalami proses pengeringan matahari dan penganginan. Selama proses tersebut beberapa senyawa kimia yang beracun dan merugikan tanaman dan akan hilang perlahan-lahan. Setelah kering, bongkahan tanah dibuat petakan dengan tali rafia untuk membentuk bedengan dengan ukuran panjang bedengan maksimum 12–15 m; tinggi bedengan 30–50 cm; lebar bedengan 100–110 cm; dan lebar parit 55–65 cm.
b) Bentuk Bedengan
Bedengan dibentuk dengan cara mencangkuli bongkahan tanah menjandi struktur tanah yang remah/gembur. Bila telah bentuk bedengan terlihat, baik itu bedengan kasar/setengah jadi bedengan tersebut dikeringanginkan lagi selama seminggu agar terjadi proses oksidasi/penguapan dari unsur-unsur beracun ada hingga menghilang tuntas.
c. Ukuran dan Jarak Bedengan
Dengan panjang maksimum 15 m tersebut akan memudahkan perawatan tanaman dan mempercepat pembuangan air, terutama di musim hujan. Tinggi bedengan dibuat sesuai dengan musim dan kondisi tanah. Pada musim hujan tinggi bedengan 50 cm agar perakaran tanaman tidak terendam air jika hujan deras. Dan pada musim kemarau tinggi bedengan cukup 30 cm, karena untuk memudahkan perawatan pada saat bedengan digenangi. Parit dibuat dengan lebar 55–65 cm adalah untuk memudahkan perawatan pada saat penyemprotan, pemasangan ajir, maupun penalian.
4) Pengapuran
Dengan pengapuran akan menambah unsur hara kalsium yang diperlukan untuk dinding sel tanaman. Pengapuran dapat menggunakan dolomit/calmag (CaCO3MgCO3) kalsit/kaptan (CaCO3). Setelah diperoleh pH rata-rata, penentuan kebutuhan dapat dilakukan dengan menggunakan data berikut ini :
  1. < 4,0 (paling asam): jumlah kapur >10,24 ton/ha
  2. 4,2 (sangat asam): jumlah kapur 9,28 ton/ha
  3. 4,6 (asam): jumlah kapur 7,39 ton/ha
  4. 5,4 (asam): jumlah kapur 3,60 ton/ha
  5. 5,6 (agak asam): jumlah kapur 2,65 ton/ha
  6. 6,1 – 6,4 (agak asam): jumlah kapur <0,75 ton/ha
5) Pemasangan Mulsa Plastik Hitam-Perak (PHP)
Mulsa PHP yang terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan berwarna perak di bagian atas dan warna hitam dibagian bawah dengan berbagai keuntungan. Warna perak pada mulsa akan memantulkan cahaya matahari sehingga proses fotosintesis menjadi lebih optimal, kondisi pertanaman tidak terlalu lembab, mengurangi serangan penyakit, dan mengusir serangga-serangga penggangu tanaman seperti Thirps dan Aphids. Sedangkan warna hitam pada mulsa akan menyerap panas sehingga suhu di perakaran tanaman menhadi hangat. Akibatnya, perkembangan akar akan optimal. Selain itu warna hitam juga mencegah sinar matahari menembus ke dalam tanah sehingga benih-benih gulma tidak akan tumbuh (kecuali teki dan anak pisang). Pemasangan mulsa PHP sebaiknya dilakukan pada saat panas matahari terik agar mulsa dapat memuai sehingga menutup bedengan dengan tepat. Teknis pemasangannya cukup oleh 2 orang untuk satu bedengan. Caranya tariklah kedua ujung mulsa pada bedengan, kaitkan salah satu ujungnya pada bedengan menggunakan pasak penjepit mulsa kemudian ujung yang satunya. Setelah kedua ujung mulsa PHP terkait erat pada bedengan, dengan cara bersamaan tariklah mulsa pada kedua sisi bedengan setiap meternya secara bersamaan. Kaitkan kedua sisi mulsa dan bedengan dengan pasak penjepit tadi sehingga seluruh sisi mulsa terkait rapat pada bedengan. Setelah selesai pemasangan, bedengan-bedengan dibiarkan tertutup mulsa PHP selama 3–5 hari sebelum dibuat lubang tanam. Tujuan agar pupuk kimia yang diberikan dapat berubah menjadi bentuk tersedia sehingga dapat diserap tanaman.
6.3. Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola Tanam
Tanaman melon merupakan tanaman semusim yang biasa ditanam dengan pola monokultur.
2) Pembuatan Lubang Tanam
Untuk membuat lubang tanam dengan menggunakan pelat pemanas atau memanfaatkan bekas kaleng susu kental. Plat pemanas yang berupa potongan besi dengan diameter 10 cm, dibuat sedemikian rupa hingga panas yang ditimbulkan dari arang yang dibakar mampu melubangi mulsa PHP dengan cepat. Model penanaman dapat berupa dua baris berhadap-hadapan membentuk segi
empat ati dia baros berhadap-hadapan membentuk segi tiga.
3) Cara Penanaman
Bibit yang telah di semai + 3 minggu dipindahkan kedalam besar beserta medianya. Akar tanaman diusahakan tidak sampai rusak saat menyobek polibag kecil. Cetakan tanah yang telah berisi bibit melon, diletakkan pada lubang yang telah ditugal dan diusahakan agar tidak pecah/hancur karena bisa mengakibatkan kerusakan akar dan tanaman akan layu jika hari panas.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
1) Penjarangan dan Penyulaman
Penjarangan dan penyulaman dilakukan bila dalam waktu 2 (dua) minggu setelah tanam bibit tidak menunjukkan pertumbuhan normal. Tanaman dicabut beserta akarnya kemudian diganti dengan bibit/tanaman baru. Hal ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar tanaman muda ini dapat lebih beradaptasi dengan lingkungan barunya. Penyulaman dan penjarangan biasanya dilakukan selama 3 – 5 hari, karena kemungkinan dalam seminggu pertama masih ada tanaman lainnya yang perlu disulam. Saat setelah selesai penjarangan dan penyulaman tanaman baru harus disiram air.
2) Penyiangan
Pada budidaya melon sistem mulsa PHP penyiangannya dilakukan pada lubang tanam dan parit di antara dua bedengan. Gulma yang tidak dibersihkan menyebabkan lingkungan pertanaman lembab sehingga merangsang penyakit. Gulma juga dapat sebagai inang hama dan nematoda yang merugikan.
3) Pembubunan
Untuk pembubunan pertama-tama kita lakukan adalah pemupukan awal dan mensterilkan lahan di situ. Tujuannya adalah setelah tanah diolah dan dipupuk, tanah akan menjadi subur dan akan terbebas dari hama dan penyakit. Saat melakukan pemupukan, tanah yang sebelumnya sudah diolah, telah dikelentang selama 2 minggu. Dengan begitu, diharapkan tanah yang cukup lama terkena terik matahari tersebut, cukup sehat untuk ditanami.
4) Perempalan
Perempelan dilakukan terhadap tunas/cabang air yang bukan merupakan cabang utama.
5) Pemupukan
Pemupukan diberikan sebanyak 3 kali, yaitu 20 hari setelah ditanam, tanaman berusia 40 hari (ketika akan melakukan penjarangan buah) dan pada saat tanaman berusia 60 hari (saat menginjak proses pematangan). Caranya sebarkan secara merata di atas tanah bedengan pada pinggiran kiri dan kanannya (10–15 cm). Kemudian tanah dibalik dengan hati-hati supaya tidak merusak perakaran tanaman, dan agar pupuk tersebut bisa aman terpendam dalam tanah. Untuk memudahkan dalam pemupukan, dibuat data mengenai rangkaian pemupukan sejak awal.
  1. Pupuk kandang/kompos: pupuk dasar=10–20 ton/ha.
  2. Urea: pupuk dasar=440 kg/ha; pupuk susulan I=330 kg/ha; pupuk susulan II=220 kg/ha; pupuk susulan III=440 kg/ha.
  3. TSP: pupuk dasar=1.200 kg/ha; pupuk susulan I=220 kg/ha; pupuk susulan II=550 kg/ha.
  4. KCl: pupuk dasar=330-440 kg/ha; pupuk susulan II=160 kg/ha. Keterangan pupuk dasar: pemupukan pada pengolahan tanah (sebelum tanam); pupuk susulan I : umur ± 20 hari; pupuk susulan II: umur + 40 hari; pupuk susulan III: umur + 60 hari.
6) Pengairan dan Penyiraman
a) Pengairan
Tanaman melon menghendaki udara yang kering untuk pertumbuhannya, tetapi tanah harus lembab. Pengairan harus dilakukan jika hari tidak hujan. Pengairan dilakukan pada sore atau malam hari.
b) Penyiraman
Tanaman di siram sejak masa pertumbuhan tanaman, sampai tanaman akan dipetik buahnya. Saat menyiram jangan sampai air siraman membasahi daun dan air dari tanah jangan terkena daun dan buahnya. Tujuannya adalah supaya tanaman tidak dijangkiti penyakit yang berasal dari percikan tersebut, kalau daun basah kuyup akan mengundang jamur sangat besar. Penyiraman dilakukan pagi-pagi sekali atau malam hari. Oleh karena itu ada pengairan di sekitar kebun besar sekali manfaatnya.
7) Waktu Penyemprotan Pestisida
  1. Tindakan preventif, benih direndam dalam larutan bakterisida Agrimycin (oxytetracycline dan streptomycin sulfate) atau Agrept (streptomycin sulfate) dengan konsentrasi 1,2 gram/liter dan penyemprotan bakterisida pada umur 20 HST.
  2. Penyemprotan fungisida Previcur N (propamocarb hydrochloride) dengan konsentrasi 2–3 ml/liter apabila serangan telah melewati ambang ekonomi.
  3. Fungisida Derasol 500 SC (carbendazim) dengan konsentrasi 1–2 ml/liter. Pangkal batang yang terserang dioles dengan larutan fungisida Calixin 750 EC (tridemorph) dengan konsentrasi 5 ml/liter.
8) Pemeliharaan Lain
a) Pemasangan Ajir
Ajir atau tongkat dari kayu atau bilahan bambu, untuk rambatan dapat di pasang setelah selesai membuat pembubunan dan selesai mensterilkan kebun. Atau dapat juga ajir dipasang sesudah bibit ditanam, dan bibit sudah mengeluarkan sulur-sulurnya kira-kira tingginya adalah 50 cm. Ajir harus terbuat dari bahan yang kuat sehingga mampu menahan beban buah dengan bobot kira-kira 2–3 kg. Tempat ditancapkannya ajir dengan jarak kira-kira 25 cm dari pinggir guludan baik kanan maupun kiri. Supaya ajir lebih kokoh lagi, kita bisa menambahkan bambu panjang yang diletakkan di bagian pucuk segitiga antara bambu atau kayu yang menyilang, mengikuti barisan ajir-ajir di belakangnya.
b) Pemangkasan
Pemangkasan yang dilakukan pada tanaman melon bertujuan untuk memelihara cabang sesuai dengan yang dikehendaki. Tinggi tanaman dibuat rata-rata antara titik ke-20 sampai ke-25 (bagian ruas, cabang atau buku dari tanaman tersebut). Pemangkasan dilakukan kalau udara cerah dan kering, supaya bekas luka tidak diserang jamur. Waktu pemangkasan dilakukan setiap 10 hari sekali, yang paling awal dipangkas adalah cabang yang dekat dengan tanah dan sisakan dua helai daun, kemudian cabang-cabang yang tumbuh lalu dipangkas dengan menyisakan 2 helai daun. Pemangkasan dihentikan, jika ketinggian tanamannya sudah mencapai pada cabang ke-20 atau 25.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
  1. Kutu aphids (Aphis gossypii Glover )
    • Ciri: Hama ini mempunyai getah cairan yang mengandung madu dan di lihat dari kejauhan mengkilap. Hama ini menyerang tanaman melon yang ada di lahan penanaman. Aphids muda yang menyerang melon berwarna kuning, sedangkan yang dewasa mempunyai sayap dan berwarna agak kehitaman.
    • Gejala: daun tanaman menggulung dan pucuk tanaman menjadi kering akibat cairan daun yang dihisap hama.
    • Pengendalian:
      1. gulma harus selalu dibersihkan agar tidak menjadi inang hama;
      2. tanaman yang terserang parah harus disemprot secara serempak dengan insektisida Perfekthion 400 EC (dimethoate) dengan konsentrasi 1,0–2,0 ml/liter;
      3. tanaman yang telah terjangkit virus harus dicabut dan dibakar (dimusnahkan).
  2. Thirps (Thirps parvispinus Karny)
    • Ciri: Hama ini menyerang saat fase pembibitan sampai tanaman dewasa. Nimfa thirps berwarna kekuning-kuningan dan thirps dewasa berwarna coklat kehitaman. Thirps berkembang biak sangat cepat secara partenogenesis (mampu melahirkan keturunan meskipun tidak kawin). Serangan dilakukan di musim kemarau.
    • Gejala: daun-daun muda atau tunas-tunas baru menjadi keriting, dan bercaknya kekuningan; tanaman keriting dan kerdil serta tidak dapat membentuk buah secara normal. Kalau gejala ini timbul harus diwaspadai karena telah tertular virus yang dibawa hama thirps.
    • Pengendalian: menyemprot dengan racun kontak, 3–4 hari sekali.
7.2. Penyakit
  1. Layu bakteri
    • Penyebab: bakteri Erwina tracheiphila E.F.Sm. Penyakit ini dapat disebarkan dengan perantara kumbang daun oteng-oteng (Aulacophora femoralis Motschulsky).
    • Gejala: daun dan cabang layu dan terjadi pengkerutan pada daun, warna daun menguning, mengering dan akhirnya mati; daun tanaman layu satu per satu, meskipun warnanya tetap hijau, kemudian tanaman layu secara keseluruhan. Apabila batang tanaman yang dipotong melintang akan mengeluarkan lendir putih kental dan lengket bahkan dapat ditarik seperti benang.
    • Pengendalian:
      1. sebelum ditanami, lahan disterilisasi dengan Basamid G dengan dosis 40 g/m 2 ;
      2. benih di rendam dalam bakterisida Agrimyciin (oxytetracycline dan streptomycin sulfate) atau Agrept (streptomycin sulfate) dengan konsentrasi 1,2 gram/liter ;
      3. penyemprotan bakterisida ini pada umur 20 HST
  2. Penyakit busuk pangkal batang (gummy stem bligt)
    • Penyebab: Cendawan Mycophaerekka melonis (Passerini) Chiu et Walker.
    • Gejala: pangkal batang yang terserang mula-mula seperti tercelup minyak kemudian keluar lendir berwarna merah coklat dan kemudian tanaman layu dan mati; daun tanaman yang terserang akan mengering apabila diremas seperti kerupuk dan berbunyi kresek-kresek apabila diterpa angin.
    • Pengendalian:
      • penggunaan mulsa PHP untuk mencegah kelembaban di sekitar pangkal batang dan mencegah luka di perakaran maupun pangkal batang karena penyiangan;
      • daun-daun tanaman yang terserang dibersihkan lalu disemprot dengan fungisida Derasol 500 SC (carbendazim) dengan konsentrasi 1–2 ml/liter;
      • pangkal batang yang terserang dioles dengan larutan fungisida Calixin 750 EC (tridemorph) dengan konsentrasi 5 m/liter.
7.3. Gulma
Gulma (tumbuhan pengganggu) merugikan tanaman, karena bersaing zat hara, tempat tumbuh dan cahaya. Pencabutan gulma harus dilakukan sejak tumbuhan masih kecil, karena jika sudah besar akan merusak perakaran tanaman melon.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
  1. Tanda/ciri Penampilan Tanaman Siap Panen
    1. Ukuran buah sesuai dengan ukuran normal
    2. Serat jala pada kulit buah sangat nyata/kasar
    3. Warna kulit hijau kekuningan.
  2. Umur Panen + 3 bulan setelah tanam.
  3. Waktu Pemanenan yang baik adalah pada pagi hari.
8.2. Cara Panen
  1. Potong tangkai buah melon dengan pisau, sisakan minimal 2,0 cm untuk memperpanjang masa simpan buah.
  2. Tangkai dipotong berbentuk huruf “T”, maksudnya agar tangkai buah utuh dan kedua sisi atasnya merupakan tangkai daun yang telah dipotong daunnya.
  3. Pemanenan dilakukan secara bertahap, dengan mengutamakan buah yang benar-benar telah siap dipanen.
  4. Buah yang telah dipanen dikumpulkan disuatu tempat untuk disortir. Kerusakan buah akibat terbentur/cacat fisik lainnya, sebaiknya dihindari karena akan mengurangi harga jual terutama di swalayan.
8.3. Periode Panen
Panen dilakukan secara bertahap, dengan mengutamakan buah yang benar-benar telah siap panen. Seandainya dalam jangka waktu 3-5 bulan mendatang harga melon diramalkan jatuh. Maka alternatif untuk rotasi tanaman yang dapat menggunakan lahan bekas menanam melon adalah cabai. Karena lahan yang tersedia tidak perlu diubah. Hanya mulsa PHP dibuka dan dosis pemupukan ditambahkan 50%. Bila dalam jangka waktu 4 bulan berikutnya dinyatakan harga melon meningkat, maka lahan bekas sawah ditanami padi terlebih dahulu untuk satu musim tanam. Alasannya adalah dari segi kormesial tanaman padi kurang menguntungkan, tapi dari segi pemutusan siklus hidup hama dan penyakit sangat menguntungkan. Hal ini disebabkan karena hama dan penyakit yang mengisap oksigen (aerob) akan mati dengan kondisi tanah yang terendam air (anaerob). Setelah menanam padi selesai, tanaman melon yang ditanam akan berproduksi tinggi dengan risiko serangan hama dan penyakit yang lebih rendah.
8.4. Prakiraan Produksi
Untuk mengetahui jumlah produksi yang akan dihasilkan bagian pemasaran harus melakukan penelitian pasar. Untuk luas satu hektar tanaman melon diperkirakan akan menghasilkan buah melon 10–15 ton, maka memanennya harus dilakukan secara bertahap. Misalnya minggu I menanam seluas 2.000 m 2 , minggu II menanam seluas 2.000 m 2 , dan seterusnya. Hal ini untuk tingkat kontinuitas produksi akan tercapai dan resiko tidak terjualnya buah melon akan terhindar.
9. PASCAPANEN
Pascapanen merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan setelah melon dipanen. Kesalahan penanganan dalam pascapanen akan mempengaruhi kwalitas/penampilan buah melon.
9.1. Pengumpulan
Buah-buah melon yang telah dipanen dikumpulkan pada suatu tempat untuk segera disortir. Saat panen kerusakan buah sebaiknya dihindari akibat terbentur atau cacar fisik lainnya, karena akan mengurangi harga jual terutama untuk konsumsi pasar swalayan.
9.2. Penyortiran dan Penggolongan
Melon yang telah dipanen, diangkut dan dikumpulkan di suatu tempat kemudian di sortasi. Buah yang sehat dan utuh dipisahkan dari buah yang cacat fisik maupun cacat karena serangan hama dan penyakit. Buah melon yang berkualitas bagus kemudian di lakukan penggolongan melon berdasarkan tiga kelas.
  1. Kelas M1 yaitu melon berbobot 1,5 kg/lebih jaring berbentuk sempurna.
  2. Kelas M2 yaitu melon berbobot 1–1,5 kg jaringnya terbentuk hanya 70% saja.
  3. Kelas M3 yaitu bobot buahnya bervariasi dengan jaring sedikit atau tidak berbentuk sama sekali. Hal ini terjadi karena tanaman belum saatnya dipanen tapi telah mati terlebih dahulu akibat serangan hama.
9.3. Penyimpanan
Buah melon yang sudah dipetik, tidak boleh ditumpuk satu sama lain, dan buah yang belum terangkut dapat disimpan dalam gudang penyimpanan. Buah ditata secara rapi dengan dilapisi jerami kering. Tempat penyimpanan buah harus bersih, kering dan bebas dari hama seperti kecoa atau tikus. Melon yang sudah terlalu masak jangan disatukan dengan buah yang setengah masak (mengkal). Bila ada buah yang mulai busuk harus di jauhkan dari tempat penyimpanan.
9.4. Pengemasan dan Pengangkutan
Kemasan untuk melon dapat dibuat dari kayu biasa dan banyak memiliki lubang angin. Cara menyusunnya, bagian dasar kotak diberi jerami kering yang cukup tebal, kemudian melon diberikan jerami juga dibagian atas buahnya. Sebelum kotak ditutup, buah melon diberi lapisan jerami lagi. Selain dari kotak, pengemasan bisa juga menggunakan rajutan benang yang mirip jala, kemudian dimasukkan dalam kemasan karton. Dalam karton masih dilapisi dengan jerami kering atau kertas hancuran. Dengan kemasan seperti ini akan lebih terjamin dibanding dengan menggunakan kotak dari kayu (cara tradisional). Kendaraan yang digunakan untuk mengangkut buah melon yang akan dibawa ke pasar tergantung jarak yang ditempuh. Buah yang akan di ekspor biasanya dipak
secara khusus dengan peti kemas yang terbuat dari kayu, karton atau kotak plastik. Di kargo pesawat, peti kemas melon dimasukkan ke dalam kontainer pendingin agar buah tetap segar jika sampai ke tempat tujuan.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
10.1. Analisis Usaha Budidaya
Contoh analisis pasar pada penanaman melon dilahan terbuka dengan menggunakan mulsa PHP. Luas lahan 1 ha, populasi 3.000 tanaman di daerah Jawa Barat pada tahun 1999.
  1. Biaya produksi
    1. Penyiapan lahan/pembentukan bedengan
      • Sewa tanah 1 musim tanam (4 bulan) Rp. 850.000,-
      • Pembukaan/pembersihan lahan 50 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 350.000,-
      • Pembentukan bedengan kasar 100 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 700.000,-
      • Tenaga pengapuran 20 HKP @ Rp.7.000,- Rp. 140.000,-
      • Penebaran pupuk kandang 45 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 315.000,-
      • Penebaran pupuk kimia,pasang. mulsa 65 HKP @ Rp. 5.000,- Rp. 455.000,-
    2. Benih dan mulsa PHP
      • Benih melon 500 g Rp. 2.301.350,-
      • Mulsa PHP 10 rol (200 kg) @ Rp. 5.725,- Rp. 1.145.000,-
    3. Pupuk dan kapur pertanian
      • Pupuk kandang 27 ton @ Rp. 150.000,- Rp. 4.050.000,-
      • ZA 630 kg @ Rp. 1.250,-,- Rp. 787.500,-
      • Urea 450 kg @ Rp. 1.500,-,- Rp. 675.000,-
      • TSP/SP-36 900 kg @ Rp. 1.800,- Rp. 1.620.000,-
      • KCl 720 kg @ Rp. 1.650,-,- Rp. 1.188.000,-
      • Borate/Fertibor 18 kg @ Rp. 5.000,- Rp. 90.000,-
      • Kapur pertanian 1.800 kg @ Rp. 300,- Rp. 540.000,-
    4. Penyiapan bibit dan penanaman
      • Plastik semai polibag 5 kg @ Rp. 10.000,- Rp. 50.000,-
      • Plastik transparan 50 m @ Rp. 1.800,- Rp. 90.000,-
      • Tenaga kerja semai 75 HKW @ Rp. 5.000,- Rp. 375.000,-
      • Penanaman 50 HKW @ Rp. 5.000,- + 30 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 460.000,-
    5. Pestisida dan pupuk daun
      • Karbofuran 36 kg @ Rp. 5.000,- Rp. 180.000,-
      • Insektisida semprot 15 liter @ Rp. 80.000,- Rp. 1.200.000,-
      • Fungisida 25 kg @ Rp. 50.000,- Rp. 1.250.000,-
      • Pupuk daun 10 kg @ Rp. 10.000,- Rp. 100.000,-
      • Perekat-perata 10 liter @ Rp. 10.000,- Rp. 100.000,-
    6. Pemeliharaan tanaman
      • Tenaga semprot 60 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 420.000,-
      • Pemupukan NPK/KNO3 80 kg @ Rp. 2.400,- Rp. 108.000,-
      • Tenaga pemupukan kocoran & penyiangan 25 HKW @ Rp. 5.000,- Rp. 96.250,-
      • Pemangkasan cabang 15 HKW @ Rp. 5.000,- Rp. 75.000,-
    7. Panen
      • Tenaga panen 20 HKP @ Rp. 7.000,- + 10 HKW @ Rp. 5.000,- Rp. 190.000,-
    8. Lain-lain
      • Belanja peralatan (3 sprayer, embrat, drum, dsb) Rp. 900.000,-
      • Gubuk tempat tinggal dan penyimpanan alat Rp. 375.100,-
      • Tenaga keamanan (1 bulan) Rp. 150.000,-
    9. Biaya tak terduga sebesar 5% Rp. 1.066.310,-
    10. Jumlah biaya produksi Rp. 22.392.510,-
  2. Penerimaan
    1. Misalnya rata-rata produksi tanaman 2,25 kg (rata-rata dipelihara 1 buah) maka produksi per 1.000 m 2 ditaksir mencapai 6.750 kg.
    2. Jika diperhitungkan tingkat kerusakan tanaman (loss) 5% maka hasil yang hilang sebesar 337.5 kg melon sehingga produksi bersih melon menjadi 6750 kg – 337.5 kg = 6412.5 kg.
    3. Sebagai contoh hasil yang diperoleh terdiri dari 65% kelas M1 ; 25% kelas M2 dan 10% kelas M3. Jika harga melon kelas M1. Rp. 4.000,-; kelas M2 Rp. 3.000,-; kelas M3 Rp. 2.500,- maka penerimaan penjualan melon.
      • Kelas M1 = 65% x 6412.5 kg x Rp. 5.000,- Rp. 20.840.625,-
      • Kelas M2 = 25% x 6412.5 kg x Rp. 4.000,- Rp. 6.412.500,-
      • Kelas M3 = 10% x 6412.5 kg x Rp. 3.000,- Rp. 1.923.750,-
    • Jumlah penerimaan Rp. 29.176.875,-
  3. Keuntungan Rp. 6.748.365,-
  4. Parameter kelayakan usaha 1. Rasio biaya dan Pendapatan (Benefit Cost Ratio/BCR) = 1,30
Catatan: HKP = hari kerja pria (8 jam sehari), HKW = hari kerja wanita (6 jam sehari).
10.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Agribisnis melon harus dilakukan secara cermat dan tetap selalu waspada. Walau berdasarkan analisis budidaya agribisnis melon menunjukkan prospek yang menjanjikan, tapi suatu ketika penyemprotan tertunda atau hal-hal sepele lainnya tidak diperhatikan maka keuntungan yang sudah dapat dibayangkan akan menjadi sirna seketika. Di era perdagangan menuju pasar bebas, persaingan semakin ketat. Perlu dicarikan pasar khusus untuk dapat mendongkrak harga jual. Buah yang berkualitas tinggi yang ditawarkan akan layak mendapatkan harga jual yang tinggi pula. Informasi harga pasar dicari sebanyak-banyaknya sebelum panen berlangsung. Rantai tata niaga dipelajari seteliti mungkin. Diusahakan rantai teRp.endek untuk mendapatkan harga jual tertinggi.
11. STANDAR PRODUKSI
11.1. Ruang Lingkup
Dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya, khususnya petani melon, Pemerintah menetapkan kebijaksanaan dalam memilih urutan jenis tanaman pertanian/hortikultura. Dalam ruang lingkup berikut telah disusun beberapa pedoman sebagai berikut:
  1. Mengutamakan jenis tanaman melon yang bernilai ekonomi tinggi, untuk meningkatkan pendapatan petani melon, baik untuk konsumsi dalam maupun luar negeri
  2. Mengutamakan jenis tanaman yang dapat memberi kesempatan tenaga kerja lebih banyak.
  3. Mengutamakan jenis tanaman melon yang mempunyai prospek pasar dan pemasaran yang baik.
  4. Mengutamakan jenis tanaman melon yang dapat mempertinggi nilai gizi masyarkat.
11.2. Diskripsi
Berdasarkan uraian diatas, tanaman melon merupakan salah satu tanaman prioritas utama yang perlu mendapatkan perhatian diantara tanaman-tanaman hortikultura. Buah melon mempunyai harga yang relatif lebih tinggi dibanding tanaman hortikultura pada umumnya. Hal ini memberi banyak keuntungan kepada petani atau pengusaha pertanian tanaman melon. Dan ini memungkinkan adanya perbaikan tata perekonomian Indonesia, khususnya dari bidang pertanian.
11.3. Klasifikasi dan Standar Mutu
Untuk klasifikasi standar mutu dan syarat produk yang berlaku dipasaran maka kita harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
  1. Melon yang diproduksi harus diberi merek, yaitu dengan menempelkan stiker pada buah;
  2. Kepercayaan yang telah diberikan oleh pelanggan harus dijaga;
  3. Pangsa pasar harus diperkuat, dan kontinuitas (keberlanjutan) produksi melon harus dijaga;
  4. Buah melon yang berkualitas (kelas M1) harus dikemas sedemikian rupa untuk memberikan kepuasan pelanggan.
11.4. Pengambilan Contoh
Dalam pengambilan contoh untuk penanganan produksi selanjutnya, umur melon kurang lebih 56–65 HST, buah melon yang berukuran besar mempunyai berat rata-rata 2,5 kg, ukuran sedang 1,0–2,5 kg, dan ukuran kecil berat buah sekitar 400 gram.
11.5. Pengemasan
Untuk pengemasan yang standar dapat menggunakan kotak kayu atau dapat juga menggunakan rajutan benang yang mirip dengan jala. Dengan kemasan rajutan benang akan lebih terjamin dibanding dengan menggunakan kotak kayu.
12. DAFTAR PUSTAKA
  1. Final, Prajnanta, Ir., Melon Pemeliharaan Secara Intensif Kiat Sukses Beragribisnis Cetakan ke-2, (Jakarta: Penebar Swadaya, 1998).
  2. Setiadi, Bertanam Melon, Cetakan ke-4, (Jakarta: Penebar Swadaya, 1998)
  3. Sudarsono dan Winata, Livy, Fakultas Pertanian IPB. Pemakaian Teknik Kultur Jaringan Sebagai Perbanyakan Melon (Cucumis melo L.)
  4. Tjahjadi, Nur, Ir.,Bertanam Melon, 24352, (Jakarta: Kanisius, 1987).
  5. Fakultas Pertanian IPB, Bogor, 1984. Karya Ilmiah Mahasiswa Jurusan Budidaya Pertanian.
Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS

Cara Menanam Bunga Lotus

Lotus adalah

Cara Menanam Lobak

Lobak adalah tanaman sayuran

Hasil Perhitungan Cepat Quick Qount PILPRES 2014

Pilpres 2014 ini cukup semarak dengan beberpa kandidat yang menjadi unggulan masyarakat, mulai dari jokowi yang diusung PDIP sampai dengan....
Quick qount merupakan hasil hitung cepat dengan menggunakan teknik random sample. walau QQ ini bukan hasil sebenarnya namun dengan teknik yang dipakai bisa memetakan sebaran dan hasil yang sampai saat ini mendekati benar.
Bahkan untuk pemenang selalu sama baik hasil dari QQ maupun real hasil perhitungan