Showing posts with label Tips. Show all posts
Showing posts with label Tips. Show all posts

Cara Membuat Saus Tomat


  1. PENDAHULUANChutney adalah sejenis saos yang dibuat dari campuran berbagai bumbu yang mempunyai rasa pedas dan merangsang. Cara pembuatan chutney ini tidak sulit dan dilakukan dengan menggunakan alat-alat yang biasa terdapat di dapur.
  2. BAHAN

    1. Buah tomat. Buah tomat yang digunakan adalah yang berukuran besar, telah matang sempurna dan berwarna merah rata. Jumlah 15 buah.
    2. Bumbu-bumbu terdiri dari bawang putih giling (100 gram), bawang merah giling (250 gram), merica bubuk (10 gram), kayu manis bubuk (20 gram), gula pasir putih bersih yang telah dihaluskan (50 kg), cabe hijau giling (75 gram), dan garam halus (25 gram).
    3. Pengawet. Pengawet yang digunakan adalah senyawa benzoat dalam bentuk asam benzoat (C6H5COOH), atau garamnya (sodium benzoat dan kalsium benzoat). Untuk keperluan pengolahan saus ini, jumlah asam atau sodium benzoat yang digunakan adalah 8 gram.
    4. Pengasaman digunakan untuk mengasamkan atau untuk menurunkan pH saus menjadi 3,8~4,4. Pada pH rendah pertumbuhan kebanyakan bakteri akan tertekan, dan sel generatif serta spora bakteri sangat sensitif terhadap panas. Dengan demikian, proses sterilisasi bahan yang ber-pH rendah dapat dilakukan dengan suhu air mendidih (100°C) dan tidak perlu dengan suhu lebih tinggi (121° C). Asam juga bersinergisme dengan asam benzoat dalam menekan pertumbuhan mikroba. Jumlah asam yang diperlukan: asam sitrat 5 gram.
  3. PERALATAN
    1. Pisau perajang dan landasan perajang. Alat ini digunakan untuk merajang buah tomat.. Hasil perajangan adalah berupa potongan-potongan tomat yang
      berukuran 2~3 cm.
    2. Penggiling rajangan tomat. Alat ini digunakan untuk menggiling rajangan tomat menjadi bubur tomat.
      1. Blender dapat digunakan untuk menghaluskan rajangan tomat dalam jumlah kecil menjadi bubur.
      2. Mesin penggiling digunakan untuk menggiling tomat dalam jumlah besar menjadi bubur tomat.
    3. Wadah pemasak saus. Wadah ini adalah untuk memasak bubur tomat yang telah diberi bumbu. Wadah ini harus terbuat dari bahan tahan karat bagian dalamnya licin dan mudah dibersihkan.
    4. Kompor. Kompor digunakan untuk memasak saus tomat.
    5. Tungku. Tungku hemat energi dapat dijadikan alternatif, tetapi tungku ini lebih banyak menghasilkan jelaga, dan sulit mengatur panasnya. Keuntungannya adalah hemat dalam pemakaian bahan bakar kayu.
    6. Penutup botol. Penutup botol digunakan untuk memasangkan tutup botol dari kaleng ke mulut botol secara rapat. Alat ini mempunyai konstruksi yang sederhana dan biaya pembuatannya murah.
    7. Timbangan. Timbangan digunakan untuk menakar berat bahan. Segel plastik. Segel plastik adalah kantong plastik yang kedua ujungnya terbuka yang dapat menempel secara rapat sekali pada mulut botol yang telah dipasang tutupnya. Plastik ini berfungsi sebagai segel.
  4. CARA PEMBUATAN
    1. Pembuatan Chutney
      1. Tomat dicuci bersih, bagian tangkai yang agak menghitam dibuang, kemudian di rendam di dalam air yang telah diberi kaporit (10 ppm selama 10 menit). Setelah itu tomat ditiriskan.
      2. Tomat digiling atau diblender sampai halus sehingga diperoleh bubur tomat.
      3. Bumbu digiling halus, kemudian dicampur dengan bubur tomat dan bumbu-bumbu lainnya, asam sitrat, dan asam benzoat. Setelah itu campuran diaduk sampai rata, kemudian dimasak, dan dibiarkan mendidih selama 30 menit dengan api kecil sambil diaduk-aduk.
      4. Pengadukan dan pemanasan diteruskan dengan api sangat kecil sekedar mempertahankan bahan tetap panas. Pengemasan dilakukan pada saat chutney ini dipanaskan.
    2. Pengemasan
      1. Botol kaca yang bersih direndam didalam air yang mengandung kaporit 5- 10 ppm (5 sampai 10 gram kaporit per 1 m 3 air) selama 30 menit di dalam wadah tahan karat. Botol disusun di dalam air perendam tersebut dalam posisi terbalik. Setelah itu, wadah yang berisi rendaman botol direbus sampai mendidih. Setelah mendidih, api dikecilkan sekedar untuk mempertahankan air perebus tetap panas. Kondisi ini dipertahankan selama pengemasan. Sementara itu, tutup botol direbus di dalam air mendidih lain. Selama pengemasan, tutup botol harus tetap berada pada air mendidih.
      2. Sebuah botol dikeluarkan dari air mendidih dalam keadaan terbalik dengan menggunakan penjepit. Dengan bantuan corong, chutney panas segera dituangkan ke dalam botol. Botol diisi hanya sampai 4 cm di bawah mulut botol. Setelah itu, sebuah tutup botol yang sedang direbus segera diangkat, dipasangkan pada mulut botol, dan ditutupkan dengan bantuan alat penutup botol. Pekerjaan ini harus dilakukan secara cepat dan cermat.
      3. Proses di atas diulang sampai semua chutney terkemas di dalam botol.
    3. Sterilisasi
      1. Botol yang sudah berisi chutney dan tertutup rapat direbus didalam air mendidih selama 30 menit. Proses ini akan membunuh banyak mikroba pembusuk yang dapat merusak bahan.
      2. Setelah itu, botol dikeluarkan dari air mendidih, dan disimpan dalam keadaan terbalik. Jika terjadi rembesan saus melalui tutup botol, tutup harus dibuka dan dilakukan kembali penutupan dengan tutup yang baru. Setelah itu, botol ini harus disterilkan kembali.
    4. Penyegelan
      Setelah semua chutney terkemas di dalam botol, segel plastik dipasang pada mulut botol. Mulut botol yang terpasang segel dicelupkan pada panas (90°C) beberapa detik sehingga segel mengkerut dan menempel dengan rapat pada mulut botol.
    5. Pemberian label
      Proses terakhir adalah penempelan label pada bagian luar botol.
  1. KONTAK HUBUNGANDewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat; Jl. Rasuna Said, Padang Baru, Padang, Tel. 0751 40040, Fax. 0751 40040
    Sumber : Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil Sumatera Barat, Hasbullah, Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat

CABE GILING DALAM KEMASAN


  1. PENDAHULUANCabe giling adalah hasil penggilingan cabe segar, dengan atau tanpa bahan pengawet. Umumnya cabe giling diberi garam sampai konsentrasi 20 %, bahkan ada mencapai 30%. Selain garam, sering ditambahkan asam atau natrium benzoat sebagai pengawet.
    Saat ini umumnya cabe giling dipasarkan secara curah tanpa kemasan. Cabe giling dapat dikemas dengan cara sederhana. Cabe yang telah dikemas lebih higienis dan umur simpannya lebih panjang.
  2. BAHAN

    1. Buah cabe yang matang dan merah merata.
    2. Kalsium metabisulfit atau Natrium bisulfit. Bahan ini digunakan untuk menginaktivasi enzim yang dapat menyebabkan reaksi pencoklatan.
    3. Garam.
    4. Asam atau natrium benzoat. Bahan ini digunakan sebagai pengawet sehingga bahan tidak mudah dirusak oleh mikroba.
  3. PERALATAN
    1. Penggiling. Alat ini digunakan untuk menggiling cabe sampai halus. Alat penggiling yang biasanya digunakan adalah penggiling tipe cakram. Untuk usaha kecil, penggilingan cabe bisa dilakukan secara manual dengan menggunakan batu gilingan cabe yang biasa terdapat di rumahtangga.
    2. Panci. Alat ini digunakan untuk blanching (merendam cabe di dalam larutan bisulfit panas).
    3. Injektor pasta. Alat ini digunakan untuk memasukkan (menginjeksikan) pasta cabe giling ke dalam kantong plastik, atau botol kaca.
    4. Kantong plastik. Kantong plastik digunakan sebagai kemasan untuk mengemas cabe giling secara tidak aseptis.
    5. Penutup botol. Penutup botol digunakan untuk memasangkan tutup botol dari kaleng ke mulut botol secara rapat.
    6. Botol kaca bermulut lebar dengan penutup ulir. Botol kaca ini digunakan sebagai kemasan untuk mengemas cabe giling secara aseptis.
    7. Wadah pemasak cabe giling. Wadah ini harus terbuat dari bahan tahan karat, bagian dalamnya licin dan mudah dibersihkan.
    8. Kompor. Alat ini digunakan untuk memasak saos.
    9. Tungku. Tungku hemat energi dapat dijadikan alternatif, tetapi tungku ini banyak menghasilkan jelaga dan panasnya lebih sulit diatur.
    10. Timbangan. Alat ini digunakan untuk menakar berat bahan. Kapasitas timbangan disesuaikan dengan jumlah bahan yang diolah.
    11. Retort. Alat ini digunakan untuk sterilisasi cabe di dalam kemasan botol.
    12. Segel plastik. Segel plastik adalah kantong plastik yang kedua ujungnya terbuka yang dapat menempel secara rapat sekali pada mulut botol yang telah dipasang tutupnya. Plastik ini berfungsi sebagai segel.
  4. CARA PEMBUATAN
    1. Persiapan
      1. Pembuangan tangkai dan pencucian. Cabe dibuang tangkainya. Bagian yang rusak dan busuk dibuang. Setelah itu cabe dicuci sampai bersih dan ditiriskan.
      2. Blanching. Cabe di-blanching seperti blanching untuk pembuatan cabe kering.
    2. Pengolahan Cabe Giling Kemasan Plastik
      1. Penggilingan. Cabe digiling sampai halus. Pada saat penggilingan ditambahkan asam atau natrium benzoat 1 gram, garam 100 gram dan asam sitrat 5 gram untuk setiap 1 kg cabe.
      2. Pemanasan. Cabe yang telah digiling dipanaskan di dalam wajan sambil diaduk-aduk sampai suhu mendekati 100 0 C selama 15 menit. Selama pemanasan, api diatur tidak terlalu besar untuk mencegah gosongnya bagian cabe yang bersentuhan dengan permukaan wajan. Cabe yang telah dipanaskan didinginkan sampai suhunya mencapai 60 °C.
      3. Pengemasan
        • Dua buah kantong plastik polietilen tebal dijadikan satu sehingga berupa sebuah kantong rangkap dua. Label kemasan diselipkan di antara kedua rangkap kantong plastik tersebut.
        • Cabe giling yang masih hangat dimasukkan ke dalam kantong plastik tersebut dengan bantuan injektor pasta. Setelah itu, kantong plastik ditutup dengan mengikatnya kuat-kuat memakai gelang karet.
      4. Penyimpanan. Produk ini dapat disimpan selama 2 minggu pada suhu kamar dan lebih 1 bulan di dalam lemari pendingin.
    3. Pengolahan cabe giling berpengawet di dalam kemasan botol
      1. Penggilingan. Cabe yang telah di-blanching digiling sampai halus. Pada saat penggilingan ditambahkan asam atau natrium benzoat 1 gram, garam dapur 100 gram, dan asam sitrat 5 gram untuk setiap 1 kg cabe.
      2. Pemanasan. Cabe yang telah digiling dipanaskan di dalam wajan sambil diaduk-aduk sampai suhu mendekati 100° C selama 15 menit. Selama pemanasan, api diatur tidak terlalu besar untuk mencegah gosongnya bagian cabe yang bersentuhan dengan permukaan wajan. Setelah itu, api dikecilkan sekedar untuk menjaga cabe tetap panas.
      3. Pengemasan.
        • Botol kaca dicuci sampai bersih, kemudian direndam di dalam air yang mengandung kaporit 5~10 ppm (5 sampai 10 gram kaporit per 1 m 3 air) selama 30 menit di dalam wadah tahan karat. Botol disusun di dalam air perendam tersebut didalam posisi terbalik. Setelah itu, wadah yang berisi rendaman botol direbus sampai mendidih. Setelah mendidih api dikecilkan sekedar untuk mempertahankan air perebus tetap panas. Kondisi ini dipertahankan selama pengemasan. Sementara itu, tutup botol direbus di dalam air mendidih lain. Selama pengemasan, tutup botol harus tetap berada pada air mendidih.
        • Sebuah botol dikeluarkan dari air mendidih dalam keadaan terbalik dengan menggunakan penjepit. Dengan bantuan injektor pasta, cabe giling segera dimasukkan ke dalam botol. Botol diisi hanya sampai 1 cm di bawah mulut botol. Botol yang telah diisi cabe giling panas dibiarkan tetap terbuka selama 2 menit. Setelah itu, sebuah tutup botol yang sedang direbus segera diangkat dan dipasangkan pada mulut botol secara rapat dan kuat. Pekerjaan ini harus dilakukan secara cepat dan cermat.
      4. Sterilisasi.
        • Botol yang sudah berisi cabe giling dan tertutup rapat direbus di dalam air mendidih selama 30 menit. Proses ini akan membunuh banyak
          mikroba pembusuk yang dapat merusak bahan.
        • Botol dikeluarkan dari air mendidih, dan disimpan dalam keadaan terbalik. Jika terjadi rembesan saus melalui tutup botol, tutup harus dibuka dan dilakukan kembali penutupan dengan tutup yang baru. Setelah itu, botol ini harus disterilkan kembali.
      5. Penyegelan. Segel plastik dipasangkan pada mulut botol. Mulut botol yang terpasang segel dicelupkan pada panas (90°C) beberapa detik sehingga segel mengkerut dan menempel dengan rapat pada mulut botol.
      6. Pemberian label
        Proses terakhir adalah penempelan label pada bagian luar botol.
    4. Pengolahan Cabe Giling Tanpa Pengawet di dalam Kemasan Botol
      1. Penggilingan. Cabe yang telah di-blanching digiling sampai halus tanpa penambahan garam, asam, maupun senyawa benzoat.
      2. Pemanasan. Cabe yang telah digiling dipanaskan di dalam wajan sambil diaduk-aduk sampai suhu mendekati 100°C selama 10 menit. Selama pemanasan, api diatur tidak terlalu besar untuk mencegah gosongnya bagian cabe yang bersentuhan dengan permukaan wajan. Setelah itu, api dikecilkan sekedar untuk menjaga cabe tetap panas.
      3. Pengemasan.
        • Botol yang bersih, direndam di dalam air yang mengandung kaporit 5~10 ppm (5 sampai 10 gram kaporit per 1 m 3 air) selama 30 menit di dalam wadah tahan karat. Botol disusun di dalam air perendam tersebut didalam posisi terbalik. Setelah itu, wadah yang berisi rendaman botol direbus sampai mendidih. Setelah mendidih api dikecilkan sekedar utnuk mempertahankan air perebus tetap panas. Kondisi ini dipertahankan selama pengemasan. Sementara itu, tutup botol direbus di dalam air mendidih lain. Selama pengemasn, tutup botol harus tetap berada pada air mendidih.
        • Sebuah botol dikeluarkan dari air mendidih dalam keadaan terbalik dengan menggunakan penjepit. Dengan bantuan injektor pasta, cabe giling panas segera dimasukkan ke dalam botol. Botol diisi hanya sampai 1 cm di bawah mulut botol. Botol yang telah diisi cabe giling panas dibiarkan tetap terbuka selama 2 menit. Setelah itu, sebuah tutup botol yang sedang direbus segera diangkat dan dipasangkan pada mulut botol secara kuat dan rapat pada mulut botol.
      4. Sterilisasi.
        • Botol yang sudah berisi cabe giling dan tertutup rapat direbus dipanaskan di dalam retort selama 20~30 menit pada suhu 121°C. Prosess ini akan membunuh banyak mikroba pembusuk yang dapat merusak bahan.
        • Setelah itu, botol dikeluarkan dari dalam retort, dan disimpan dalam keadaan terbalik. Jika terjadi rembesan saus melalui tutup botol, tutup harus dibuka dan dilakukan kembali penutupan dengan tutup yang baru. Setelah itu, botol ini harus disterilkan kembali.
      5. Penyegelan. Segel plastik dipasangkan pada mulut botol. Mulut botol yang terpasang segel dicelupkan pada panas (90°C) beberapa detik sehingga segel mengkerut dan menempel dengan rapat pada mulut botol.
      6. Pemberian label
        Proses terakhir adalah penempelan label pada bagian luar botol.
  1. KONTAK HUBUNGANDewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat; Jl. Rasuna Said, Padang Baru, Padang, Telp. 0751 40040, Fax. 0751 40040
    Sumber : Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil Sumatera Barat, Hasbullah, Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat

Cara Membuat Cabe Bubuk dan Cabe Kering


  1. PENDAHULUANCabe kering merupakan salah satu produk cabe yang paling mudah pengolahannya. Cabe dijemur atau dikeringkan sampai kadar di bawah 5%. Setelah itu, cabe kering dapat dikemas dan dipasarkan, atau digiling sampai halus menjadi cabe bubuk sebelum dikemas dan dipasarkan.
    Cabe kering dan cabe bubuk merupakan salah satu komoditi hasil pertanian yang dapat diekspor, atau dipasok ke industri besar pengolahan. Cabe kering bubuk dapat diolah menjadi berbagai produk pangan seperti saus, sambal, atau bumbu lainnya.
  2. BAHAN

    1. Buah cabe yang matang dan merah merata.
    2. Kalsium metabisulfit atau Natrium bisulfit.
  3. PERALATAN
    1. Pisau dan talenan. Alat ini digunakan untuk membelah cabe segar agar lebih cepat proses pengeringannya.
    2. Pengering. Alat ini digunakan untuk mengeringkan cabe segar menjadi cabe kering. Saat ini tersedia berbagai rancangan alat pengering dengan beragam sumber panas (panas matahari, bahan bakar minyak, batu bara dan sekam). Jika tersedia panas matahari cukup tersedia, pengeringan dapat dilakukan dengan penjemuran dengan menggunakan tampah, tikar, atau anyaman bambu sebagai wadah untuk penjemuran.
    3. Panci. Alat ini digunakan untuk blanching (merendam cabe di dalam arutan bisulfit panas).
    4. Kompor.
    5. Hammer mill. Alat ini digunakan untuk menggiling cabe kering sampai halus. Untuk skala kecil, atau untuk keperluan rumah tangga, penggilingan dapat
      dilakukan dengan menggunakan blender.
  4. CARA PEMBUATAN
    1. Pembuangan tangkai dan pencucian. Cabe dibuang tangkainya. Bagian yang rusak dan busuk dibuang. Setelah itu cabe dicuci sampai bersih, dan ditiriskan.
    2. Pembelahan. Cabe dibelah membujur dan biji tidak perlu dibuang. Pembelahan ini dapat mempercepat proses pengeringan. Walaupun demikian, pertimbangan ekonomis perlu diberikan karena kegiatan banyak membutuhkan tenaga dan biaya.
    3. Blanching
      1. Penyiapan larutan sulfit panas (0,2%). Kalsium metabisulfit atau natrium bisulfit sebanyak 20 gram dilarutkan ke dalam setiap 20 liter air bersih. Kemudian larutan ini dipanaskan sampai mendidih. Setelah mendidih, api dikecilkan sekedar menjaga larutan tetap mendidih.
      2. Pencelupan dalam larutan sulfit panas. Cabe dicelupkan ke dalam larutan sulfit panas dan diaduk-aduk selama 3 menit. Setiap 1 kg cabe memerlukan 2 liter larutan sulfit. Setelah itu, cabe diangkat dan ditiriskan. Biji dari cabe yang telah dibelah banyak yang terlepas pada saat pencelupan. Biji yang terlepas juga diangkat dan ditiriskan. Larutan ini dapat dipakai berulang-ulang.
    4. Pengeringan. Setelah blanching, cabe beserta bijinya segera dijemur atau dikeringakan dengan alat pengering. Suhu pengeringan tidak boleh lebih dari 75 °C, dan suhu terbaik adalah 70 ° C. Pengeringan dilakukan sampai kadar air kurang dari 9%. Cabe yang kadar air telah mencapai 9% akan terasa kering jika diremas dengan telapak tangan.
    5. Penggilingan. Cabe kering digiling sampai halus (50 mesh) dengan menggunakan hammer mill. Penghalusan dapat juga dengan menggunakan blender jika jumlah bahan yang akan diolah tidak banyak.
    6. Pengemasan. Cabe kering, atau cabe bubuk dikemas di dalam kantong plastik yang tertutup rapat. Karung plastik yang dilapisi plastik tipis untuk menahan uap air dari luar juga dapat digunakan untuk mengemas cabe kering atau cabe bubuk dalam jumlah besar. Cabe yang dikemas ini harus disimpan di tempat kering dan tidak panas.
  5. KONTAK HUBUNGANDewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat; Jl. Rasuna Said, Padang Baru, Padang, Telp. 0751 40040, Fax. 0751 40040
    Sumber : Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil Sumatera Barat, Hasbullah, Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat

Cara Membuat Bedak Dingin dari Bengkuang


  1. PENDAHULUANBedak adalah campuran tepung pati dengan bahan pengharum, kadang-kadang ditambah dengan bahan pelembab, penahan sinar ultrafiolet dan anti septik. Bedak dingin adalah bedak tradisional dibuat dari beras dengan campuran potongan bunga mawar, melati kenanga, sedap malam, cempaka, dan irisan daun pandan.
  2. BAHAN

    1. Bengkuang
    2. Air
    3. Tepung beras
    4. Bahan pewangi berupa : bunga mawar 5 kuntum, bunga kenanga 5 kuntum, daun pandan 10 lembar ,bunga melati setengah genggam, bunga cempaka setengah genggam, dan bunga sedap malam setengah genggam.
  3. PERALATAN
    1. Parutan
    2. Kain saring
    3. Wadah
    4. Tempat penjemur

  4. CARA PEMBUATAN
      Bedak Dingin dari Bengkuang,Bedak Dingin dari Bengkuang,Bedak Dingin dari Bengkuang,Bedak Dingin dari Bengkuang,Bedak Dingin dari Bengkuang
    1. Pembuatan Pasta Pati Bengkuang
      1. Pemarutan. Bengkuang dikupas, kemudian dicuci dan diparut, 1 parutan disebut dengan bubur bengkuang.
      2. Ekstraksi pati. Bubur bengkuang diencerkan dengan menambah air. Setiap 1 liter parutan ditambah dengan 1 liter air. Bubur encer diaduk-aduk kemudian disaring dengan kain saring. Pati bengkuang bersama cairan akan lolos, sedangkan serat kasar dan bahan-bahan kasar akan tertahan pada kain saring. Cairan yang lolos tersebut didiamkan selama 4~5 jam sehingga patinya mengendap sebagai lapisan pasta. Endapan pati tersebut disebut dengan pasta pati Dilapisan pasta terdapat air yang agak jernih. Lapisan pasta pati diambil dengan membuang air yang berada di atasnya.
    2. Pembuatan Tepung Beras Basah
      Beras dicuci sampai bersih, kemudian direndam di dalam air semalaman. Perendaman dapat juga dilakukan sampai 2 malam sehingga rendaman agak berbau asam. Setelah itu air perendam dibuang,berasnya ditiriskan sampai beras agak kering. Setelah itu beras ditumbuk atau digiling sampai halus. Hasilnya disebut dengan tepung beras basah.
    3. Pembuatan Bedak Basah
      Pembuatan bedak basah. Pasta pati bengkuang dicampur dengan tepung beras basah. Setiap 1 kg pasta pati bengkuang dicampur dengan 1 kg tepung beras basah Campuran ini diaduk-aduk sampai rata. Setelah itu dibentuk menjadi bualatan sebesar kelereng bulatan tersebut kemudian dipipihkan dengan jari tangan. Bulatan pipih ini disebut dengan bedak basah.
    4. Pembuatan Campuran Pengharum
      Bunga mawar dipreteli dengan melepaskan kelopaknya. Sedangkan bunga kenanga dan daun pandan diiris-iris. Potongan bunga mawar, irisan bunga kenanga, irisan daun pandan bunga melati, bunga cempaka dan bunga sedap malam dicampur dan diaduk sampai rata. Campuran ini disebut pengharum. Setiap 1 kg bedak basah memerlukan bunga mawar 5 kuntum, bunga kenanga 5 kuntum, daun pandan 10 lembar ,bunga melati setengah genggam, bunga cempaka setengah genggam, dan bunga sedap malam setengah genggam.
    5. Pengeringan dan Pemberian Pengharum
      1. Bedak basah dikeringanginkan selama 2 jam, kemudian dicampur dengan pengharum. Campuran ini dikeringanginkan lagi selama 2 jam.
      2. Setelah pengeringanginan campuran bedak dan pengharum dijemur dengan sinar matahari sampai kering. Selama pengeringan dilakukan pembalikan beberapa kali.
    6. Pemakaian
      Bedak ini dipakai seperti memakai bedak beras. Kepingan bedak ditambah air, kemudian dihaluskan. Selanjutnya dilulurkan ke kulit wajah, tangan dan kaki.
    == JIKA ARTIKEL INI BERMANFAAT, BANTU KLIK SALAH SATU IKLAN DIBAWAH INI.............==
  5. KONTAK HUBUNGANDewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat; Jl. Rasuna Said, Padang Baru, Padang, Telp. 0751 40040, Fax. 0751 40040
    Sumber : Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil Sumatera Barat, Hasbullah, Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat

CARA MENANAM BENGKUANG
MEMBUAT MANISAN BASAH BENGKUANG
MEMBUAT MANISAN KERING BENGKUANG
KERIPIK DARI BENGKUANG
MEMBUAT BEDAK DINGIN/ MASKER DR BENGKUANG

Cara Mudah Membuat Bawang Goreng


  1. PENDAHULUANBawang goreng merupakan produk olahan utama dari bawang merah. Pengolahan produk ini tidak sulit dan dapat dilakukan dengan biaya merah
    sebagai usaha kecil di rumah tangga.
  2. BAHAN
    1. Bawang goreng. Bawang merah yang paling cocok untuk diolah menjadi bawang goreng adalah bawang varictas Sumenep.
    2. Terigu. Terigu yang digunakan adalah merek segitiga biru.
    3. Tapioka.
    4. Minyak goreng.
  3. PERALATAN
    1. Pisau dan talenan. Alat ini digunakan untuk mengiris umbi bawang merah.
    2. Alat pengiris. Alat ini digunakan untuk mengiris bawang merah. Alat ini dapat mengiris bawang merah lebih cepat dibanding pisau dan talenan.
    3. Baskom. Alat ini digunakan untuk menampung hasil irisan.
    4. Wajan. Alat ini digunakan untuk menggoreng irisan bawang.
    5. Tungku kayu atau kompor.
    6. Peniris. Alat ini digunakan untuk meniriskan minyak irisan bawang yang baru selesai digoreng. Untuk itu dapat digunakan tampah dan besek anyaman jarang, atau wadah plastik yagn berlobang-lobang. Penirisan akan lebih efektif jika menggunakan mesin peniris sentrifugal.
    7. Botol kaca bermulut lebar dengan penutup ulir. Alat ini digunakan untuk mengemas bawang goreng.
    8. Kantung plastik. Alat ini juga digunakan untuk mengemas bawang goreng. Kantung yang digunakan adalah dari jenis plastik polietilen.
    9. Sealer listrik. Alat ini digunakan untuk menutup kantong plastik.
  4. CARA PEMBUATAN
    1. Bawang dikupas, dan pangkal umbi dibuang, kemudian bawang dicuci sampai bersih.
    2. Terigu dicampur dengan tapioka sampai rata. Tiap 150 gram tapioka dicampur dengan 175 gram terigu. Campuran ini disebut tepung campuran.
    3. Bawang ditiriskan membujur (tebal ± 2 mm), kemudian dimasukkan ke dalam baskom, dan ditambah dengan tepung campuran. Baskom digoyang-goyang sampai bahan tercampur rata. Setiap 1 kg irisan bawang dicampur dengan 65 gram tepung campuran. Hasil yang diperoleh disebut irisan bawang bertepung.
    4. Irisan bawang bertepung segera digoreng di dalam minyak panas ( suhu 170 °C) selama 10 menit sampai garing. Setelah itu bawang ditiriskan dan
      didinginkan.
    5. Bawang goreng yang telah dingin dikemas di dalam kemasan tertutup rapat. Sebagai kemasan dapat digunakan kantong plastik, atau botol kaca bermulut lebar dengan penutup ulir.
  5. KONTAK HUBUNGANDewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat; Jl. Rasuna Said, Padang Baru, Padang, Telp. 0751 40040, Fax. 0751 40040
    Sumber : Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil Sumatera Barat, Hasbullah, Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat




Cara Membuat Tepung dan Minyak dari Kacang Tanah


  1. PENDAHULUANKacang tanah dapat dipres sehingga minyaknya keluar. Hasil pres adalah kacang tanah dengan kadar minyak yang rendah, dan minyak kacang tanah. Selanjutnya kacang tanah dengan kadar minyak rendah digiling menjadi tepung kacang tanah. Sedangkan, minyak hasil pres dapat digunakan langsung sebagai minyak goreng.
    Pembuatan kedua produk cukup mudah dengan biaya yang tidak terlalu mahal.
  2. BAHAN
    Biji kacang tanah.
  3. PERALATAN

    1. Panci.
    2. Alat pengering.
    3. Alat pres.
    4. Pengukus.
    5. Pengiling.
  4. CARA PEMBUATAN

    1. Proses Pendahuluan
      1. Blanching. Kacang tanah dicelupkan ke dalam air mendidih selama 1-3 menit sambil diaduk-aduk. Setelah itu kacang ditiriskan.
      2. Pengeringan. Kacang yang telah di blanching dikeringkan pada suhu 130- 150°C selama 3-4 jam sehingga kadar air kurang dari 6%. Setelah itu kacang didinginkan.
      3. Pembuangan kulit ari. Kacang yang telah dikeringkan digosok-gosok dengan tangan sehingga kulit arinya terlepas. Setelah itu, kacang ditampi sehingga kulit ari yang telah terlepas dapat dibuang dan diperoleh biji kacang tanpa kulit ari.
    2. Pengepresan
      Kacang yang telah dibuang kulit arinya dibungkus dengan kain katun tebal yang kuat, kemudian dipres sehingga sebagian besar minyaknya keluar. Hasil pengepresan adalah bungkil dan minyak kacang tanah.
    3. Penggilingan Bungkil
      Bungkil kacang tanah digiling dengan mesin penggiling sampai halus (60 mesh). Penghalusan bungkil dapat juga dilakukan dengan menggunakan blender atau ditumpuk dengan lesung. Hasil yang diperoleh disebut dengan tepung kacang tanah. Tepung kacang ini berkadar minyak rendah.
    4. Pemurnian Minyak Kacang
      1. Minyak kacang tanah didiamkan selama semalam, kemudian disaring dengan kain saring rapat (3 lapis). Setelah itu minyak dipanaskan pada suhu 150 0 C selama 15 menit. Selama pemanasan dilakukan pengadukan.
      2. Setelah pemanasan, minyak didiamkan lagi selama semalam. Endapan yang terbentuk dibuang, kemudian disaring lagi dengan kain saring rapat (3 lapis). Hasil yang diperoleh adalah minyak kacang tanah yang dapat disimpan lama.
    5. Pengemasan
      1. Tepung kacang tanah dikemas di dalam kantong plastik, atau kotak kaleng.
      2. Sedangkan minyak kacang disimpan di dalam botol kaca yang berwarna gelap dan ditutup rapat.
  5. KONTAK HUBUNGAN
    Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat, Jl. Rasuna Said, Padang Baru, Padang, Telp. 0751 40040, Fax. 0751 40040
    Sumber : Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil Sumatera Barat, Hasbullah, Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat

Cara Membuat Tauco


  1. PENDAHULUANTauco adalah produk kedelai berbentuk pasta yang berwarna kekuning-kuningan, rasanya agak asin, dibuat dengan cara fermentasi.
    Tauco berfungsi sebagai penyedap masakan karena bau dan rasanya yang khas. Tauco dapat disimpan lama karena kadar garamnya cukup tinggi (diatas 15%).
  2. BAHAN

    1. Kedelai
    2. Tepung beras.
    3. Laru tempe.
    4. Garam.
  3. PERALATAN

    1. Wadah perendam.
    2. Wadah perebus.
    3. Tampah
    4. Kompor
    5. Kain penyaring
  4. CARA PEMBUATAN

    1. Perendaman. Kedelai dibersihkan dan dicuci sampai bersih. Kemudian kedelai direndam di dalam air bersih selama 12-24 jam.
    2. Pengupasan dan pembuangan kulit. Kedelai dimasukkan ke dalam karung atau bakul, kemudian diinjak-injak sehingga terbelah dua, dan kulit biji terkelupas. Kulit biji dibuang, dan biji dicuci sampai bersih. Pengupasan dan pembuangan kulit-kulit juga dapat dilakukan dengan menggunakan mesin.
    3. Perebusan. Biji direbus selama 1-2 jam. Kemudian ditiriskan.
    4. Penambahan tepung beras. Biji kedelai yang telah ditiriskan, ditambah dengan tepung beras. Sebelumnya, tepung beras ini telah disangrai. Tiap 10 kg kedelai ditambah dengan tepung beras sebanyak 2 kg. Pengadukan dilakukan agar kedelai dan tepung beras tercampur rata.
    5. Fermentasi kapang. Campuran kedelai tepung beras ditaburi dengan ragi tempe (1 gram tempe untuk tiap kg kedelai), diaduk agar tercampur rata, dan selanjutnya dihamparkan diatas tampah setinggi 2-3 cm. Campuran ini ditutup dengan daun pisang. Tampah diletakkan di atas para-para yang terlindung dari serangga, panas dan hujan. Fermentasi ini berlangsung selama 2-3 hari sampai terbentuk tempe yang lebat pertumbuhan kapangnya.
    6. Penjemuran tempe. Tempe disuir-suir atau dilepaskan butiran-butirannya. Setelah itu butiran tempe dijemur sampai kering.
    7. Penyiapan larutan garam 20%. Untuk membuat 10 liter larutan garam 20% dilakukan dengan cara berikut. Garam sebanyak 2 kg dimasukkan ke dalam ember, kemudian ditambahkan air sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai volume larutan menjadi 10 liter.
    8. Fermentasi garam. Butiran tempe kering direndam di dalam larutan garam. Tiap kg kedelai membutuhkan larutan garam sebanyak 1 liter . Prendaman di lakukan di dalam wadah perendam selama 2 minggu. Hasil fermentasi disebut dengan tauco mentah.
    9. Penyiapan bumbu.
      1. Gula merah diiris-iris, kemudian dilarutkan dengan air (tiap kg kedelai membutuhkan 250 gram gula merah, dan 25 ml air untuk melarutkan gula tersebut).
      2. Jahe dan lengkuas dikupas kemudian dipukul-pukul sampai memar (tiap kg kedelai membutuhkan jahe dan laos, masing-masing 20 gram), dan
      3. Jahe dan lengkuas dimasukkan ke dalam larutan gula, kemudian dimasak sampai mendidih dan disaring dengan kain saring. Larutan ini disebut larutan gula berbumbu, dan digunakan untuk membumbui tauco.
    10. Pembumbuan dan perebusan tauco. Tauco mentah ditambah dengan larutan gula berbumbu. Kemudian tauco mentah dididihkan selama 3-4 jam sehingga cairan tauco mengental. Hasil perebusan ini disebut sebagai tauco masak. Tauco masak dapat ditambah dengan monosodium glutamat sebanyak 1 gram untuk tiap kg tauco, agar memberikan rasa yang lebih sedap terhadap masakan.
    11. Pengawetan. Tauco masak ditambah dengan bubuk natrium benzoat agar dapat disimpan lama. Tiap kg tauco masak membutuhkan 1 gram natrium benzoat.
    12. Pengemasan. Tauco masak dikemas di dalam kantong plastik dan mulut kantong diikat dengan gelang karet kuat-kuat.
KONTAK HUBUNGAN Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat, Jl. Rasuna Said, Padang Baru, Padang, Telp. 0751 40040, Fax. 0751 40040
Sumber : Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil Sumatera Barat, Hasbullah, Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat
............

Cara Membuat Tempe


  1. PENDAHULUANKacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa dan lain-lain merupakan bahan pangan sumber protein dan lemak nabati yang sangat penting peranannya dalam kehidupan. Asam amino yang terkandung dalam proteinnya tidak selengkap protein hewani, namun penambahan bahan lain seperti wijen, jagung atau menir adalah sangat baik untuk menjaga keseimbangan asam amino tersebut.
    Kacang-kacangan dan umbi-umbian cepat sekali terkena jamur (aflatoksin) sehingga mudah menjadi layu dan busuk. Untuk mengatasi masalah ini, bahan tersebut perlu diawetkan. Hasil olahannya dapat berupa makanan seperti keripik, tahu dan tempe, serta minuman seperti bubuk dan susu kedelai.
    Kedelai mengandung protein 35 % bahkan pada varitas unggul kadar proteinnya dapat mencapai 40 - 43 %. Dibandingkan dengan beras, jagung, tepung singkong, kacang hijau, daging, ikan segar, dan telur ayam, kedelai mempunyai kandungan protein yang lebih tinggi, hampir menyamai kadar protein susu skim kering.
    Bila seseorang tidak boleh atau tidak dapat makan daging atau sumber protein hewani lainnya, kebutuhan protein sebesar 55 gram per hari dapat dipenuhi dengan makanan yang berasal dari 157,14 gram kedelai.
    Kedelai dapat diolah menjadi: tempe, keripik tempe, tahu, kecap, susu, dan lain-lainnya. Proses pengolahan kedelai menjadi berbagai makanan pada umumnya merupakan proses yang sederhana, dan peralatan yang digunakan cukup dengan alat-alat yang biasa dipakai di rumah tangga, kecuali mesin pengupas, penggiling, dan cetakan.
    Tabel 1. Komposisi Kedelai per 100 gram Bahan
    KOMPONENKADAR (%)
    Protein 35-45
    Lemak18-32
    Karbohidrat12-30
    Air7.

    Tabel 2. Perbandingan Antara Kadar Protein Kedelai Dengan Beberapa Bahan Makanan Lain
    BAHAN MAKANANPROTEIN (% BERAT)
    Susu skim kering 36,00
    Kedelai 35,00
    Kacang hijau 22,00
    Daging 19,00
    Ikan segar17,00
    Telur ayam 13,00
    Jagung 9,20
    Beras 6,80
    Tepung singkong1,10
    Pembuatan tempe secara tradisional biasanya menggunakan tepung tempe yang dikeringkan di bawah sinar matahari. Sekarang pembuatan tempe ada juga yang menggunakan ragi tempe.
    Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada proses pengolahan tempe agar diperoleh hasil yang baik ialah:

    1. Kedelai harus dipilih yang baik (tidak busuk) dan tidak kotor;
    2. Air harus jernih, tidak berbau dan tidak mengandung kuman penyakit;
    3. Cara pengerjaannya harus bersih;
    4. Bibit tempe (ragi tempe) harus dipilih yang masih aktif (bila diremas membentuk butiran halus atau tidak menggumpal).
  2. BAHAN
    1. Kedelai 10 kg
    2. Ragi tempe 20 gram (10 lempeng)
    3. Air secukupnya
  3. ALAT
    1. Tampah besar
    2. Ember
    3. Keranjang
    4. Rak bambu
    5. Cetakan
    6. Pengaduk kayu
    7. Dandang
    8. Karung goni
    9. Tungku atau kompor
    10. Daun pisang atau plastik
  4. CARA PEMBUATAN
    1. DIAGRAM ALIR PEMBUATAN TEMPE
       Bersihkan kedelai kemudian rendam satu malam supaya kulitnya mudah lepas;
    2. Kupas kulit arinya dengan cara diinjak-injak. Bila ada, dapat menggunakan mesin pengupas kedelai;
    3. Setelah dikupas dan dicuci bersih, kukus dalam dandang selama 1 jam. Kemudian angkaat dan dinginkan dalam tampah besar;
    4. Setelah dingin, dicampur dengan ragi tempe sebanyak 20 gram;
    5. Masukkan campuran tersebut dalam cetakan yang dialasi plastik atau dibungkus dengan daun pisang. Daun atau plastik dilubangi agar jamur tempe mendapat udara dan dapat tumbuh dengan baik;
    6. Tumpuk cetakan dan tutup dengan karung goni supaya menjadi hangat. Setelah 1 malam jamur mulai tumbuh dan keluar panas;
    7. Ambil cetakan-cetakan tersebut dan letakkan diatas rak, berjajar satu lapis dan biarkan selama 1 malam;
    8. Keluarkan tempe dari cetakannya.
      Catatan:
      1. Ruangan untuk membuat tempe harus bersih dan tidak harus terbuat dari tembok. Ruangan untuk pemeraman diberi jendela, agar udara dapat diatur dengan membuka atau menutup jendela tersebut. Di waktu musim hujan ruangan ini perlu diberi lampu agar suhu ruangan tidak terlalu dingin.
      2. Tempe mudah busuk setelah disimpan 2 ½ hari dalam keadaan terbungkus, oleh karena itu perlu diawetkan secara kering dengan cara sebagai berikut :
      3. Iris tempe dengan ketebalan ± ½ mm, keringkan dalam oven pada suhu 75 0 C selama 55 menit. Dengan cara pengawetan seperti ini produk tempe awetan yang dihasilkan tahan disimpan selama 3 sampai 5 minggu.
      4. Kandungan protein dan lemak tempe kedelai, masing-masing sebesar 22,5% dan 18%. Kebutuhan protein sebesar 55g/hari dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi tempe sebanyak 244,44 gram.
  5. DAFTAR PUSTAKA
    1. Astawan, M. dan Mita W. Teknologi pengolahan pangan nabati tepat guna. Jakarta : Akademika Pressindo, 1991. Hal. 94-96.
    2. Buku seri teknologi makanan II. Bogor : Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor, 1983. Hal. 39-45.
    3. Sarwono, B. Membuat tempe dan oncom. Jakarta : PT. Penebar Swadaya, 1982. Hal. 10-15.
    4. Tri Radiyati et.al. Pengolahan Kedelai. Subang: BPTTG Puslitbang Fisika Terapan – LIPI, 1992. Hal. 1-5.
  6. KONTAK HUBUNGANPusat Informasi Wanita dalam Pembangunan, PDII, LIPI, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12910.
    Sumber : Tri Margono, Detty Suryati, Sri Hartinah, Buku Panduan Teknologi Pangan, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, 1993.

Cara Membuat Soyghurt


  1. PENDAHULUANSoyghurt adalah makanan berupa gel hasil fermentasi asam laktat terhadap susu kedelai. Pembuatan soyghurt mudah dilakukan dengan menggunakan peralatan sederhana, dan biayanya tidak mahal.
  2. BAHAN

    1. Kedelai.
    2. Gula.
    3. Starter Streptococcus thermophillus dan Lactobacillus bulgaricus
    4. Air.
  3. PERALATAN

    1. Penggiling kedelai.
    2. Wadah perendam kedelai..
    3. Kain saring
    4. Panci
    5. Inkubator
    6. Wadah fermentasi.
  4. CARA PEMBUATAN

    1. Pembuatan Susu Kedelai.
      1. Pembersihan dan pencucian. Biji dibersihkan dari kotoran, kerikil, pasir, potongan ranting danbatang kedelai. Biji rusak, hitam dan berkapang harus dibuang. Setelah itu biji dicuci sampai bersih. Kotoran dan biji yang mengapung harus dibuang. Pencucian dilakukan sampai air bilasan tampak jernih.
      2. Perendaman. Biji yang telah dicuci direndam di dalam air selama 8 jam. Air diganti-ganti setiap 2 sampai 3 jam. Setelah itu, kedelai ditiriskan.
      3. Perebusan. Kedelai dimasukkan ke dalam air mendidih. Hal ini menyebabkan suhu air turun. Besar api diatur sehingga suhu bertahan antara 85 sampai 90°C. Perendaman di dalam air panas ini berlangsung selama 10 menit. Setelah itu, kedelai diangkat dan didinginkan dengan air mengalir, kemudian ditiriskan.
      4. Penyiapan air panas. Air bersih dipanaskan sampai suhunya 90°C. Jumlah air adalah 6 kali berat kedelai kering. Suhu air ini dipertahankan selama pekerjaan berlangsung.
      5. Penggilingan. Biji kedelai dihaluskan dengan blender, atau digiling dengan mesin penggiling sampai mendidih bubur kedelai. Penggilingan dilakukan sambil ditambahkan air panas. Jika air panas yang disediakan tidak habis untuk menggiling kedelai, sisa air dicampurkan dengan bubur kedelai, kemudian diaduk-aduk selama 3 menit.
      6. Penyaringan. Bubur kedelai disaring dan diperas dengan kain saring rangkap dua. Cairan yang diperoleh disebut sebagai susu kedelai mentah.
      7. Penambahan gula. Susu kedelai mentah dipanaskan pada suhu 80°C selama 30 menit sambil diaduk-aduk dan ditambahkan gula. Tiap 1 liter susu kedelai ditambah dengan 100-150 gram gula. Jika berbuih, maka buih tersebut dibuang. Setelah itu susu kedelai didinginkan sampai suhu 40°C.
    2. Fermentasi.
      1. Penambahan starter. Susu kedelai hangat (40°C.) ditambah dengan starter (campuran streptococcus thermophillus dan Lactobacillus bulgaricus). Setiap 1 liter susu kedelai ditambah dengan 30 ml starter. Setelah itu dilakukan pengadukan sampai gumpalan starter larut semua. Setelah itu susu kedelai tersebut dimasukkan ke dalam gelas plastik, gelas kaca, atau stoles dan ditutup.
      2. Inkubasi. Susu kedelai tersebut disimpan di dalam inkubator pada suhu 45°C selama 5 jam. Hasil fermentasi disebut soyghurt.
      3. Penyimpanan. Jika tidak langsung dikonsumsi, soyghurt disimpan di dalam lemari pendingin pada suhu 4-7°C. Di dalam lemari pendingin, soyghurt dapat bertahan selama 5-7 hari.
  5. KONTAK HUBUNGAN
    Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat, Jl. Rasuna Said, Padang Baru, Padang, Telp. 0751 40040, Fax. 0751 40040
    Sumber : Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil Sumatera Barat, Hasbullah, Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat

Membuat Susu Kedelai


  1. PENDAHULUANSusu kedelai adalah cairan hasil ekstraksi protein biji kedelai dengan menggunakan air panas. Susu kedelai berwarna putih seperti susu, dan bergizi tinggi (mengandung protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin).
    Minuman ini berasal dari cina dan telah dikonsumsi semenjak ribuan tahun yang lalu.
    Pembuatan susu kedelai mudah dilakukan dengan menggunakan peralatan sederhana, dan biayanya tidak mahal.
  2. BAHAN

    1. Kedelai
    2. Gula.
    3. Bubuk coklat tanpa lemak..
    4. Air.
  3. PERALATAN

    1. Penggiling kedelai.
    2. Wadah perendam kedelai..
    3. Kain saring
    4. Panci
  4. CARA PEMBUATAN

    1. Pembersihan dan pencucian. Biji dibersihkan dari kotoran, kerikil, pasir, potongan ranting dan batang kedelai. Biji rusak, hitam dan berkapang harus dibuang. Setelah itu biji dicuci sampai bersih. Kotoran dan biji yang mengapung harus dibuang. Pencucian dilakukan sampai air bilasan tampak jernih.
    2. Perendaman. Biji yang telah dicuci direndam di dalam air selama 8 jam. Air diganti-ganti setiap 2 sampai 3 jam. Setelah itu, kedelai ditiriskan.
    3. Perebusan. Kedelai dimasukkan ke dalam air mendidih. Hal ini menyebabkan suhu air turun. Atur besar api sehingga suhu bertahan antara 85 sampai 90°C. Perendaman di dalam air panas ini berlangsung selama 20 menit. Setelah itu, kedelai diangkat dan didinginkan dengan air mengalir, kemudian ditiriskan.
    4. Penyiapan air panas. Air bersih dipanaskan sampai suhunya 90°C. Jumlah air adalah 8 kali berat kedelai kering. Suhu air ini dipertahankan selama pekerjaan berlangsung. Kedalam air panas ini ditambahkan bubuk CaCO3 (0,5 gram untuk tiap liter air panas).
    5. Penggilingan. Biji kedelai dihaluskan dengan blender, atau digiling dengan mesin penggiling sampai menjadi bubur kedelai. Penggilingan dilakukan sambil ditambahkan air panas. Jika air panas yang disediakan tidak habis untuk menggiling kedelai, sisa air dicampurkan dengan bubur kedelai, kemudian diaduk-aduk selama 3 menit.
    6. Penyaringan. Bubur kedelai disaring dan diperas dengan kain saring rangkap dua. Cairan yang diperoleh disebut sebagai susu kedelai mentah.
    7. Penambahan gula dan coklat bubuk. Susu kedelai mentah ditambah dengan gula dan coklat bubuk tanpa lemak. Tiap liter susu kedelai ditambah dengan 100-150 gram gula dan 50 gram coklat bubuk tanpa lemak. Penambahan dilakukan ketika susu kedelai masih panas. Pengadukan dilakukan agar coklat bubuk larut seluruhnya.
    8. Homogenisasi. Jika tersedia alat homogenizer, susu kedelai dihomogenisasikan.
    9. Pemanasan susu kedelai. Susu kedelai mentah dipanaskan sampai suhu 95°C, kemudian ditambahkan bahan penstabil kappa karagenan (1,5 gram kappa karagenan untuk setiap 10 liter susu kedelai), dan diaduk-aduk. Pemanasan pada suhu tersebut dilakukan selama 30 menit.
    10. Penyiapan botol. Botol kaca disikat bagian dalamnya dengan detergen seluruh permukaan botol dicuci sampai bersih dengan menggunakan detergen. Botol dibilas sampai bersih. Kemudian bagian dalam botol dibilas dengan air panas. Setelah itu botol direbus di dalam air mendidih selama 30 menit.
    11. Pembotolan dan pasteurisasi. Botol diangkat dari air panas dan dibalikkan agar airnya keluar dari botol. Ketika botol masih panas, susu kedelai yang sedang dipanaskan dimasukkan ke dalam botol dengan bantuan corong sampai permukaan susu 2 cm dari bibir botol paling atas. Botol berisi susu ini diletakkan di dalam air mendidih selama 5 menit, kemudian botol diangkat dan segera ditutup dengan penutup botol. Setelah itu botol ini direbus di dalam air mendidih selama 30 menit.
    12. Penyimpanan. Susu kedelai ini tidak steril. Karena itu harus disimpan pada suhu dingin di dalam lemari pendingin (kulkas). Pada suhu dingin, susu kedelai dapat disimpan selama 2 minggu.
  5. KONTAK HUBUNGAN
    Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat, Jl. Rasuna Said, Padang Baru, Padang, Telp. 0751 40040, Fax. 0751 40040
    Sumber : Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil Sumatera Barat, Hasbullah, Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat

Cara Membuat Ragi Tempe



Laru (ragi) tempe adalah bibit yang digunakan untuk pembuatan tempe.
  1. BAHAN
    1. Beras 300 gram
    2. Tepung tempe 3 gram
    3. Tepung beras yang telah disangrai 1 ½ kg
  2. ALAT
    1. Kukusan
    2. Tampah (nyiru)
    3. Pengaduk kayu
    4. Lembaran plastik
    5. Alat penumbuk
    6. Ayakan
    7. Alat penggorengan (wajan)
    8. Kantong plastik
  3. CARA PEMBUATAN
    1. Cuci beras sampai bersih, kemudian masak sampai menjadi nasi dan dinginkan;
    2. Pada nasi tersebut taburkan tepung tempe kemudian aduk sampai rata;
    3. Letakkan di atas tampah yang bersih. Tutup atasnya dengan lembaran plastik atau daun pisang;
    4. Simpan dalam ruangan tempat pemeraman (peragian) sampai seluruh nasi ditumbuhi jamur yang berwarna hitam;
    5. Jemur nasi yang telah ditumbuhi jamur (kapang) atau jamur sampai kering;
    6. Tumbuk sampai halus, kemudian ayak. Bagian yang telah halus adalah ragi tempe;
    7. Campurkan ragi ini dengan tepung beras yang telah disangarai (+ 10 gram ragi untik 50~100 gram tepung beras);
    8. Simpan dalam kantong-kantong plastik.Catatan:
      Tutup plastik atau daun pisang sewaktu-waktu perlu dibuka untuk pertukaran udara dan untk menguapkan air (embun) yang menempel pada plastik atau daun pisang agar tidak menetes lagi pada bahan. Kadar air yang tinggi akan mempercepat pembusukan. Supaya pertukaran udara baik, tutup plastik atau daun pisang diberi lubang-lubang atau bisa diganti dengan tutup yang baru.
  4. DAFTAR PUSTAKA
    1. Astawan, M. dan Mita, W.Teknologi pengolahan pangan nabati tepat guna. Jakarta: Akademika Pressindo, 1991. Hal 94 - 96
    2. Buku seri teknologi makanan II. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor 1983. Hal 39 - 45
    3. Sarwono, B. Membuat tempe dan oncom. Jakarta: PT. Penebar Swadaya, 1982. Hal. 10 – 15
  5. KONTAK HUBUNGANPusat Informasi Wanita dalam Pembangunan, PDII, LIPI, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12910.
    Sumber : Tri Margono, Detty Suryati, Sri Hartinah, Buku Panduan Teknologi Pangan, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, 1993.

Cara Membuat Susu Kedelai


  1. PENDAHULUANKacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa dan lain-lain merupakan bahan pangan sumber protein dan lemak nabati yang sangat penting peranannya dalam kehidupan. Asam amino yang terkandung dalam proteinnya tidak selengkap protein hewani, namun penambahan bahan lain seperti wijen, jagung atau menir adalah sangat baik untuk menjaga keseimbangan asam amino tersebut.
    Kacang-kacangan dan umbi-umbian cepat sekali terkena jamur (aflatoksin) sehingga mudah menjadi layu dan busuk. Untuk mengatasi masalah ini, bahan tersebut perlu diawetkan. Hasil olahannya dapat berupa makanan seperti keripik, tahu dan tempe, serta minuman seperti bubuk dan susu kedelai.
    Kedelai mengandung protein 35 % bahkan pada varitas unggul kadar proteinnya dapat mencapai 40 % - 43 %. Dibandingkan dengan beras, jagung, tepung singkong, kacang hijau, daging, ikan segar, dan telur ayam, kedelai mempunyai kandungan protein yang lebih tinggi, hampir menyamai kadar protein susu skim kering.
    Bila seseorang tidak boleh atau tidak dapat makan daging atau sumber protein hewani lainnya, kebutuhan protein sebesar 55 gram per hari dapat dipenuhi dengan makanan yang berasal dari 157,14 gram kedelai.
    Kedelai dapat diolah menjadi: tempe, keripik tempe, tahu, kecap, susu, dan lain-lainnya. Proses pengolahan kedelai menjadi berbagai makanan pada umumnya merupakan proses yang sederhana, dan peralatan yang digunakan cukup dengan alat-alat yang biasa dipakai di rumah tangga, kecuali mesin pengupas, penggiling, dan cetakan.
    Tabel 1. Komposisi Kedelai per 100 gram Bahan
    KOMPONENKADAR (%)
    Protein 35-45
    Lemak18-32
    Karbohidrat12-30
    Air7.

    Tabel 2. Perbandingan Antara Kadar Protein Kedelai Dengan Beberapa Bahan Makanan Lain
    BAHAN MAKANANPROTEIN (% BERAT)
    Susu skim kering 36,00
    Kedelai 35,00
    Kacang hijau22,00
    Daging 19,00
    Ikan segar 17,00
    Telur ayam 13,00
    Jagung 9,20
    Beras 6,80
    Tepung singkong1,10

    Susu kedelai merupakan minuman yang bergizi tinggi, terutama karena kandungan proteinnya. Selaitu susu kedelai juga mengandung lemak, karbohidrat, kalsium, phosphor, zat besi, provitamin A, Vitamin B kompleks (kecuali B12), dan air. Namun perhatian masyarakat kita terhadap jenis minuman ini pada umumnya masih kurang. Susu kedelai ini harganya lebih murah daripada susu produk hewani.
    Susu kedelai dapat dibuat dengan teknologi dan peralatan yang sederhana, serta tidak memerlukan keterampilan khusus. Penggunaan air sumur dapat menghasilkan susu kedelai dengan rasa yang lebih enak. Untuk memperoleh susu kedelai yang baik, kiita perlu menggunakan kedelai yang berkualitas baik. Dari 1 kg kedelai dapat dihasilkan 10 ltr susu kedelai.
  2. BAHAN

    1. Kedelai 1 kg
    2. Air panas 8 liter
    3. Air dingin utk perendaman 3 liter
    4. Gula pasir 100-200 gram
    5. Panili 2 gram
    6. Coklat 15 gram
    7. Garam 15 gram
  3. ALAT

    1. Panci
    2. Penggiling batu
    3. Kain Saring atau kain blacu
    4. Tungku atau kompor
  4. CARA PEMBUATAN
    1. Bersihkan kedelai dari segala kotoran, kemudian cuci;
    2. Rebus kedelai yang telah bersih selama kira-kira 15 menit, lalu rendam dalam air bersih selama kira-kira 12 jam;
    3. Cuci sampai kulit arinya terkelupas. Hancurkan dengan penggiling dari batu;
    4. Campur kedelai yang sudah halus dengan air panas. Aduk-aduk campuran sampai rata;
    5. Saring campuran dengan kain saring, sehingga diperoleh larutan susu kedelai;
    6. Tambakan gula pasir, panili, coklat, dan garam ke dalam larutan susu, lalu aduk sampai rata dan panaskan hingga mendidih.
      Catatan:
  5. DIAGRAM ALIR PEMBUATAN SUSU KEDELAI
  6. DAFTAR PUSTAKATri Radiyati et.al. pengolahan kedelai. Subang: BPTTG Puslitbang Fisika
    Terapan – LIPI, 1992. Hal. 15
  7. KONTAK HUBUNGANPusat Informasi Wanita dalam Pembangunan, PDII, LIPI, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12910.
    Sumber : Tri Margono, Detty Suryati, Sri Hartinah, Buku Panduan Teknologi Pangan, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, 1993.

Cara Membuat Nata de Soya


  1. PENDAHULUANNata adalah biomassa yang sebagian besar terdiri dari selulosa, berbentuk agar dan berwarna putih. Massa ini berasal pertumbuhan Acetobacter xylinum pada permukaan media cair yang asam dan mengandung gula.
    Nata dapat dibuat dari bahan baku air kelapa, dan limbah cair pengolahan tahu (whey tahu). Nata yang dibuat dari air kelapa disebut dengan nata de coco, dan yang dari whey tahu disebut dengan nata de soya. Bentuk, warna, tekstur dan rasa kedua jenis nata tersebut tidak berbeda.
    Pembuatan nata tidak sulit, dan biaya yang dibutuhkan juga tidak banyak. Usaha pembuatan nata ini merupakan alternatif usaha yang cukup menjanjikan (prospektif).
    Fermentasi Nata dilakukan melalui tahap-tahap berikut:
    1. Pemeliharaan Biakan Murni Acetobacter xylinum.
      Fermentasi nata memerlukan biakan murni Acetobacter xylinum. Biakan murni ini harus dipelihara sehingga dapat digunakan setiap saat diperlukan.
      Pemeliharan tersebut meliputi:
      • Proses penyimpanan sehingga dalam jangka waktu yang cukup lama viabilitas (kemampuan hidup) mikroba tetap dapat dipertahankan, dan
      • Penyegaran kembali mikroba yang telah disimpan sehingga terjadi pemulihan viabilitas dan mikroba dapat disiapkan sebagai inokulum fermentasi.
        Penyimpanan.
        A.xylinum biasanya disimpan pada agar miring yang terbuat dari media Hassid dan Barker yang dimodifikasi dengan komposisi sebagai berikut : Glukosa (100 gram), ekstrak khamir (2,5 gram), K2HPO4 (5 gram), (NH4)2SO4 (0,6 gram), MgSO4 (0,2 gram), agar (18 gram) dan air kelapa (1 liter). Pada agar miring dengan suhu penyimpanan 4-7°C, mikroba ini dapat disimpan selama 3-4 minggu.
        Penyegaran.
        Setiap 3 atau 4 minggu, biakan A. xylinum harus dipindahkan kembali pada agar miring baru. Setelah 3 kali penyegaran, kemurnian biakan harus diuji dengan melakukan isolasi biakan pada agar cawan. Adanya koloni asing pada permukaan cawan menunjukkan bahwa kontaminasi telah terjadi. Biakan pada agar miring yang telah terkontaminasi, harus diisolasi dan dimurnikan kembali sebelum disegarkan.
    2. Pembuatan Starter.
      Starter adalah populasi mikroba dalam jumlah dan kondisi fisiologis yang siap diinokulasikan pada media fermentasi. Mikroba pada starter tumbuh dengan cepat dan fermentasi segera terjadi. Media starter biasanya identik dengan media fermentasi. Media ini diinokulasi dengan biakan murni dari agar miring yang masih segar (umur 6 hari). Starter baru dapat digunakan 6 hari setelah diinokulasi dengan biakan murni. Pada permukaan starter akan tumbuh mikroba membentuk lapisan tipis berwarna putih. Lapisan ini disebut dengan nata. Semakin lama lapisan ini akan semakin tebal sehingga ketebalannya mencapai 1,5 cm. Starter yang telah berumur 9 hari (dihitung setelah diinokulasi dengan biakan murni) tidak dianjurkan digunakan lagikarenakondisifisiologis mikroba tidak optimum bagi fermentasi, dan tingkat kontaminasi mungkin sudah cukup tinggi. Volume starter disesuaikan dengan volume media fermentasi yang akan disiapkan. Dianjurkan volume starter tidak kurang dari 5% volume media yang akan difermentasi menjadi nata. Pemakaian starter yang terlalu banyak tidak dianjurkan karenatidak ekonomis.
    3. Fermentasi.
      Fermentasi dilakukan pada media cair yang telah diinokulasi dengan starter. Fermentasi berlangsung pada kondisi aerob (membutuhkan oksigen). Mikroba tumbuh terutama pada permukaan media. Fermentasi dilangsungkan sampai nata yang terbentuk cukup tebal (1,0 – 1,5 cm). Biasanya ukuran tersebut tercapai setelah 10 hari (semenjak diinokulasi dengan starter), dan fermentasi diakhiri pada hari ke 15. Jika fermentasi tetap diteruskan , kemungkinan permukaan nata mengalami kerusakan oleh mikroba pencemar. Nata berupa lapisan putih seperti agar. Lapisan ini adalah massa mikroba berkapsul dari selulosa. Lapisan nata mengandung sisa media yang sangat masam. Rasa dan bau masam tersebut dapat dihilangkan dengan perendaman dan perebusan dengan air bersih.
  2. BAHAN
    1. Penyiapan biakan murni.
      • Biakan murni A.xylinum
      • Glukosa (100 gram)
      • Ekstrak khamir (5 gram)
      • K2HPO4 (5gram)
      • (NH4)2SO4 (0,6 gram)
      • MgSO4 (0,2 gram)
      • Agar (18 gram)
      • Air kelapa (1 liter)
      • Asam Asetat 25 % untuk mengatur pH menjadi 3-4
    2. Pembuatan Starter
      • Biakan murni A.xylinum
      • Gulkosa 100 gram
      • Urea 5 gram
      • Air kelapa 1 liter
      • Asam Asetat 25 % untuk 25% untuk mengatur pH menjadi 3-4
    3. Fermentasi Nata.
      • Starter
      • Glukosa
      • Urea
      • Limbah cair tahu (whey tahu)
      • Asam Asetat 25 % untuk 25% untuk mengatur pH menjadi 3-4
  3. PERALATAN
    1. Alat untuk Penyiapan Biakan Murni - Alat pensteril
      • Tabung reaksi dan kapas.
      • Jarum ose
      • Kotak inokulasi
      • Lampu spritus
      • Gelas piala
      • Kompor
      • Kotak inkubasi
      • Lemari pendingin (kulkas)
      • Timbangan
      • pH meter
    2. Pembuatan Starter.
      • Botol bermulut lebar
      • Kertas.
      • Ruang inkubasi
      • Wadah perebus media
      • Timbangan
      • pH meter.
    3. Fermentasi
      • Wadah fermentasi
      • Wadah perebus media
      • Ruang fermentasi
      • Timbangan
      • Kompor
      • pH meter.
    4. Pemanenan Hasil
      • Wadah perendam dan perebus
      • Pemotong nata.
  4. CARA PEMBUATAN
    1. Penyiapan biakan murni.
      1. Agar (15-18 gram) dimasukkan ke dalam 500 ml air kelapa, kemudian dipanaskan sampai larut. Setelah itu tambahkan ekstrak ragi (5 gram) dan
        diaduk sampai larut (larutan a)
      2. Gula (75 gram) dan asam asetat (15 ml) dimasukkan ke dalam 500 ml air kelapa segar yang lain dan diaduk sampai gula larut (larutan b)
      3. Larutan (a) sebanyak 3-4 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian tutup dengan kapas. Larutan (b) 3-4 ml juga dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang lain, kemudian ditutup dengan kapas. Masing-masing disterilkan pada suhu 121°C selama 20 menit.
      4. Setelah selesai sterilisasi dan larutan tidak terlalu panas lagi, larutan (a) dituangkan ke larutan (b) secara aseptis. Setelah itu 1 tabung berisi larutan b diletakkan secara miring utnuk membuat agar miring dan ditunggu sampai agar mengeras.
      5. Inokulum Acetobacter xylinum diinokulasikan pada agar miring diatas. Kemudian diinkubasikan pada suhu kamar atau pada suhu 30°C sampai
        tampak pertumbuhan bakteri serupa keloid mengkilat dan bening pada permukaan agar miring.
    2. Pembuatan Starter.
      1. Air kelapa diendapkan, kemudian disaring dengan beberapa lapis kain kassa, kemudian dipanaskan sampai mendidih dengan api besar sambil diaduk-aduk. Setelah mendidih, ditambahkan (a) asam asetat glasial (10- 20 ml asam asetat untuk setiap 1 liter air kelapa), dan gula (75-100,0 gram gula untuk tiap 1 liter air kelapa) campuran ini diaduk sampai gula larut. Larutan ini disebut air kelapa asam bergula.
      2. Urea (sebanyak 3 gram urea untuk setiap 1 liter air kelapa asam bergula yang disiapkan pada no.1 diatas) dilarutkan di dalam sedikit air kelapa (Setiap 1 gram urea membutuhkan 20 ml air kelapa). Larutan ini dididihkan, kemudian dituangkan ke dalam air kelapa asam bergula.
      3. Ketika masih panas, media dipindahkan ke dalam beberapa botol bermulut lebar, masing-masing sebanyak 200 ml. Botol ditutup dengan kapas steril. Setelah dingin, ditambahkan 4 ml suspensi mikroba. Setelah itu, media diinkubasi pada suhu kamar selama 6-8 hari (sampai terbentuk lapisan putih pada permukaan media).
    3. Fermentasi Nata
      1. Whey tahu yang masih segar diendapkan, dan disaring dengan beberapa lapis kain kassa, kemudian dipanaskan sampai mendidih dengan api besar sambil diaduk-aduk. Setelah mendidih, ditambahkan (a) asam asetat glasial (10 ml asam asetat untuk setiap 1 liter whey), dan (2) gula (80 gram gula untuk setiap liter whey). Campuran ini diaduk sampai gula larut. Larutan ini disebut dengan Whey asam bergula.
      2. Urea (sebanyak 5 gram urea untuk setiap 1 liter whey aam berula yang disiapkan pada no. 1 diatas) dilarutkan di dalam sedikit whey yang telah dimasak (setiap 1 gram urea membutuhkan 20 ml whey). Larutan ini dididihkan, kemudian dituangkan ke dalam whey asam bergula. Laruatn yang diperoleh disebut sebagai media nata. Larutan ini didinginkan sampai suam-suam kuku.
      3. Media nata ditambah dengan starter (setiap 1 liter media nata membutuhkan 50-100 ml starter), kemudian dipindahkan ke dalam wadah-wadah fermentasi dengan ketinggian media 4 cm. Wadah ditutup dengan kertas yang telah dipanaskan di dalam oven pada suhu 140°C selama 2 jam. Wadah berisi media ini disimpan di raung fermentasi selama 12-15 hari sampai terbentuk lapisan nata yang cukup tebal (1,5 – 2,0 cm).
    4. Panen dan Pencucian.
      Lapisan nata diangkat, kemudian dicuci dengan air bersih. Setelah itu nata direndam di dalam air mengalir atau air yang diganti-ganti denan air segar selama 3 hari. Setelah itu nata dipotong-potong dengan panjang 1,5 dan lebar 1,5 cm. Potongan nata direbus 5-10 menit, kemudian dicuci dan direbus lagi selama 10 menit. Hal ini diulangi sampai nata tidak berbau dan berasa asam lagi.
    5. Pembotolan
      1. Pembuatan sirup. Gula yang putih bersih dilarutkan ke dalam air (setiap 2 kg gula dilarutkan ke dalam 4 liter air bersih), kemudian ditambahkan vanilie (secukupnya) danbenzoat (1 gram untuk setiap liter larutan gula). Larutan sirup ini direbus sampai mendidih selama 30 menit.
      2. Pengemasan. Nata yang masih panas segera dimasukkan ke dalam sirup, kemudian didinginkan sampai suam-suam kuku. Setelah itu nata dikemas di dalam kantong plastik rangkap dua, atau di dalam gelas plastik dan kemasan ditutup dengan rapat (kantong plastik diikat dengan karet, dan gelas plastik di seal).
  5. KONTAK HUBUNGANDewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat, Jl. Rasuna Said, Padang Baru, Padang, Telp. 0751 40040, Fax. 0751 40040
    Sumber : Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil Sumatera Barat, Hasbullah, Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat

Cara Mengolah Tepung Pisang


  1. PINUKUIK (PAN CAKE)
    1. Bahan
      Tepung pisang campuran. Tepung ini dibuat dengan mencampurkan sampai rata bahan-bahan berikut : tepung pisang (80 bagian), susu skim (15 bagian), soda kue (3 bagian), garam halus putih bersih (1 bagian), dan bubuk kulit manis (0,1 bagian).
    2. Alat
      Wajan, atau cetakan. Alat ini digunakan untuk memasak pinukuik
    3. Cara Pengolahan
      Tepung pisang campuran (200 gram) dicampur dengan air (400 ml) dan diaduk sampai rata. Wajan atau cetakan dipanaskan, kemudian diolesi dengan minyak. Adonan (3 sendok makan besar) dimasukkan ke dalam wajan atau cetakan yang sedang panas, dan ditutup. Api dikecilkan, dan ditunggu sampai kue matang (6 menit).
  2. BUBUR BALITA
    1. Bahan
      Tepung bubur pisang. Tepung ini dibuat dengan mencampurkan sampai rata bahan-bahan berikut : tepung pisang (40 bagian), susu skim (30 bagian), gula pasir (20 bagian), tepung kacang hijau (5 bagian), dan bekatu (4 bagian), dan garam halus putih bersih (1 bagian).
    2. Alat
      Panci. Alat ini digunakan untuk memasak bubur balita
    3. Cara Pengolahan
      Tepung bubur pisang (50 gram) ditambah dengan air dingin yang telah dimasak (125 ml), kemudian diaduk sampai rata. Setelah itu ke dalam adonan ini ditambahkan lagi air panas yang baru mendidih (125 ml) dan adonan diaduk sampai rata. Adonan dimasak di dalam panci dengan api kecil sambil diaduk sampai mendidih.
  3. COOKIES TEPUNG PISANG
    1. Bahan
      1. Tepung pisang (385 gram)
      2. Susu skim (70 gram)
      3. Gula pasir halus yang putih bersih (100 gram)
      4. Margarin (100 gram)
      5. Ragi roti (10 gram)
      6. Garam (5 gram)
      7. Telur (1 butir)
    2. Alat
      1. Mixer. Alat ini digunakan untuk mengocok adonan
      2. Loyang
      3. Oven
    3. Cara Pengolahan
      1. Ragi roti dicampur dengan gula halus (5 gram) dan air (15 ml) diaduk sampai larut, kemudian didiamkan selama 15 menit. Campuran ini disebut Tepung ini disebut dengan suspensi ragi.
      2. Tepung pisang dicampur dengan susu skim, sisa gula dan garam kemudian diaduk sampai rata. Campuran ini disebut Tepung pisang campuran.
      3. Suspensi ragi (No. 1) dicampur dengan tepung pisang campuran (No. 2), margarin dan telur. Campuran ini diaduk sampai rata. Adonan yang diperoleh disebut adonan cookies.
      4. Adonan cookies dicetak atau dibentuk sesuai dengan keinginn. Adonan yang telah dicetak disebut dengan cookies mentah.
      5. Cookies mentah dipanggang di dalam oven pada suhu 200 0 C sampai matang (30 menit).
  4. KUE BOLU TEPUNG PISANG
    1. Bahan
      1. Tepung pisang (150 gram)
      2. Gula halus putih bersih (150 gram)
      3. Margarin (150 gram)
      4. Susu skim (50 gram)
      5. Soda kue (5 gram)
      6. Telur ayam (6 butir)
    2. Alat
      1. Mixer
      2. Cetakan bolu
      3. Bubuk coklat tanpa lemak
      4. Air
    3. Cara Pengolahan
      1. Tepung pisang, susu skim dan soda kue dicampur sampai rata. Campuran ini disebut tepung pisang campuran.
      2. Gula dan margarin dikocok sampai berbuih putih. Kemudian ditambahkan kuning telur sambil dikocok sampai rata. Putih telur yang tersisa juga dikocok sampai berbuih, kemudian dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam adonan sebelumnya sambil dikocok. Ke dalam adonan ini dimasukkan tepung pisang campuran sedikit demi sedikit sambil dikocok. Campuran yang diperoleh disebut adonan mentah.
      3. Adonan mentah dimasukkan ke dalam cetakan, kemudian dibakar pada suhu 200 ° C sampai matang.
  5. KUE PASIR
    1. Bahan
      1. Tepung pisang (200 gram)
      2. Meizena (50 gram)
      3. Gula pasir halus putih bersih (150 gram)
      4. Margarin (150 gram)
      5. Telur ayam (3 butir)
      6. Garam halus putih bersih (secukupnya)
      7. Essence pisang (secukupnya)
    2. Cara Pengolahan
      Gula pasir halus, garam halus, kuning telur dan essence dicampur sampai halus dan dikocok sampai berbuih, kemudian dimasukkan tepung pisang dan meizena sedikit demi sedikit sambil dikocok. Setelah itu dimasukkan mentega yang telah dipanaskan sampai mencair sedikit demi sedikit sambil terus dikocok. Adonan dimasukkan ke dalam loyang dan dipanggang dalam oven sampai matang.
  6. KONTAK HUBUNGANDewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat; Jl. Rasuna Said, Padang Baru, Padang, Telp. 0751 40040, Fax. 0751 40040
    Sumber : Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil Sumatera Barat, Hasbullah, Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat

Cara Membuat Anggur dari Buah-buahan


  1. PENDAHULUANBuah-buahan merupakan bahan pangan sumber vitamin. Selain buahnya yang dimakan dalam bentuk segar, daunnya juga dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Misalnya daun pisang untuk makanan ternak, daun pepaya untuk mengempukkan daging dan melancarkan air susu ibu (ASI) terutama daun pepaya jantan.
    Warna buah cepat sekali berubah oleh pengaruh fisika misalnya sinar matahari dan pemotongan, serta pengaruh biologis (jamur) sehingga mudah menjadi busuk. Oleh karena itu pengolahan buah untuk memperpanjang masa simpannya sangat penting. Buah dapat diolah menjadi berbagai bentuk minuman seperti anggur, sari buah dan sirup juga makanan lain seperti manisan, dodol, keripik, dan sale.
    Anggur buah adalah jenis minuman sari buah yang dibuat dengan cara peragian. Proses peragian berlangsung selama 7~15 hari. Kandungan gula pada bahan diubah menjadi alkohol oleh ragi. Ragi tersebut mulai bekerja aktif bila terlihat ada gelembung-gelembung udara. Pada proses ini, bahan-bahannya harus ditempatkan dalam botol yang tertutup rapat. (tanpa udara).
    Buah yang biasa dibuat anggur antara lain : pisang klutuk (biji), ambon, raja, tawi, dan jenis pisang lainnya; serta buah nenas, jambu, apel, mangga, pala, dan lain-lainnya. Namun produk anggur pisang yang paling baik adalah dari jenis pisang klutuk (pisang biji), karena buah ini rasanya lebih manis dan baunya lebih harum. Pisang inipun mudah didapat, karena sering dijumpai tumbuh dipingir-pingir sungai sebagai tanaman liar, dan harganyapun sepertiga lebih murah dari jenis pisang lainnya.
  2. BAHAN
    1. Buah pisang klutuk atau buah lainnya 1 kg (tanpa kulit)
    2. Taoge (kecambah) 2 ons
    3. Ragi roti (gist) 3 sendok teh
    4. Gula pasir 1 kg
    5. Air bersih 6 liter
  3. ALAT

    1. Panci
    2. Alat penumbuk (alu)
    3. Botol besar yang sudah disterilkan (untuk peragian)
    4. Gabus (untuk penutup botol)
    5. Pipa plastik bergaris tengah 1 cm
    6. Kain saring, blacu atau kalo
    7. Lilin untuk penutup gabus
  4. CARA PEMBUATAN

    1. Kupas buah kemudian potong kecil-kecil lalu rebus, jangan sampai mendidih;
      * Khusus untuk buah pala direndam dahulu dalam larutan Natrium Hipoklorit (NaOCL) sebanyak 4 gram dalam 1 liter air, selama satu menit. Setelah itu cuci, kemudian kukus selama 10 menit.
    2. Hancurkan buah, tambahkan air 400 ml lalu saring dengan kain saring, blacu atau kalo untuk mendapatkan sari buah;
    3. Rebus kecambah atau taoge dalam 1 liter air, peras dan campurkan air perasan dengan air rebusannya untuk memperoleh sari (ekstrak) taoge;
    4. Campurkan sari buah pisang dengan sari taoge. Tambahkan air dan gula sedikit demi sedikit sampai isinya mencapai 6 liter;
    5. Panaskan selama 15 menit (dihitung mulai dari setengah mendidih). Setelah itu saring dengan kain saring dan dinginkan dengan cara diangin-anginkan
      sampai suhunya turun;
      * Khusus untuk buah pala pemanasnya selama 30 menit.
      Gambar 1. Fermentasi Anggur
    6. Tambahkan ragi roti (gist) sebanyak 3 sendok the yang telah dilarutkan dalam air hangat secukupnya ke dalam campuran sari buah dan taoge pada
      saat suhunya turun;
    7. Masukkan dalam botol (harus penuh betul agar tidak ada udara yang masuk) dan tutup dengan gabus yang diberi lubang kecil untuk memasukkan pipa plastik serta rapatkan lubang gabus tadi dengan lilin;
    8. Biarkan selama 14 hari pada suhu ruangan. Selama peragian, pipa plastik yang berbentuk U diisi air untuk menghalangi masuknya udara dari luar;
    9. Sebelum diminum, anggur harus dimasak dahulu dan ditambah gula pasir secukupnya, karena hampir semua gula yang ditambahkan pada saat pengolahan diubah menjadi alkohol,
  5. DIAGRAM ALIR PEMBUATAN ANGGUR BUAH
    Catatan :
    1. Supaya ragi dapat tumbuh dan bekerja dengan baik dapat ditambahkan amonium phosphat <(NH4)3 PO4} 0,25 gram/liter sari buah.
    2. Untuk menghambat atau membunuh pertumbuhan mikroorganisme (bakteri atau kapang) yang tidak dikehendaki dapat ditambahkan kalsium metabisulfit 0,125 gram/liter sari buah.
  6. DAFTAR PUSTAKA

    1. Winarno, F.G. dan Mardjuki. Paket industri anggur pisang klutuk. Pusbangtepa, Bogor, 1979.
    2. Saragih, Y.P. Pembuatan anggur pisang klutuk. Buletin Pusbangtepa, 4 (14), Mei 1982 : 29-36.
    3. Siti Sofiah dan Subardjo. Pembuatan anggur buah pala. Bogor : Balai Besar Litbang Industri Hasil Pertanian. Badan Litbang Industri. Departemen
      Perindustrian, 1984. 5 hal.
  7. KONTAK HUBUNGAN
    Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan, PDII, LIPI, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12910.
    Sumber : Tri Margono, Detty Suryati, Sri Hartinah, Buku Panduan Teknologi Pangan, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, 1993.

Cara Membuat Acar Bawang Merah


  1. PENDAHULUANSayuran, terutama yang berdaun hijau, merupakan salah satu bahan pangan yang baik karena mengandung vitamin dan mineral, antara lain vitamin C, provitamin A, zat besi, dan kalsium. Sayuran yang paling banyak di Indonesia adalah kangkung, bayam, katuk, daun mlinjo, dan petsai (Oomen, dkk, 1984). Sayuran dapat tumbuh pada berbagai kondisi lingkungan dan suhu yang berbeda, sehingga beragam jenisnya.
    Berbagai sayuran dapat ditanam di sekitar pekarangan dalam upaya untuk menggalakkan usaha penganekaragaman pangan yang disebut lumbung hidup. Dengan adanya program pemerintah tersebut diharapkan hasil panen sayuran akan berlimpah.
    Ada beberapa jenis sayuran yang dapat dimanfaatkan misalnya yang berbentuk buah seperti tomat, terung, dan labu; biji seperti kecipir, kelapa, dan kentang; umbi seperti wortel, bawang, dan bit; tunas (asparagus), bunga (kubis), dan daun seperti petsai, kangkung, bayam, dan lain-lain.
    Salah satu sifat sayuran adalah cepat layu dan busuk akibat kurang cermatnya penanganan lepas panen. Untuk memperpanjang masa simpannya dapat dilakukan dengan berbagai pengolahan, misalnya acar, sauerkraut, sayuran asin, kerupuk, dan lain-lain.
    Pembuatan acar menggunakan cuka dan garam sebagai bahan pengawet. Bau acar sangat khas akibat pengaruh cuka yang ditambahkan. Sering digunakan sebagai penyedap masakan seperti pada bakso atau jenis masakan lainnya.
    Sayuran yang sering dibuat acar selain bawang merah, antara lain : mentimun, cabai, wortel, dan lain-lain, atau campuran dari seluruh bahan tersebut.
  2. BAHAN

    1.  Bawang merah ½ kg
    2. Cuka 25 % 200 ml (1 botol kecil)
    3. Garam secukupnya
    4. Gula pasir secukupnya
    5. Air secukupnya
  3. ALAT

    1. Panci
    2. Baskom
    3. Botol dan tutup yang sudah disterilkan
  4.   CARA PEMBUATAN

    1. Pilih bawang merah yang baik lalu kupas dan cuci. Untuk jenis sayuran lainnya setelah dicuci lalu potong-potong sesuai dengan selera, bisa (1x1)
      cm atau (1x5) cm;
    2. Celupkan dalam air mendidih selama 1 menit. Sesudah itu celupkan kembali dalam air dingin dan tiriskan;
    3. Masukkan bawang merah tersebut ke dalam botol yang telah disterilkan sebanyak ¾ dari isi botol;
    4. Buat larutan cuka dengan menambahkan 1 liter air, 1 botol cuka 25 %, gula pasir dan garam secukupnya. Panaskan larutan tersebut hingga mendidih;
    5. Masukkan larutan panas tersebut ke dalam botol yang telah berisi bawang merah hingga mencapai 5 cm di bawah permukaan tutup botol, lalu tutup rapat.
  5. DIAGRAM ALIR PEMBUATAN ACAR BAWANG MERAH

  6. DAFTAR PUSTAKA
    Pengolahan sayuran. Jakartya : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Badan Litbang Pertanian. 1989. 5 Hal. (Pamplet).
  7. KONTAK HUBUNGAN
    Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan, PDII, LIPI, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12910.
    Sumber : Tri Margono, Detty Suryati, Sri Hartinah, Buku Panduan Teknologi Pangan, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, 1993.

Cara Membuat Acar Bawang


  1. PENDAHULUANAcar bawang adalah produk hasil fermentasi bahan nabati (buah, sayu, dan umbi) di dalam larutan garam 10~15 %. Selama fermentasi mikroba tahan garam tumbuh manghasilkan asam, rasa dan aroma yang khas acar.
    Produk ini banyak dikenal oleh masyarakat, dan belum tersedia di pasaran lokal. Walaupun demikian, produk ini merupakan alternatif usaha yang mungkin menguntungkan karena cara pembuatannya sederhana, biaya tidak mahal, dan penampilan produk cukup menarik.
  2. BAHAN

    1. Bawang merah.
    2. Larutan garam 15 %.
      Larutan ini diperlukan untuk merendam bawang sehingga terjadi fermentasi oleh mikroba tahan garam. Pembuatan 10 liter larutan adalah sebagai berikut. Garam 1,5 kg dimasukkan ke dalam baskom atau ember, kemudianditambahkan air sambil diaduk sampai volume menjadi 10 liter. Larutan dipanaskan sampai mendidih. Setelah larutan disaring dengan 2 lapis kain saring.
    3. Cabe merah segar.
    4. Pengawet.
      Pengawet yang digunakan adalah sodium benzoat. Senyawa ini dapat menghambat pertumbuhan mikroba perusak makan.
    5. Asam sitrat. Bahan ini digunakan untuk mengasamkan sirup gula sehingga pH-nya menjadi ± 3,5. Kondisi asam atau pH rendah dapat menghambat pertumbuhan mikroba perusak selama penyaringan.
  3. PERALATAN

    1. Stoples. Alat ini digunakan untuk merendam bawang di dalam larutan garam.
    2. Botol kaca bermulut lebar dengan penutup ulir. Alat ini digunakan untuk mengemas acar bawang.
    3. Panci. Alat ini digunakan untuk memanaskan larutan garam.
    4. .Termometer. Alat ini digunakan untuk mengukur suhu larutan garam.
  4. CARA PEMBUATAN

    1. Perendaman di dalam larutan garam 15%. Bawang dimasukkan ke dalam stoples sampai terisi 3/4 bagian. Setelah itu, larutan garam 15% dituangkan ke dalam stoples sampai penuh, kemudian stoples mencapai 50~60°C setelah itu stoples ditutup rapat, dan disimpan selama 15 hari. Hasil yang diperoleh disebut dengan acar mentah bawang.
    2. Pengurangan kadar garam (desalting). Acar mentah di dalam air hangat (suhu 40 0 C). perendaman dilakukan selama 4 jam sambil diaduk-aduk dengan pelan. Jika suhu turun di bawah 35 0 C, larutan yang berisi acar ini harus dipanaskan agar suhu hangat kembali (35~40 0 C). Setelah itu, acar ditiriskan.
    3. Pengemasan.
      1. Penyiapan botol. Botol disikat, disabuni, dicuci dan dibilas sampai bersih, kemudian direbus di dalam air mendidih selama 30 menit. Botol dibiarkan tetap di dalam air mendidih selama proses pembotolan dilakukan.
      2. Penyiapan larutan acar. Larutan garam 5% ditambah dengan cabe merah segar yang telah debelah dan asam sitrat. Setiap 1 liter larutan garam ditambah dengan 10 buah cabe dan 10 gram, asam sitrat. Setelah itu, larutan dididihkan sambil diaduk selama 5 menit, kemudian disaring dengan 4 lapis kain saring dan didinginkan.
      3. Pembotolan acar
        1. Acar dimasukkan ke dalam botol sampai 1 cm di bawah bibir botol, kemudian larutan acar yang panas (suhu 80~90°C) dituangkan sampai permukaan larutan 0,5 cm di bawah bibir botol. Setelah itu, tutup botol dipasangkan dengan kuat, kemudian botol diletakkan dalam keadaan terbalik selama 5 menit. Jika terdapat larutan yang mengalir keluar melalui tutup, menandakan bahwa tutup botol sudah cacat, atau bibir botol sumbing. Oleh karena itu, tutup harus dibuka lagi dan diperiksa. Jika ditemukan cacat pada tutup atau bibir botol, tutup atau botol harus diganti. Jika tidak ditemukan cacat, penutupan harus diulang sehingga penutupan cukup kuat dan rapat.
        2. Botol tertutup yang telah berisi acar direbus di dalam air mendidih selama 15 menit. Setelah itu botol diangkat, dan didinginkan pada suhu kamar.
        3. Setelah botol agak dingin (hangat-hangat kuku), botol diberi label dan segel plastik.
  5. KONTAK HUBUNGAN
    Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat; Jl. Rasuna Said, Padang Baru, Padang, Telp. 0751 40040, Fax. 0751 40040
    Sumber : Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil Sumatera Barat, Hasbullah, Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat