Showing posts with label tanaman pertanian. Show all posts
Showing posts with label tanaman pertanian. Show all posts

CARA MENANAM BAWANG MERAH

CARA MENANAM BAWANG MERAH


Bawang merah merupakan salah satu jenis sayuran bernilai ekonomis tinggi. Tanaman ini dapat diandalkan sebagai sumber penghasilan petani, pendapatan negara, penyumbang keanekaragaman bahan pangan serta kecukupan gizi. Salah satu upaya meningkatkan produktifitas dan kualitas bawang merah yang sesuai dengan permintaan konsumen adalah penggunaan bibit berupa benih atau biji (true shallot seed = TSS). Keuntungan usahatani bawang merah dengan biji ini antara lain dapat menurunkan biaya produksi, penyimpanan serta distribusinya lebih mudah, disamping itu juga dapat menciptakan varietas unggul baru. Budidaya bawang merah memerlukan air yang cukup terutama saat pembentukan umbi. Tanaman bawang merah yang kekurangan air pada fase pembentukan umbi dapat mengakibatkan penurunan produksi secara signifikan. Hal utama dalam budidaya bawang merah adalah menjaga tanah dalam keadaan cukup lembab.

SYARAT TUMBUH TANAMAN BAWANG MERAH

Tanaman bawang merah memerlukan curah hujan antara 100-200 mm/bulan dengan ketinggian tempat optimal 10-200 mdpl. Meskipun demikian, bawang merah masih dapat tumbuh dan berproduksi di ketinggian sampai dengan 800 mdpl. Suhu optimal untuk pertumbuhan tanaman bawang merah 20-30°C. Intensitas sinar matahari penuh tanpa naungan, lama penyinaran 12 jam. Tanaman bawang merah dapat beradaptasi pada kelembaban udara (rH 80-90%). Kelembaban udara dan kelembaban tanah yang relatif tinggi (> 90%) dapat merangsang terjadinya serangan penyakit. Angin sepoi-sepoi berpengaruh baik terhadap pertumbuhan dan pembentukan umbi bawang merah. Tanaman bawang merah membutuhkan tanah gembur, subur, banyak mengandung bahan organik, serta mudah menyediakan air dengan aerasi udara baik dan tidak becek. Budidaya bawang merah dapat dilakukan pada lahan sawah maupun lahan kering.

PELAKSANAAN TEKNIS BUDIDAYA BAWANG MERAH

Pengukuran pH tanah diperlukan untuk menentukan jumlah pemberian kapur pertanian pada tanah masam atau pH rendah (di bawah 6,5). Pengukuran bisa menggunakan kertas lakmus, pH meter, atau cairan pH tester. Pengambilan titik sampel bisa dilakukan secara zigzag.

PELAKSANAAN BUDIDAYA BAWANG MERAH

Persiapan Lahan Budidaya Bawang Merah

Persiapan lahan meliputi pembajakan dan penggaruan tanah, pencangkulan sedalam 30 cm (dikeringanginkan selama 15 hari), pembuatan bedengan dengan lebar 80-100 cm serta tinggi 30 cm (lahan kering) dan 60 cm (lahan sawah) dengan lebar parit 30-40 cm, pemberian pupuk kandang yang sudah difermentasi sebanyak 40 ton/ha dan pupuk NPK 15-15-15 sebanyak 1,2 ton/ha, persiapan selanjutnya melakukan pengadukan/pencacakan bedengan agar pupuk yang sudah diberikan bercampur dengan tanah, kemudian dilakukan penugalan untuk pembuatan lubang tanam.

Persiapan Bibit dan Penanaman Budidaya Bawang Merah

Persiapan pembibitan bawang merah membutuhkan rumah atau sungkup pembibitan untuk melindungi bibit muda. Kebutuhan benih bawang merah sebanyak 3 kg/ha. Pilih lokasi persemaian yang tanahnya subur dan intensitas cahaya matahari sempurna. Cangkul tanah sedalam 30 cm hingga gembur, kemudian keringanginkan selama 2 minggu. Buat bedengan dengan ukuran lebar 80-100 cm dan tinggi 30 cm. Berikan pupuk kandang yang telah difermentasi sebanyak 2 kg/m2, NPK 15-15-15 sebanyak 10 gram/m2. Buat alur-alur dangkal dengan arah alur memotong panjang bedengan. Jarak antaralur 5-10 cm. Tebar biji bawang merah secara merata pada alur kemudian tutup tipis dengan tanah. Untuk mempercepat perkecambahan benih permukaan media ditutup menggunakan kain goni (bisa juga menggunakan mulsa PHP), dijaga dalam keadaan lembab.

Pembukaan penutup permukaan media semai dilakukan apabila benih sudah berkecambah, baru kemudian benih disungkup menggunakan plastik transparan. Pembukaan sungkup dimulai jam 07.00 - 09.00, dibuka lagi jam 15.00-17.00. Umur 7 hari menjelang tanam sungkup harus dibuka secara penuh untuk penguatan tanaman. Penyiraman jangan terlalu basah, dilakukan setiap pagi. Penyemprotan menggunakan fungisida berbahan aktif simoksanil dan insektisida berbahan aktif imidakloprid dilakukan pada umur 15 hss (hari setelah semai). Dosis/konsentrasi ½ dosis terendah.

Bibit bawang merah berumur 30 hari siap untuk di tanam. Sebelum ditanam, bibit yang telah dicabut direndam dalam larutan karbofuran (konsentrasi 1 gr/ liter selama 2 jam). Penanaman berjumlah satu tanaman per titik tanam, usahakan posisi berdiri tegak. Jarak tanam ideal untuk musim kemarau 10 cm x 5 cm sedangkan untuk musim penghujan bisa diperlebar 10 cm x 10 cm. Padatkan tanah dekat pangkal batang secara pelan.

PEMELIHARAAN BUDIDAYA BAWANG MERAH

Penyulaman Budidaya Bawang Merah

Penyulaman dilakukan sampai umur tanaman 2 minggu. Tanaman bawang merah yang sudah terlalu tua apabila masih terus disulam mengakibatkan pertumbuhan tidak seragam. Hal ini akan berpengaruh terhadap keseragaman pemanenan.

Sanitasi Lahan dan Pengairan Budidaya Bawang Merah

Sanitasi lahan budidaya bawang merah meliputi : pengendalian gulma/rumput (penyiangan), pengendalian air saat musim hujan sehingga tidak muncul genangan serta pencabutan tanaman bawang merah yang terserang hama penyakit. Penyiangan dilakukan sebelum melakukan pemupukan susulan baik pemupukan susulan pertama maupun kedua. Penyiangan gulma dapat dicabut secara manual atau menggunakan alat gosrok/landak.
Pengairan diberikan secara terukur, dengan penggenangan atau pengeleban dua hari sekali selama 15-30 menit tergantung kondisi kelembaban tanah.

Pemupukan Susulan Budidaya Bawang Merah

Pemupukan susulan budidaya bawang merah meliputi pupuk akar dan pupuk daun. Pupuk akar diberikan secara larikan, dibenamkan dalam tanah sedalam 10 cm sebanyak 2 kali. Pemupukan pertama dilakukan umur 10 hari setelah tanam (HST) menggunakan pupuk NPK 15-15-15 sebanyak 150 kg/ha dan urea sebanyak 50 kg/ha. Pemupukan kedua dilakukan umur 30 HST menggunakan pupuk NPK 15-15-15 sebanyak 200 kg/ha.
Pupuk daun kandungan Nitrogen tinggi diberikan umur 14 hst dengan konsentrasi 2 gr/liter, sedangkan pupuk daun kandungan Phospat serta kalium tinggi diberikan umur 30 hst dan 45 hst. Pemupukan phospat dan kalium tinggi menggunakan pupuk MKP dengan konsentrasi 2 gr/liter pada umur 30 hst, dan konsentrasi 4 gr/lliter pada umur 45 hst.

PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT TANAMAN BAWANG MERAH

HAMA TANAMAN BAWANG MERAH

Ulat Tanah (Agrotis ipsilon Hufn.)

Larva ulat tanah aktif menyerang tanaman bawang merah pada malam hari dengan cara memotong pangkal batang tanaman muda. Sedangkan siang harinya larva ulat bersembunyi di dalam celah-celah tanah, biasanya dengan posisi tubuh melingkar. Pengendalian hama ini secara kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif karbofuran. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Hama Putih (Thrips tabaci Lind.)

Siklus hidup Thrips berlangsung selama 3 minggu. Di daerah tropis, siklus hidup Thrips hanya berlangsung selama 7-12 hari, sehingga dalam satu tahun dapat mencapai 5-10 generasi. Setiap ekor Thrips betina dapat menghasilkan telur sebanyak 80-120 butir selama hidupnya. Gejala serangan dapat diamati pada daun muda atau pucuk daun. Nimfa dan imago menyerang tanaman bawang merah dengan cara menghisap cairan daun. Bagian tanaman terserang akan ternoda berwarna putih mengkilap seperti perak, kemudian berubah menjadi kecoklatan berbintik hitam. Serangan berat menyebabkan tanaman mati serta umbi yang dihasilkan berukuran kecil bermutu rendah. Pengendalian hama Thrips menggunakan insektisida berbahan aktif abamektin, tiametoksam, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Ulat Bawang

Ulat bawang tanaman bawang merah adalah Spodoptera exiqua. Larva ulat bawang menyerang tanaman bawang merah dengan cara membuat lubang pada daun bagian ujung, kemudian masuk ke dalam daun dan memakan daun bagian dalam tetapi epidermis bagian luar tetap dibiarkan, akibatnya daun tersebut tampak bercak-bercak berwarna putih, apabila diterawang tembus cahaya. Jika populasi ulat bawang sangat banyak dapat menyerang umbi bawang merah. Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

PENYAKIT TANAMAN BAWANG MERAH

Layu Fusarium

Layu Fusarium menyerang tanaman bawang merah pada bagian dasar umbi lapis, sehingga pertumbuhan akar dan umbi bawang merah terganggu. Gejala serangan dapat diamati secara visual, yaitu daun menguning cenderung terpelintir, tanaman mudah dicabut karena akar membusuk. Pada dasar umbi terlihat cendawan putih, sedangkan pada umbi lapis jika dipotong membujur terlihat pembusukan yang berawal dari dasar umbi kemudian meluas ke atas maupun ke samping. Tanaman mati mulai dari ujung daun kemudian menjalar hingga ke pangkal daun. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan antara lain meningkatkan pH tanah, memusnahkan tanaman bawang merah yang terserang, melakukan penggiliran tanaman serta penyemprotan kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif benomil, metalaksil atau propamokarb hidroklorida. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Ngelumpruk

Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Stemhylium vesicarium (Wallr Simmons). Gejala serangan penyakit ngelumpruk pada tanaman bawang merah adalah terdapat bercak kekuningan yang tumbuh sangat banyak pada seluruh bagian tanaman. Penyebaran penyakit berlangsung sangat cepat sesuai dengan arah bertiupnya angin di areal pertanaman. Cendawan Stemhylium vesicarium mampu mematikan tanaman secara serentak. Kumpulan tanaman yang mati serentak terlihat seperti tersiram air panas. Pada kondisi kelembaban udara tinggi dan berangin, maka infeksi dapat secara tunggal maupun berasosiasi dengan cendawan Alternaria porri. Pengendalian secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah benomil, metil tiofanat, karbendazim, difenokonazol, atau tebukonazol dan fungisida kontak, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah klorotalonil, azoksistrobin, atau mankozeb. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Bercak Cercospora

Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Cercospora duddidae (Walles). Gejala serangan penyakit bercak Cercospora pada tanaman bawang merah adalah terjadinya bercak klorosis pada ujung daun dan sering tampak terpisah dengan infeksi pada pangkal batang. Daun tampak belang-belang. Bercak klorosis berbentuk bulat berwarna pucat dan bergaris tengah 3-5 mm. Pusat bercak berwarna cokelat serta terdapat bintik-bintik yang merupakan konidiofora jamur. Pengendalian secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah benomil, metil tiofanat, karbendazim, difenokonazol, atau tebukonazol dan fungisida kontak, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah klorotalonil, azoksistrobin, atau mankozeb. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Bercak Alternaria

Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Alternaria porri (Ell.) Cif. Gejala serangan penyakit bercak Alternaria pada tanaman bawang merah adalah adanya bercak pada daun dengan pusat bercak berwarna ungu atau lebih gelap. Pada daerah tersebut dapat ditemukan konidiofor yang mampu berkecambah membentuk konidiospora. Infeksi awal pada tanaman bawang merah ditandai adanya bercak berukuran kecil, melekuk ke dalam, berwarna putih dengan pusat bercak berwarna ungu atau abu-abu. Apabila cuaca lembab, bercak berkembang hingga menyerupai cincin, bagian tengahnya berwarna ungu dan tepinya kemerahan serta dikelilingi warna kuning yang dapat meluas. Ujung daun mengering atau bahkan patah. Permukaan bercak pada akhirnya berwarna cokelat kehitaman. Serangan parah berlanjut ke umbi, menyebabkan umbi membusuk berwarna kuning lalu menjadi merah kecokelatan. Umbi membusuk dan berair dimulai dari bagian leher, kemudian jaringan umbi yang terinfeksi mengering serta berwarna gelap. Penyakit bercak daun Alternaria porri dapat dikendalikan secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah benomil, metil tiofanat, karbendazim, difenokonazol, atau tebukonazol dan fungisida kontak, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah klorotalonil, azoksistrobin, atau mankozeb. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Embun Bulu

Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Peronospora destructor (Berk) Casp. Serangan cendawan Peronospora destructor bersifat sistemik dan lokal. Gejala serangan penyakit embun bulu pada tanaman bawang merah terjadi pada awal pertumbuhan. Infeksi terlihat terutama saat daun basah terkena embuh, terlihat warna putih menyerupai bulu-bulu halus. Apabila tanaman mampu bertahan hidup, maka pertumbuhannya akan terhambat, daun berwarna hijau pucat. Infeksi pada daun mampu menyebar ke bawah mencapai umbi lapis, kemudian menjalar ke seluruh lapisan hingga berwarna cokelat. Penyakit embun bulu dapat dikendalikan secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah benomil, metil tiofanat, karbendazim, difenokonazol, atau tebukonazol dan fungisida kontak, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah klorotalonil, azoksistrobin, atau mankozeb. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Antraknosa

Antraknosa pada tanaman bawang merah adalah cendawan Colletrotichum gloespoiroides Penz. Kerusakan tanaman bawang merah akibar serangan penyakit antraknosa bisa mencapai 50-100%. Penyakit ini sangat berpotensi menimbulkan kegagalan. Gejala serangan dapat dilihat secara fisiologis, tanaman mati serentak secara cepat. Serangan awal ditandai adanya gejala bercak putih pada daun, selanjutnya akan terbentuk lekukan ke dalam (invaginasi), berlubang dan patah karena terkuai tepat pada bercak tersebut. Jika serangan berlanjut akan membentuk koloni konidia berwarna merah muda, lalu berubah menjadi cokelat tua, dan akhirnya menjadi kehitaman. Umbi akan membusuk serta daun mengering. Penyakit antraknosa dapat dikendalikan secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah benomil, metil tiofanat, karbendazim, difenokonazol, atau tebukonazol dan fungisida kontak, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah klorotalonil, azoksistrobin, atau mankozeb.

PANEN

Tanaman bawang merah dapat dipanen pada umur 60-70 hss di dataran rendah, 80-100 hss di dataran tinggi. Tanaman bawang merah siap panen ditandai sebagai berikut :
  1. Pangkal daun jika dipegan sudah lemah.
  2. 70-80% daun berwarna kuning.
  3. Daun bagian atas mulai rebah.
  4. Umbi bawang merah kelihatan tersembul di atas permukaan tanah
  5. Sudah terjadi pembentukan pigmen merah dan timbulnya bau bawang merah yang khas, serta terlihat warna merah tua atau merah keunguan pada umbi bawang merah.

Panen sebaiknya dilakukan dalam keadaan kering dan cuaca cerah. Untuk menghindari umbi tertinggal dalam tanah, 1-2 hari sebelum panen dilakukan penyiraman terlebih dahulu menggunakan air. Panen dilakukan dengan mencabut seluruh tanaman secara hati-hati, kemudian setiap satu genggam diikat dengan 1/3 daun bagian atas. Pengikatan bertujuan untuk memudahkan penanganan berikutnya.

Cara Menanam Sawi


Cara Menanam  Sawi
  
A. Pendahuluan

Caisin (Brassika sinensis L.) atau sawi merupakan jenis sayuran daun yang digemari oleh konsumen karena memiliki kandungan pro-vitamin A dan asam askorbat yang tinggi.  Ada dua jenis caisin/sawi yaitu sawi putih dan sawi hijau. Keduanya dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi.
Persyaratan tumbuh bagi jenis komoditi ini tidak terlalu sulit. Caisin dapat tumbuh dan beradaptasi baik hampir disemua jenis tanah baik pada tanah-tanah mineral yang bertekstur ringan sampai liat berat maupun tanah organic seperti tanah gambut. pH tanah yang optimal untuk budidaya caisin berkisar antara 6-6,5 dan temperature yang optimum bagi pertumbuhan caisin 15-20⁰ C.
Caisin kebanyakan ditanam di lahan pekarangan karena mudah dalam pemeliharaannya. Bila lahan pekarangan luas, model budidaya di bedengan, di pot dan atau di polybag. Bila lahan pekarangan sempit, model budidaya di  pot dan atau di polybag dan divertikultur (rak bertingkat).

B. Pemilihan varietas

Varietas yang dianjuran adalah LV.145 dan Tosakan. Namun yang beredar dipasaran kebanyakan Tosakan dan Shinta (panah merah). Daya tumbuhnya lebih dari 95 %, vigor murni, bersih dan sehat. Kebutuhan benih per hektar 450-600 gram.

C. Model budidaya bedengan
Pembibitan

Caisim atau sawi sebelum ditanam, dibibiti terlebih dahulu. Ada 2 cara pembibitan tanaman caisin/sawi. Cara pertama, benih di semai di bedengan yang berukuran kecil 0.5 x 1 m²  atau luas ukuran sesuai dengan kebutuhan bibit. Cara kedua, benih di semai di wadah plastic dengan luas ukuran wadah sesuai kebutuhan bibit (dapat dibeli ditoko) . Sebelum benih disemai, benih direndam dengan air selama ± 2 jam. Selama perendaman, benih yang mengapung dipisahkan dan dibuang. Benih yang tenggelam digunakan untuk disemai. Kemudian benih disebar secara merata diatas bedeng persemaian dengan tanah yang telah dicampur dengan pupuk kandang 1:1,  (media tanam)  setebal ± 7 cm. Benih yang telah disebar disiram sampai basah kemudian ditutup dengan daun pisang atau karung goni selama 2-3 hari. Sebaiknya bedeng persemaian diberi naungan. Bila bibit sudah berumur 2-3 minggu setelah disemai, bibit tersebut sudah siap untuk ditanam.
Perlakuan yang sama pula dilakukan jika benih disemai di wadah plastik. Wadah tersebut diteduhkan di rumah persemaian sampai bibit berumur 2-3 minggu. Bibit tersebut sudah siap untuk ditanam.

Pengolahan tanah.

Lahan pekarangan dibersikan dari gulma. Kemudian tanahnya dicangkul sedalam 20 – 30 cm supaya gembur. Setelah itu, bedengan dibuat dengan ketinggian sekitar 20-30 cm, lebar sekitar 1 m, dan panjang tergantung ukuran/bentuk lahan. Jarak antar bedengan sekitar 40 cm atau disesuaikan dengan keadaan tanah. Setelah tanah diratakan, permukaan bedengan diberi pupuk kandang yang sudah matang, dengan dosis 100 kg/100 m². Semprot larutan pupuk cair Bioboost/EM4 (10 ml/1 liter air) pada permukaan bedengan, kemudian permukaan bedengan ditutup dengan tanah. Biarkan selama 3 hari dan bedengan siap untuk ditanami.

Penanaman

Sebelum penanaman, bedeng-bedeng tersebut dibuat lubang tanam dengan jarak antar tanaman 15 cm dan jarak antar barisan 20 cm. Tiap lubang tanam diberi 1-2 anakan. Kemudian bedengan yang sudah ditanami disirami sampai basah.

D. Model budidaya pot/polybag dan rak vertikultur

Pot/polybag dan rak vertikultur adalah wadah tanam yang digunakan sebagai suatu model budidaya sayuran pada lahan pekarangan yang sempit. Pot atau polybag yang berukuran 30x30 cm bisa digunakan untuk menanam caisin/sawi. Pot atau polybag harus dilubangi 4-5 lubang dibagian bawah sisi kiri dan kanan wadah untuk membuang air berkelebihan supaya tidak tergenang.  Sebaiknya polybag dibalik sebelum diisi media tanam agar polybag dapat berdiri kokoh dan tidak mudah roboh.
Rak vertikultur adalah wadah tanam yang terbuat dari kayu dan talang paralon atau bambu. Rak bisa dibuat sampai 4 tingkat dengan tinggi 1,25 m dan panjang 80 cm. Sedangkan panjang talang 1 m dan lebar talang 12 cm. Dasar talang atau bambu di lubangi 4-5 lubang untuk pembuangan air berkelebihan supaya tidak tergenang. Selanjutnya talang diisi dengan media tanam. Perlakuan yang sama juga dilakukan bila menggunakan bambu sebagai wadah tanam. Kemudian wadah yang sudah terisi media tanam di letakan dengan teratur diatas rak kayu.
Media tanam yang digunakan berupa campuran tanah dan pupuk kandang atau kompos. Perbandingannya dapat 1:1, 1:2, atau 1:3, tergantung tingkat kesuburan dan tekstur tanah. Masukan media ke dalam wadah sampai penuh. Sisakan jarak sekitar 1 cm dari bibir wadah. Semprot larutan pupuk cair Bioboost/EM4 (10 ml/1 liter air) pada permukaan tanah di pot atau polybag, kemudian pot atau polybag ditutup dengan karung goni selama 3 hari. Pot atau polybag siap untuk ditanami.

Penanaman

Sebelum dilakukan penanaman, pot/polybag dan rak vertikultur disiram lebih dahulu untuk memudahkan penanaman. Penanaman di pot atau polybag dilakukan dengan cara pindah anakan caisin/sawi dari bedengan persemaian atau dari wadah plastik dan ditanam di dalam pot atau polybag  dengan jumlah 2-3 anakan. Sedangkan penanaman didalam rak vertikultur hanya satu baris tanaman dengan jarak antar tanaman 15 cm.

Perawatan

Penyiraman perlu dilakukan pagi dan sore hari bila tidak hujan. Pupuk susulan pertama setelah  tanaman berumur 4 hst dengan cara semprot larutan pupuk cair Bioboost/EM4 (10 ml/1 liter air) pada tanaman. Pupuk susulan kedua dan ketiga setelah tanaman berumur  11 hst dan 17 hst. Cara memupuk dan dosis pupuk sama seperti pemupukan susulan pertama. Pupuk organic cair Landeto atau Hantu dapat juga diberikan pada tanaman sebagai pupuk tambahan dengan dosis 2 tutup botol/10 liter air. Larutan pupuk ini disemprot pada tanaman dengan waktu pemberian setelah tanaman berumur 7 hst, 14 hst, dan 21 hst.  Penyiangan dapat dilakukan jika tumbuh gulma. Jika ada tanaman terserang hama dan penyakit, segera ditanggulangi secara mekanis (dicabut dan dibakar) atau disemprot dengan fungisida dan insektisida nabati.

Panen

Caisin/sawi mulai dipanen setelah tanaman berumur 45-50 hari. Panen dilakukan dengan cara mencabut atau memotong pangkal batang. Bila panen terlambat dapat menyebabkan tanaman cepat berbunga. Caisin/sawi yang baru dipanen ditempatkan di tempat yang teduh, agar tidak cepat layu. Untuk mempertahankan kesegaran sayuran ini perlu diberi air dengan cara dipercik.

Cara Menanam Tomat


CARA MENANAM TOMAT 

Tanaman tomat merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura bernilai ekonomis tinggi, untuk itu cara menanam tomat yang baik perlu diperhatikan. Cara menanam tomat perlu dilakukan secara intensif agar produksi optimal. Tanaman tomat termasuk komoditas multiguna, selain berfungsi sebagai sayuran dan buah, tomat juga dimanfaatkan sebagai bahan dasar kosmetik serta obat-obatan.

Berdasarkan tipe pertumbuhannya, tanaman tomat dibedakan menjadi dua, yaitu determinate dan indeterminate. Tipe determinate memiliki postur tanaman pendek, tandan bunga terletak di setiap ruas batang serta di ujung tanaman. Sedangkan tipe indeterminate, postur tanaman tinggi, tandan bunga terletak berseling di antara 2-3 ruas, ujung tanaman tomat tumbuh pucuk muda. Tanaman tomat tipe indeterminate berbuah besar.

SYARAT TUMBUH TANAMAN TOMAT
Tanaman tomat memerlukan curah hujan antara 100-220 mm/hujan dengan ketinggian tempat optimal 100-1000 mdpl. Intensitas sinar matahari berkisar antara 10-12 jam per hari. Suhu optimal pertumbuhan tanaman tomat berkisar 25-30°C, sedangkan proses pembungaan membutuhkan suhu malam hari 15-20°C. Air sangat dibutuhkan oleh tanaman tomat karena 90% kandungan tomat terdiri dari air. Lokasi penanaman tomat sebaiknya bukan bekas lahan tanaman tomat atau tanaman sefamili. Minimal sudah diberakan selama 2 tahun agar diperoleh hasil optimal.

PELAKSANAAN TEKNIS BUDIDAYA TOMAT
Pengukuran pH tanah diperlukan untuk menentukan jumlah pemberian kapur pertanian pada tanah masam atau pH rendah (di bawah 6,5). Pengukuran bisa menggunakan kertas lakmus, pH meter, atau cairan pH tester. Pengambilan titik sampel bisa dilakukan secara zigzag.

PELAKSANAAN BUDIDAYA TOMAT
Persiapan Lahan Budidaya Tomat
Persiapan lahan budidaya tomat meliputi pembajakan dan penggaruan tanah, Pembuatan bedengan kasar selebar 110-120 cm, tinggi 40-70 cm dan lebar parit 50-70 cm, pemberian kapur pertanian sebanyak 200 kg/rol mulsa PHP (Plastik Hitam Perak) untuk tanah dengan pH di bawah 6,5, pemberian pupuk kandang fermentasi sebanyak 40 ton/ha dan pupuk NPK 15-15-15 sebanyak 150 kg/rol mulsa PHP, kemudian dilakukan pengadukan/pencacakan bedengan agar pupuk yang sudah diberikan bercampur dengan tanah, persiapan selanjutnya pemasangan mulsa PHP, pembuatan lubang tanam dengan jarak tanam ideal untuk musim kemarau 60 cm x 60 cm sedangkan musim penghujan bisa diperlebar 70 cm x 70 cm, kemudian dilakukan pemasangan ajir. Pemasangan ajir dianjurkan dengan sistem ajir tegak supaya kelembaban tanaman tomat terjaga, masing2 ajir dihubungkan gelagar. Agar serangkaian ajir tersebut menjadi kuat, ajir paling pinggir dan setiap 4 ajir dipasang ajir penguat membentuk sudut ± 45°.

Persiapan Pembibitan dan Penanaman Budidaya Tomat
Persiapan pembibitan budidaya tomat membutuhkan rumah atau sungkup pembibitan untuk melindungi bibit muda. Kemudian menyediakan media semai dengan komposisi 20 liter tanah, 10 liter pupuk kandang, dan 150 g NPK halus. Media campuran dimasukkan ke dalam polibag semai. Sebelum melakukan penyemaian benih, sebaiknya benih direndam dalam larutan fungisida sistemik berbahan aktif simokanil atau metalaksil dengan dosis ½ dosis terendah yang dianjurkan pada kemasan selama ± 6 jam, baru kemudian benih disemai di media. Untuk mempercepat perkecambahan benih permukaan media ditutup kain goni (bisa menggunakan mulsa PHP), dijaga dalam keadaan lembab.

Pembukaan penutup permukaan media semai dilakukan apabila benih sudah berkecambah, baru kemudian benih disungkup menggunakan plastik transparan. Pembukaan sungkup dimulai jam 07.00-09.00, dibuka lagi jam 15.00-17.00. Umur 5 hari menjelang tanam sungkup harus dibuka secara penuh untuk penguatan tanaman. Penyiraman jangan terlalu basah, dilakukan setiap pagi. Penyemprotan fungisida berbahan aktif simoksanil dan insektisida berbahan aktif imidakloprid dilakukan umur 10 hss (hari setelah semai) dengan dosis ½ dosis terendah. Bibit berdaun sejati 4 helai siap dipindah tanam ke lahan.

PEMELIHARAAN TANAMAN PADA BUDIDAYA TOMAT
Penyulaman Budidaya Tomat
Penyulaman budidaya tomat dilakukan sampai umur tanaman tomat 2 minggu. Tanaman tomat yang sudah terlalu tua apabila masih terus disulam mengakibatkan pertumbuhan tidak seragam. Berpengaruh terhadap pengendalian hama penyakit.

Perempelan dan Pengikatan Tanaman Pada Budidaya Tomat
Perempelan tunas samping tanaman tomat dilakukan sampai pembentukan cabang, baik cabang utama, cabang kedua, ketiga dan seterusnya di atas cabang utama. Jadi, di atas cabang utama, cabang dipelihara adalah cabang-cabang produktif. Perempelan tunas samping dilakukan pada semua tunas yang keluar di ketiak daun, baik di bawah cabang utama maupun di bawah cabang-cabang produktif. Perempelan tunas di bawah cabang utama bertujuan memacu pertumbuhan vegetatif tanaman agar tanaman tomat tumbuh kekar, disamping itu juga menjaga kelembaban tanaman tomat saat tanaman sudah dewasa, sedangkan perempelan tunas di bawah cabang-cabang produktif bertujuan menjaga kelembaban tanaman tomat dan mengoptimalkan produksi.

Perempelan daun tanaman tomat di bawah cabang utama dilakukan saat tajuk tanaman tomat telah menutupi seluruh daun bagian bawah, saat ini daun sudah tidak berfungsi secara optimal, justru sangat disenangi hama penyakit tanaman. Perempelan daun juga dilakukan bagi daun tua/terserang penyakit.

Sanitasi Lahan dan Pengairan Pada Budidaya Tomat
Sanitasi lahan pada budidaya tomat meliputi : pengendalian gulma/rumput, pengendalian air saat musim hujan sehingga tidak muncul genangan, pemangkasan daun serta pencabutan tanaman tomat terserang hama penyakit.

Pengairan diberikan secara terukur, dengan penggenangan atau pengeleban seminggu sekali jika tidak turun hujan. Penggenangan jangan terlalu tinggi, batas penggenangan hanya 1/3 dari tinggi bedengan.

Pemupukan Susulan Pada Budidaya Tomat
Pupuk akar diberikan dengan cara pengocoran pada umur 15 hst, 25 hst dan 35 hst dengan dosis 3kg NPK 15-15-15 dilarutkan dalam 200lt air, untuk 1000 tanaman, tiap tanaman tomat diberikan 200ml.

Pupuk daun kandungan Nitrogen tinggi diberikan pada umur 7 hst dan 24 hst, sedangkan pupuk daun kandungan Phospat, kalium dan mikro tinggi diberikan umur 20 hst, 30 hst dan 45 hst. Dosis/konsentrasi penyemprotan sesuai petunjuk pada kemasan.

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN TOMAT

HAMA TANAMAN TOMAT
Ulat Tanah
Ulat tanah tanaman tomat adalah Agrotis ipsilon. Hama jenis ini menyerang tanaman tomat di malam hari, sedangkan siang harinya bersembunyi di dalam tanah atau di balik mulsa PHP. Ulat tanah menyerang batang tanaman muda dengan cara memotongnya, sehingga sering dinamakan ulat pemotong. Cara pengendaliannya dengan pemberian insektisida berbahan aktif karbofuran sebanyak 1gram pada lubang tanam.

Ulat Grayak
Ulat grayak tanaman tomat adalah Spodoptera litura. Ulat grayak menyerang daun tanaman tomat bersama-sama dalam jumlah sangat banyak, ulat ini biasanya menyerang di malam hari dengan cara memakan daun dan buah tomat. Gejala pada daun berupa bercak-bercak putih berlubang, sedangkan buahnya ditandai adanya lubang tidak beraturan di setiap permukaan buah. Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Ulat Buah
Ulat buah tanaman tomat adalah Heliotis armigera. Bagian tubuh hama ini diselimuti kutil. Ulat menyerang tanaman tomat dengan cara mengebor buah sambil memakannya sehingga buah terserang berlubang. Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Kutu Daun
Kutu daun tanaman tomat adalah Myzus persiceae. Kutu mengisap cairan tanaman tomat terutama daun muda, kotorannya berasa manis sehingga menggundang semut. Serangan parah menyebabkan daun mengalami klorosis (kuning), menggulung dan mengeriting, akhirnya tanaman tomat menjadi kerdil. Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif abamektin, tiametoksam, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin. Dosis sesuai petunjuk pada kemasan.

Kutu Kebul
Kutu kebul tanaman tomat adalah Bemisia tabaci. Hama berwarna putih, bersayap dan tubuhnya diselimuti serbuk putih seperti lilin. Kutu kebul menyerang dan menghisap cairan sel daun tanaman tomat sehingga sel-sel dan jaringan daun rusak. Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif abamektin, tiametoksam, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin. Dosis sesuai petunjuk pada kemasan.

Lalat Buah
Lalat buah tanaman tomat adalah Dacus dorsalis. Lalat betina dewasa menyerang buah tomat dengan cara menyuntikkan telurnya ke dalam buah tomat, kemudian telur berubah menjadi larva, telur-telur ini akhirnya menggerogoti buah tomat sehingga buah tomat menjadi busuk. Pengendalian lalat buah dapat menggunakan perangkap lalat (sexpheromone), caranya : metil eugenol dimasukkan botol aqua yang diikatkan pada bambu dengan posisi horisontal, atau dapat pula menggunakan buah-buahan yang aromanya disukai lalat (misal nangka, timun) kemudian dicampur insektisida berbahan aktif metomil. Selain itu, dapat dilakukan penyemprotan menggunakan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo. Dosis sesuai petunjuk pada kemasan.

Nematoda
Nematoda tanaman tomat adalah Meloidogyne incognita. Serangan nematoda ditandai adanya bintil-bintil pada akar. Nematoda merupakan cacing tanah berukuran sangat kecil, hama ini merupakan cacing parasit penyerang bagian akar tanaman tomat. Bekas gigitan cacing akhirnya menyebabkan serangan sekunder, seperti layu bakteri, layu fusarium, busuk phytopthora atau cendawan lain penyerang akar. Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif karbofuran sebanyak 1gram pada lubang tanam.

PENYAKIT TANAMAN TOMAT
Rebah Semai
Rebah semai tanaman tomat adalah Pythium debarianum. Rebah semai biasa menyerang tanaman tomat pada fase pembibitan dan tanaman muda setelah pindah tanam. Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida sistemik berbahan aktif propamokarb hidroklorida, simoksanil, kasugamisin, asam fosfit, atau dimetomorf. Dosis ½ dosis terendah yang tertera pada kemasan.

Layu Bakteri
Bakteri penyebab layu tanaman tomat adalah Pseudomonas sp. Penyakit ini sering menggagalkan tanaman, tanaman tomat terserang mengalami kelayuan daun, diawali dari daun-daun muda. Upaya pengendalian antara lain dengan meningkatkan pH tanah, memusnahkan tanaman tomat terserang, melakukan penggiliran tanaman serta penyemprotan kimiawi menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik dengan bahan aktif kasugamisin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau oksitetrasiklin. Dosis/konsentrasi sesuai pada kemasan. Sebagai pencegahan, secara biologi berikan trichoderma pada saat persiapan lahan, umur 20hst dan 35 hst dilakukan pengocoran menggunakan pestisida organik pada tanah, contoh super glio, wonderfat. dengan dosis sesuai anjuran pada kemasan.

Layu Fusarium
Cendawan penyebab layu tanaman tomat adalah Fusarium oxysporum. Tanaman tomat terserang mengalami kelayuan dimulai daun-daun tua, kemudian menyebar ke daun-daun muda dan menguning. Upaya pengendaliannya dengan meningkatkan pH tanah, memusnahkan tanaman tomat terserang, melakukan penggiliran tanaman serta penyemprotan secara kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif benomil, metalaksil atau propamokarb hidroklorida. Dosis/konsentrasi sesuai pada kemasan. Sebagai pencegahan, secara biologi berikan trichoderma pada saat persiapan lahan, umur 20hst dan 35 hst dilakukan pengocoran dengan pestisida organik pada tanah, contoh super glio, wonderfat. dengan dosis sesuai anjuran pada kemasan.

Busuk Phytopthora
Penyakit busuk tanaman tomat adalah Phytopthora infestans. Penyakit ini dapat menggagalkan budidaya tomat karena menyerang semua bagian tanaman. Batang terserang ditandai bercak coklat kehitaman dan kebasah-basahan. Serangan serius menyebabkan tanaman tomat layu. Daun tomat terserang seperti tersiram air panas. Buah terserang ditandai bercak kebasah-basahan yang menjadi coklat kehitaman dan lunak. Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah metalaksil, propamokarb hidrokloroda, simoksanil atau dimetomorf dan fungisida kontak, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah tembaga, mankozeb, propineb, ziram, atau tiram. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Bercak Bakteri
Bercak bakteri tanaman tomat adalah bakteri Xanthomonas vesicatoria, berkembang pesat terutama pada musim hujan. Serangan ditandai adanya bercak berwarna gelap mengkilap. Pengendalian kimiawi menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik dengan bahan aktif kasugamisin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau oksitetrasiklin, atau dari golongan anorganik seperti tembaga. Dosis/konsentrasi sesuai pada kemasan.

Bercak Daun Septoria
Penyakit ini disebabkan oleh serangan cendawan Septoria lycopersici. Cendawan menyerang semua fase pertumbuhan. Gejala serangan berupa bercak-bercak berwarna coklat yang akhirnya berubah keabu-abuan pada permukaan daun bagian bawah, tepi daun berwarna hitam. Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah benomil, metil tiofanat, karbendazim, difenokonazol, atau tebukonazol, dan fungisida kontak berbahan aktif klorotalonil, azoksistrobin, atau mankozeb. Dosis/konsentrasi sesuai pada kemasan.

Lunak Bakteri
Penyakit ini disebabkan oleh serangan bakteri Erwinia carotovora. Serangan pada daun ditandai adanya bercak berair disertai perubahan warna daun menjadi kecoklatan, terutama daun segar, serangan pada batang menyebabkan tanaman tomat roboh. Pengendalian kimiawi menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik dengan bahan aktif kasugamisin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau oksitetrasiklin, atau dari golongan anorganik seperti tembaga. Dosis/konsentrasi sesuai pada kemasan.

Virus
Virus merupakan penyakit yang paling banyak menggagalkan budidaya tomat. Virus tanaman tomat diantaranya ToMV, PVX, TMV dan CMV. Virus merupakan penyakit yang sangat berpotensi menimbulkan kegagalan terutama pada musim kemarau. Gejala serangan umumnya ditandai pertumbuhan tanaman tomat mengerdil, daun mengeriting dan terdapat bercak kuning kebasah-basahan. Penyakit virus sampai saat ini belum ditemukan penangkalnya. Penyakit virus ditularkan dari satu tanaman ke tanaman lain melalui vektor atau penular. Beberapa hama yang sangat berpotensi menjadi penular virus diantaranya thrips, kutu daun, kutu kebul, dan tungau. Manusia dapat juga berperan sebagai penular virus, baik melalui alat-alat pertanian maupun tangan terutama saat perempelan.

Beberapa upaya penanganan virus antara lain : membersihkan gulma (gulma berpotensi menjadi inang virus), mengendalikan hama/serangga penular virus, memusnahkan tanaman tomat terserang virus, kebersihan alat dan memberi pemahaman kepada tenaga kerja agar tidak ceroboh saat melakukan penanganan terhadap tanaman tomat.

Strategi Pengendalian Hama dan Penyakit Pada Budidaya Tomat
Pengendalian hama ulat tanah dan nematoda dilakukan secara bersamaan cukup satu kali pemberian insektisida, yaitu 1gram per lubang tanam.

Pengendalian hama ulat grayak, ulat buah, kutu daun, kutu kebul, lalat buah dan penyakit menggunakan pestisida harus dilakukan berseling atau penggantian bahan aktif yang tertera di atas setiap melakukan penyemprotan (jangan menggunakan bahan aktif yang sama secara berturut-turut).

PANEN
Tomat tipe determinite dapat dipanen pada umur 65 hst dan tipe indeterminate umur 75 hst. Buah 25% masak siap untuk dipanen.

Cara Menanam sistem Aeroponik


A. Latar Belakang

Aeroponik merupakan suatu cara bercocok tanam sayuran diudara tanpa penggunaan tanah, nutrisi disemprotkan pada akar tanaman, air yang berisi larutan hara disemburkan dalam bentuk kabut hingga mengenai akar tanaman. Akar tanaman yang ditanam menggantung akan menyerap larutan hara tersebut. Air dan nutrisi disemprotkan menggunakan irigasi sprinkler.

Sayuran hasil budidaya dengan sistem aeroponik terbukti mempunyai kualitas yang baik, higienis, sehat, segar, renyah, beraroma, dan disertai citarasa yang tinggi. Sayuran aeroponik dapat mengisi peluang kebutuhan tingkat masyarakat menengah ke atas. Oleh karena itu, sistem aeroponik mulai banyak dikembangkan di Indonesia.
Aeroponik berasal dari kata aero yang berarti udara dan ponus yang berarti daya. Jadi aeroponik adalah memberdayakan udara. Sebenarnya aeroponik merupakan suatu tipe hidroponik (memberdayaakan air) karena air yang berisi larutan hara disemburkan dalam bentuk kabut hingga mengenai akar tanaman. Akar tanaman yang ditanam menggantung akan menyerap larutan hara tersebut.

B. Manfaat


Sistem aeroponik dapat memberikan manfaat bagi petani yang tidak mempunyai lahan, karena aeroponik tidak membutuhkan tanah, tetapi media tanam yang berupa Styrofoam yang akarnya menggantung di udara. Sehingga bisa dijadikan sebagai lahan di pekarangan rumah.

Prinsip dari aeroponik adalah sebagai berikut: Helaian Styrofoam diberi lubang-lubang tanam dengan jarak 15 cm. dengan menggunakan ganjal busa atau rockwool, anak semai sayuran ditancapkan pada lubang tanam tersebut. Akar tanaman akan menjuntai bebas ke bawah. Di bawah helaian Styrofoam, terdapat sprinkler (pengabut) yang memancarkan kabut larutan hara ke atas hingga mengenai akar.

Salah satu kunci keunggulan budidaya aeroponik ialah oksigenasi dari tiap butiran kabut halus larutan hara yang sampai ke akar. Selama perjalanan dari lubang sprinkler hingga sampai ke akar, butiran akan menambat oksigen dari udara hingga kadar oksigen terlarut dalam butiran meningkat. Dengan demikian proses respirasi pada akar dapat berlangsung lancar dan menghasilkan banyak energi. Selain itu dengan pengelolaan yang terampil, produksi dengan sistem aeroponik dapat memenuhi kualitas, kuantitas dan kontinuitas.

C. Cara Kerja

  
Penggunaan sprinkler dapat menjamin ketepatan waktu penyiraman, jumlah air dan keseragaman distribusi air di permukaan tanah secara terus-menerus selama produksi tanaman dengan masukan tenaga kerja rendah. Cara tersebut dapat menciptakan uap air di udara sekeliling tanaman serta memberikan lapisan air pada akar, sehingga menurunkan suhu sekitar daun dan mengurangi evapotranspirasi.


Sistem pancaran atau pengabutan dapat diatur secara intermittend, nyala-mati (on-off) bergantian menggunakan timer, asal lama mati (off) tidak lebih dari 15 menit karena di khawatirkan tanaman akan layu. Bila pompa dimatikan, butiran larutan yang melekat pada akar dapat selama 15 – 20 menit. Pancaran atau pengabutan juga dapat hanya diberikan pada siang hari saja. Namun, cara ini kurang dianjurkan karena kesempatan pemberian nutrisi pada tanaman menyusut.

D. Alat dan Bahan

Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut :
1. Jaringan Irigasi Sprinkler
2. Jet Pump (pompa air)
3. Nozzle Sprinkler
4. Pipa Paralon/PVC
5. Pipa Etilen
6. Rokcwool
7. Styrofoam
8. Larutan Nutrisi
9. Bibit Tanaman



Keuntungan dari Sistem aeroponik
Dalam kebanyakan situasi, pro kontra jauh lebih besar daripada ketika individu menggunakan jenis proses budidaya tanaman.
Pro
Menggunakan, tertutup tanah-kurang lingkungan sangat mengurangi (atau menghilangkan dengan total tertutup sistem) ancaman terhadap tanaman seperti penyakit dan hama.
Teknik aeroponik membantu lingkungan dengan menghemat air, mengurangi jumlah tenaga kerja manusia yang terlibat, dan biasanya 100% aman.
Karena akar ditunda di udara, tanaman menerima lebih banyak udara. Sebuah pengaturan yang cermat sistem suspensiharus digunakan, meskipun, sebagai akar kebutuhan untuk menggantung bebas dan datang dalam kontak dengan apa-apa kecuali udara.
Tanaman di lingkungan yang kaya oksigen dapat dipertahankan melalui jatuh tempo dengan sebagai sedikit sebagai mikro-tetesan air diperkaya nutrisi.
Oksigen tambahan yang tanaman menerima dan fakta bahwa tanaman individu jauh lebih mengganggu pada setiap lanjutan lainnya (secara fisik) meringankan pertumbuhan patogen berbahaya.
Karena tanaman dalam jenis setup menerima sinar matahari tidak ada, mereka memanfaatkan karbon-dioksida yang kaya oksigen di udara untuk melakukan fotosintesis.
Selain karbon-dioksida, biasanya direkomendasikan bahwa sumber cahaya buatan, seperti sistem yang rendah-energi lampu, akan digunakan untuk melengkapi fotosintesis.
Berbagai Jenis Sistem aeroponik
Ada beberapa variasi sistem Aeroponik yang utama yang rendah tekanantekanan tinggi, dan lebih besar-besaran yang komersial.
Sistem tekanan rendah yang cukup mudah untuk setup dan memelihara, tetapi umumnya yang paling tidak efektif. Mereka menggunakan air waduk nutrisi-diinfus dan pompa kecil / jet untuk memberikan nutrisi ke tanaman. Upaya untuk mempertahankan mereka, meskipun, dan patogen berbahaya dan puing-puing yang cenderung untuk mengumpulkan di waduk cenderung membuat sistem ini terjangkau untuk semua tapi sangat kecil skala sistem atau demonstrasi.
Tekanan tinggi aeroponik menggunakan pompa tekanan tinggi yang menyemprotkan larutan nutrisi yang kaya ke akar. Sistem ini juga disusun untuk menyertakan perangkat pemurnian udara / air, polimer khusus, dan metode sterilisasi hara; ini biasanya metode yang jauh lebih berkesinambungan tanaman yang tumbuh baik untuk keluarga atau untuk tujuan komersial.
Sistem komersial menggunakan pompa tekanan tinggi, tetapi juga menggunakan sistem yang lebih kompleks dari matriks biologis. Hal ini biasanya terdiri dari pompa bertekanan teknologi, sistem anti-pathogen/disease, pemanasan dan pendinginan aparat, foton-fluks lampu, dan proses otomatis dan terus menerus dan perangkat lainnya.

Source: http://WEB-INF.prmob.net/views/ltr/article.jspx

Cara Menanam dan Budidaya Jambu Mete


JAMBU METE
Anacardium occidentale L. )
1. SEJARAH SINGKAT
Jambu mete merupakan tanamnan buah berupa pohon yang berasal dari Brasil Tenggara. Tanaman ini dibawa oleh pelaut Portugis ke India 425 tahun yang lalu, kemudian menyebar ke daerah tropis dan subtropis lainnya seperti Bahana, Senegal, Kenya, Madagaskar, Mozambik, Srilangka, Thailand, Malaysia, Filipina, dan Indonesia. Di antara sekian banyak negara produsen, Brasil, Kenya, dan India merupakan negara pemasok utama jambu mete dunia. Jambu mete tersebar di seluruh Nusantara dengan nama berbeda-beda (di Sumatera Barat: jambu erang/jambu monye, di Lampung dijuluki gayu, di daerah Jawa Barat dijuluki jambu mede, di Jawa Tengah dan Jawa Timur diberi nama jambu monyet, di Bali jambu jipang atau jambu dwipa, dan di Sulawesi Utara disebut buah yaki.
2. JENIS TANAMAN
Jambu mete mempunyai puluhan varietas, di antaranya ada yang berkulit putih, merah, merah muda, kuning, hijau kekuningan dan hijau.
3. MANFAAT TANAMAN
Tanaman jambu mete merupakan komoditi ekspor yang banyak manfaatnya, mulai dari akar, batang, daun, dan buahnya. Selain itu juga biji mete (kacang mete) dapat digoreng untuk makanan bergizi tinggi. Buah mete semu dapat diolah menjadi beberapa bentuk olahan seperti sari buah mete, anggur mete, manisan kering, selai mete, buah kalengan, dan jem jambu mete. Kulit kayu jambu mete mengandung cairan berwarna coklat. Apabila terkena udara, cairan tersebut berubah menjadi hitam. Cairan ini dapat digunakan untuk bahan tinta, bahan pencelup, atau bahan pewarna. Selain itu, kulit batang pohon jambu mete juga berkhasiat sebagai obat kumur atau obat sariawan. Batang pohon mete menghasilkan gum atau blendok untuk bahan perekat buku. Selain daya rekatnya baik, gum juga berfungsi sebagai anti gengat yang sering menggerogoti buku. Akar jambu mete berkhasiat sebagai pencuci perut. Daun Jambu mete yang masih muda dimanfaatkan sebagai lalap, terutama di daerah Jawa Barat. Daun yang tua dapat digunakan untuk obat luka bakar.
4. SENTRA PENANAMAN
Tanaman jambu mete banyak tumbuh di Jawa Tengah (Jepara, Wonogiri), Jawa Timur (Bangkalan, Sampang, Sumenep, Pasuruan, dan Ponorogo), dan di Yogyakarta (Gunung Kidul, Bantul, dan Sleman). Di luar Pulau Jawa, Jambu mete banyak ditanam di Bali (Karangasem), Sulawesi Selatan (Kepulauan Pangkajene, Sidenreng, Soppeng, Wajo, Maros, Sinjai, Bone, dan Barru), Sulawesi Tenggara (Muna). dan NTB (Sumbawa Besar, Dompu, dan Bima).
5. SYARAT TUMBUH
5.1. Iklim
  1. Tanaman jambu mete sangat menyukai sinar matahari. Apabila tanaman jambu mete kekurangan sinar matahari, maka produktivitasnya akan menurun atau tidak akan berbuah bila dinaungi tanaman lain.
  2. Suhu harian di sentra penghasil jambu mete minimun antara 15-25°C dan maksimun antara 25-35°C. Tanaman ini akan tumbuh baik dan produktif bila ditanam pada suhu harian rata-rata 27°C.
  3. Jambu mete paling cocok dibudidayakan di daerah-daerah dengan kelembaban nisbi antara 70-80%. Akan tetapi tanaman jambu mete masih dapat bertoleransi pada tingkat kelembaban 60-70%.
  4. Angin kurang berperan dalam proses penyerbukan putik tanaman jambu mete. Dalam penyerbukan bunga jambu mete, yang lebih berperan adalah serangga karena serbuk sari jambu mete pekat dan berbau sangat harum.
  5. Daerah yang paling sesuai untuk budi daya jambu mete ialah di daerah yang mempunyai jumlah curah hujan antara 1.000-2.000 mm/tahun dengan 4-6 bulan kering (<60 mm).
5.2. Media Tanam
  1. Jenis tanah paling cocok untuk pertanaman jambu mete adalah tanah berpasir, tanah lempung berpasir, dan tanah ringan berpasir.
  2. Jambu mete paling cocok ditanam pada tanah dengan pH antara 6,3 - 7,3, tetapi masih sesuai pada pH antara 5,5 - 6,3.
5.3. Ketinggian Tempat
Di Indonesia tanaman jambu mete dapat tumbuh di ketinggian tempat 1-1.200 m dpl. Batas optimum ketinggian tempat hanya sampai 700 m dpl, kecuali untuk tujuan rehabilitasi tanah kritis.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
Budidaya jambu mete dapat diperbanyak secara generatif melalui biji dan secara vegetatif dengan cara pencangkokan, okulasi, dan penyambungan. Biji yang akan ditanam harus berasal dari pohon induk pilihan. Cara penanganan biji mete untuk benih adalah :
  1. Buah mete/calon bibit dipanen pada pertengahan musim panen.
  2. Buah mete tersebut harus sudah matang dan tidak cacat.
  3. Biji mete segera dikeluarkan dari buah semu lalu dicuci bersih, kemudian disortir.
  4. Biji mete dijemur sampai kadar air 8-10%.
  5. Bila dikemas dalam kantong plastik, aliran udara di ruang penyimpanan harus lancar dengan suhu antara 25-30 derajat C dan kelembaban: 70 -80%.
  6. Lama penyimpanan bibit ± 6 bulan, paling lama 8 bulan.
  7. Sebelum ditanam, benih (biji mete) harus disemai dahulu.
6.2. Pengolahan Media Tanam
1) Persiapan
Sebelum ditanami lahan harus dibersihkan dahulu, pH harus 4-6, tanah tanaman jambu mete sangat toleran terhadap lingkungan yang kering ataupun lembab, juga terhadap tanah yang kurang subur. Daerah dengan tanah liat pun jambu mete dapat tetap bisa hidup dan berproduksi dengan baik. saat tanam jambu mete adalah awal musim hujan, pengolahan tanah sudah dimulai di musim kemarau.
2) Pembukaan lahan
Lahan yang akan ditanami jambu mete harus terbuka atau terkena sinar matahari dan disiapkan sebaik-baiknya.Tanah dibajak/dicangkul sebelum musim hujan. Batang-batang pohon disingkirkan dan dibakar, untuk tanah yang pembuangan airnya kurang baik dibuatkan parit-parit drainase.
3) Pemupukan
Pemberian pupuk kandang dimulai sejak sebelum penanaman. Sebaiknya disaat tanaman masih kecil, pemupukan dengan pupuk kandang itu diulangi barang dua kali setahun. Caranya dengan menggali lubang sekitar batang, sedikit diluar lingkaran daun. pupuk atau kompos dimasukkan kedalam lubang galian itu. Pemupukan berikutnya dilakukan dengan menggali lubang, diluar lubang sebelumnya. Pemberian pupuk kandang dan kompos, kecuali dimaksudkan untuk memperbaiki keadaan fisik tanah.
6.3. Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola dan Jarak Tanam
Pada budi daya monokultur jarak tanam dianjurkan 12 x 12 m. Maka dalam setiap satu ha lahan jumlah total tanaman yang dibutuhkan sebanyak 69 batang. Jarak tanam dapat dibuat dengan ukuran 6 X 6 m sehingga jumlah total tanaman yang dibutuhkan adalah 276 batang/ha. Kerapatan tanaman kemudian dijarangkan pada umur 6-10 tahun. Untuk efisiensi lahan, dapat diterapkan budidaya polikultur. Beberapa jenis tanaman bernilai ekonomis dapat dimanfaatkan sebagai tanaman sela. Sebagai contoh adalah tanaman palawija, rumput setaria, dan jambu mete. Bibit jambu mete yang berasal dari pencangkokan dapat ditanam dengan jarak 5 x 5 m, bila jarak tanam jambu mete 10 x 10 m. Kedua bentuk ini hanya dapat diterapkan di lahan datar. Di lahan miring harus disesuaikan dengan garis kontur.
2) Pembuatan Lubang Tanam
Cara membuat lubang tanam:
  1. Tanah digali dengan ukuran : 30 x 30 x 30 cm. Bila jenis tanahnya sangat liat, ukuran lubang tanam dibuat: 50 x 50 x 50 cm. Bila di lubang tanam terdapat lapisan cadas, harus ditembus, agar akar dapat tumbuh sempurna dan terhindar dari genangan air.
  2. Pada waktu penggalian lubang, lapisan tanah bagian atas dipisahkan ke arah Utara dan Selatan serta lapisan bawah ke arah Timur dan Barat.
  3. Lubang tanam dibiarkan terbuka ± 4 minggu. Pada waktu penutupan lubang, tanah lapisan bawah dikembalikan ke tempat semula, disusul lapisan atas yang telah bercampur dengan pupuk kandang ± 1 pikul.
  4. Di lubang tanam yang telah ditimbun dibuat ajir agar lubang tanam mudah ditemukan kembali.
3) Cara Penanaman
Penanaman dapat dilakukan 4–6 minggu setelah lubang tanam disiapkan. Untuk mengurangi keasaman tanah, pembuatan lubang tanam sebaiknya dilakukan pada musim kemarau.Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
  1. Bibit yang akan ditanam dilepas dari polybag. Tanah yang melekat pada akar dijaga jangan sampai berantakan agar perakaran bibit tidak rusak.
  2. Penanaman dilakukan sampai sebatas leher akar atau sama dalamnya seperti sewaktu masih dalam persemaian. Bila menggunakan bibit dari okulasi dan
    sambung, diusahakan akar tunggangnya tetap lurus. Letak akar cabang diusahakan tersebar kesegala arah. Ujung-ujungnya yang patah/rusak sebaiknya dipotong.
  3. Tanah disekitar batang dipadatkan dan diratakan agar tidak dapat terdapat rongga-rongga udara diantara akar dan tidak terjadi genangan air. Tanaman perlu diberi penyangga dari bambu agar dapat tumbuh tegak.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
1) Penyiraman
Bibit yang baru ditanam memerlukan banyak air. Oleh karena itu tanaman perlu disiram pada pagi dan sore hari. Penyiraman dilakukan secukupnya dan air siraman jangan sampai menggenangi tanaman.
2) Penyulaman
Penyulaman dilakukan setalah tanaman berumur 2-3 tahun. Apabila tanaman berumur =3 tahun maka pertumbuhan tanaman sulaman umumnya kurang baik atau akan terhambat.
3) Penyiangan dan Penggemburan
Bibit jambu mete mulai berdaun dan bertunas setelah 2-3 bulan ditanam. Pembasmian gulma sebaiknya dilakukan sekali dalam 45 hari. Tanah yang disiram setiap hari tentu semakin padat dan udara di dalamnya semakin sedikit. Akibatnya, akar tanaman tidak leluasa menyerap unsur hara. Untuk itu tanah di sekitar tanaman perlu digemburkan.
4) Pemupukan
Tanaman jambu mete dipupuk dengan pupuk kandang, kompos, atau pupuk buatan. Pemberian pupuk kandang/ kompos dilakukan dengan cara menggali parit melingkar, di luar tajuk sebanyak ± 2 blek minyak tanah (.... 20 kg). Pupuk dituangkan ke dalam parit dan ditutup dengan tanah. Pemupukan berikutnya dilakukan dengan pupuk buatan.
5) Pemangkasan Cara pemangkasan tanaman jambu mete dilakukan sebagai berikut:
  1. Tunas-tunas samping pada bibit terus-menerus dipangkas sampai tinggi cabang mencapai 1 - 1,5 m dari tanah.
  2. Pilih 3 - 5 cabang sehat dan baik posisinya terhadap batang pokok .
  3. Pemangkasan ini dilakukan sebelum tanaman berbunga. Pemangkasan untuk pemeliharaan dilakukan setelah tanaman berbuah.
6) Penjarangan
Penjarangan dilakukan bertahap pada saat tajuk tanaman saling menutupi. Apabila jarak tanaman 6 x 6 m dan ditanam secara monokultur maka tajuk tanaman diperkirakan sudah bersentuhan pada tahun 6 - 10 tahun. Pada saat itu penjarangan mulai dilakukan.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
Hama yang sering menyerang tanaman jambu mete adalah hama pengisap daun, nyamuk daun, penggerek daun, penggulung daun, ulat kipat, ulat hijau, dan ulat perusak bunga. Insektisida yang dianjurkan antara lain: Tamaron, Folidol, Lamnate, Basudin dan Dimecron dengan dosis 2cc atau 2 gram/liter air.
  1. Ulat kipat (Cricula trisfenestrata Helf)
    • Pada tanaman terlihat kepompong bergelantungan. Ulat berwarna hitam bercak-bercak putih, kepala dan ekor warna merah nyala, seluruh tubuhnya ditumbuhi.rambut putih. Telurnya berwarna putih, oval. Fase pupa berlangsung 4 minggu, fase kepompong 3-5 minggu.
    • Gejala: daun-daun tidak utuh dan terdapat bekas gigitan; pada serangan yang hebat, daun dapat habis sama sekali, tetapi tanaman tidak mati; tanaman tidak akan menghasilkan buah, dan baru pulih setelah 18 bulan.
    • Pengendalian: dengan menyemprotkan insektisida Symbush 50 EC atau Pumicidin dengan dosis 1,0 - 1,5 ml/liter air.
  2. Helopeltis sp.
    • Tubuh imago berwarna hitam, kecuali abdomen bagian belakang sebelah bawah berwarna putih.
    • Gejala: pada tunas-tunas daun muda, tangkai daun terdapat bercak-bercak hitam tidak merata; daun dan ranting segera mengering dan diikuti dengan gugurnya daun.
    • Pengendalian:
      • ) melalui teknik bercocok tanam, misalnya dengan mengurangi tanaman inang atau tanaman peneduh;
      • ) dengan insektisida Agroline dengan dosis 0,2 % atau Thiodan dengan dosis 0,02 %.
  3. Ulat penggerek batang (Plocaederus feeeugineus L)
    • Gejala: mula-mula daun berubah warna menjadi kuning; lama-kelamaan daun akan gugur/rontok dan tanaman dapat mati.
    • Pengendalian:
      • ) dengan menangkap ulat penggerek tersebut;
      • ) dengan mengolesi sekitar permukaan batang/akar dengan larutan BMC 1-2% (20 gram/liter air).
  4. Hama penggerek buah dan biji (Nephoteryx sp.)
    • Gejala: buah muda yang diserang hama ini akan berjatuhan dan kering, sedang buah tua isinya belum penuh.
    • Pengendalian: belum didapatkan cara yang tepat, sebab larva instar yang jatuh terakhir dan menjadi pupa di tanah, maka hama dapat diberantas secara mekanis atau kimiawi, yaitu dengan menggunakan Karbaril 0,15%.
7.2. Penyakit
Penyakit yang sering menyerang adalah penyakit busuk batang dan akar, penyakit bunga dan putik, dan Antracnossis. Penyakit ini dapat dibasmi dengan Fungisida Zinc Carmamate, Captacol dan Theophanatea.
  1. Penyakit layu
    • Penyakit ini muncul bila tempat pembibitan terlalu lembab dan jenuh air.
    • Penyebab: jamur Phytophthora palmivora, Fusarium sp. dan Phytium sp.
    • Gejala: bila tanaman tiba-tiba menjadi layu.
    • Pengendalian:
      • dengan memperbaiki lingkungan pembibitan, seperti memperdalam parit pembuangan air dan mengurangi naungan yang terlalu rapat;
      • dengan penyemprotan Dithane M 45 secara teratur dan terencana.
  2. Daun layu dan kering
    • Penyebab: bakteri Phytophthora solanacearum.
    • Gejala: secara mencolok daun-daun berubah warna dari hijau menjadi kuning lalu gugur; beberapa cabang meranggas dan tanaman akhirnya mati; jaringan kayu pada batang yang terserang di bawah kulit berwarna hitam atau biru tua dan berbau busuk.
    • Pengendalian: tanaman yang terserang penyakit ini harus dibongkar sampai ke akar-akarnya supaya penyakit tidak menular ke tanaman lain; pencegahan harus secara terpadu; bibit dan alat-alat pertanian harus bebas dari kontaminasi bakteri dan karantina tanaman dilakukan secara konsekuen.
  3. Bunga dan buah busuk
    • Penyebab: Colletrichum sp., Botryodiplodia sp., Pestalotiopsis sp. --> Gejala: kulit buah hitam dan busuk.
    • Penyebab: Pestalotiopsis sp, Colletrichum sp, Pestalotiopsis sp., Botryodiplodia sp., Fusarium sp. --> Gejala: permukaan kulit buah & kulit biji, kering kecoklatan & pecah-pecah, bunga & tangkainya busuk.
    • Penyebab : Botryodiplodia sp. , Fusarium sp., Pestalotiopsis sp. -- > Gejala: kulit biji busuk dan hitam.
    • Pengendalian:
      • perlu dilakukan secara terpadu;
      • untuk memberantas jamur parasit ini beberapa fungisida yang efektif adalah Dithane M-45, Delsene MX 200, Difolan 4F, Cobox, dan Cuproxy Chloride.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Ciri-ciri buah jambu mete yang sudah tua adalah sebagai berikut:
  1. Warna kulit buah semu menjadi kuning, oranye, atau merah tergantung pada jenisnya.
  2. Ukuran buah semu lebih besar dari buah sejati.
  3. Tekstur daging semu lunak, rasanya asam agak manis, berair, dan aroma buahnya mirip aroma stroberi.
  4. Warna kulit bijinya menjadi putih keabu-abuan dan mengilat. Ketepatan masa panen dan penanganan buah mete selama masa pemanenan merupakan faktor penting. Tanaman jambu mete dapat dipanen untuk pertama kali pada umur 3-4 tahun. Buah mete biasanya telah dapat dipetik pada umur 60-70 hari sejak munculnya bunga. Masa panen berlangsung selama 4 bulan, yaitu pada bulan November sampai bulan Februari tahun berikutnya. Agar mutu gelondong/kacang mete baik, buah yang dipetik harus telah tua.
8.2. Cara Panen
Sampai saat ini ada dua cara panen yang lazim dilakukan di berbagai sentra jambu mete di dunia, yaitu cara lelesan dan cara selektif.
a) Cara lelesan
Dilakukan dengan membiarkan buah jambu mete yang telah tua tetap di pohon dan jatuh sendiri atau para petani menggoyang-goyangkan pohon agar buah yang tua berjatuhan.
b) Cara selektif
Dilakukan secara selektif (buah langsung dipilih dan dipetik dari pohon). Apabila buah tidak memungkinkan dipetik secara langsung, pemanenan dapat dibantu dengan galah dan tangga berkaki tiga.
8.3. Prakiraan Produksi
Banyaknya hasil panen tergantung dari umur tanam. Jambu mete yang berumur 3-4 tahun dapat menghasilkan gelondong kering 2-3 kg/pohon. Hasil ini meningkat menjadi 15-20 kg/pohon pada umur 20-30 tahun. Tanaman jambu mete sebenarnya masih dapat berproduksi sampai umur 50 tahun, tetapi masa paling produktifnya adalah pada umur 25-30 tahun.
9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan
Mutu kacang mete di pasaran cukup bervariasi. Variasi mutu kacang mete tersebut antara lain dipengaruhi oleh varietas tanaman jambu mete yang berbeda dan perlakuan serta pengawasan selama proses pengolahan berlangsung. Banyaknya varietas tanaman jambu mete yang ditanam oleh para petani indonesia menyebabkan mutu mete yang dihasilkan sangat beragam baik mengenai ukuran gelondong, warna, rasa, maupun rendamen kacang metenya.
9.2. Pengolahan Gelondong Mete
Pengolahan gelondong mete dapat dilakukan melalui tahapan berikut ini:
  1. Pemisahan gelondong dengan buah semu
  2. Pencucian
  3. Sortasi dan pengelasan mutu
  4. Pengeringan
  5. Penyimpanan
9.3. Pengolahan Kacang Mete
Urutan pengolahan kacang mete adalah:
  1. Pelembaban gelondong mete
  2. Penyangraian gelondong mete
  3. Pengupasan kulit gelondong mete
  4. Pelepasan kulit ari
  5. Sortasi dan pengelasan mutu
  6. Pengemasan
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
10.1. Analisis Usaha Budidaya …
10.2. Gambaran Peluang Agribisnis Jambu mete mulai berbuah pada umur ± 5 tahun. Panen setiap tahun, hasilnya meningkat mulai umur 8 - 10 tahun. Setelah itu berbuah lebat hingga lebih dari 20 tahun. Dengan menanam jambu mete, disamping menjaga kelestarian tanah dan air, setiap hektar akan diperoleh 100 pohon x 5 kg/pohon x Rp. 500,- = Rp. 250.000,-( tahun 1988)
11. STANDAR PRODUKSI
11.1. Ruang Lingkup
Mutu kacang mete dinilai dari bentuk, ukuran biji, bobot biji dan warna. Selain itu juga faktor rasa, bau, dan tekstur ikut mem-pengaruhi mutu kacang mete, terutama dalam hubungannya dengan penerimaan konsumen. Rasa kacang mete dipengaruhi oleh faktor intrinsik alami, varietas tanaman dan faktor ekstrinsik seperti tumbuhnya jamur pada kacang dan proses pengolahannya.
11.2. Diskripsi
Biji Mete kupas (Cashew Kernels) adalah biji dari buah tanaman jambu mete yang telah dikupas kulitnya dan telah dikeringkan. Standar mutu kacang mete di Indonesia tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI 01-2906-1992.
11.3. Klasifikasi dan Standar Mutu
Jenis/kelas mutu kacang mete terbagi menjadi 4 kelas (I, II, III dan IV). Adapun standar atau syarat mutu kacang mete dilihat dari:
  1. Kulit ari
  2. Biji terkena CNSL
  3. Serangga
  4. Biji berulat
  5. Biji busuk
  6. Biji bercendawan/jamur
  7. Benda-benda asing
  8. Warna (Kelas I: ke-putih-putihan)
  9. Bobot maksimum dalam gram/biji: I = 5 gram/biji; II = 5 gram/biji; III = 10 gram/biji.
  10. Kadar air dalam maksimum %: I = 16%; II = 15% ; III = 15%.
  11. Keutuhan biji mete ( utuh, belah, pecah, tidak termasuk biji utuh)
11.4. Pengambilan Contoh
Contoh diambil secara acak sebanyak akar pangkat dua dari jumlah peti/karton dengan maksimum 30 peti/karton dari tiap partai barang, kemudian tiap peti/karton diambil contoh kurang lebih 500 gram Contoh-contoh tersebut diaduk/dicampur sehingga merata, kemudian dibagi empat dan dua bagian diambil secara diagonal. Cara ini dilakukan beberapa kali sampai mencapai contoh seberat 1000 gram Contoh kemudian disegel dan diberi label.
11.5. Pengemasan
Pengemasan tidak dapat meningkatkan atau memperbaiki mutu, tetapi hanya mempertahankan atau melindungi mutu produk yang dikemas. Oleh karena itu hanya produk yang baik yang perlu dikemas. Produk yang rusak atau busuk yang ada dalam kemasan akan menjadi kontaminasi dan infeksi bagi produk yang masih sehat. Akibatnya produk tidak akan laku di pasaran. Kacang mete yang diekspor biasanya dalam bentuk mentah dengan kadar air antara 4-6%, yang dikemas dalam kaleng hampa udara dan diisi dengan karbondioksida. Kaleng kemasan yang digunakan sama dengan kaleng minyak tanah atau minyak goreng, tetapi sebaiknya yang masih baru, bersih, kering, kedap udara dan tidak bocor, serta harus bebas dari infeksi serangga dan jamur serta tidak karatan. Bagian luar peti/karton pembungkus ditulis dengan cat yang tidak mudah luntur dan jelas terbaca antara lain:
  1. Produksi Indonesia.
  2. Nama barang.
  3. Nama perusahaan/eksportir.
  4. Jenis mutu.
  5. Nomor kemasan.
  6. Berat kotor.
  7. Berat bersih.
  8. Negara/tempat tujuan.
12. DAFTAR PUSTAKA
  1. Liptan (1988). Jambu Mete Sebagai tanaman penghijauan. Balai Informasi Pertanian Banjarbaru.
  2. Liptan. (1990). Budidaya Jambu Mete. Lembar Informasi Pertanian. Proyek Informasi Pertanian Kalimantan Tengah. 2 hal.
  3. Saragih, Yan Pieter; Haryadi, Yadi. (1994). METE. Budidaya Jambu Mete. Pengupasan Gelondong. Bogor, Penebar Swadaya. 86 halaman
Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS