Cara Memelihara Domba Garut

1. SEJARAH SINGKAT
Domba yang kita kenal sekarang merupakan hasil dometikasi manusia yang sejarahnya diturunkan dari 3 jenis domba liar, yaitu Mouflon (Ovis musimon) yang berasal dari Eropa Selatan dan Asia Kecil, Argali (Ovis amon) berasal dari Asia Tenggara, Urial (Ovis vignei) yang berasal dari Asia.
2. SENTRA PERIKANAN
Di Indonesia sentra peternakan domba berada di daerah Aceh dan Sumatra Utara. Di Aceh pada tahun 1993 tercatat sekitar 106 ribu ekor domba, sementara di Sumatera Utara sekitar 95 ribu ekor domba yang diternakan. Lahan yang digunakan untuk berternak di daerah Aceh berdasarkan data Puslit Tanah dan Agroklimat Deptan tahun 1979, seluas 5,5 juta hektar mulai dari kemampuan kelas I sampai VIII, sedangkan di Sumatera Utara luas lahan yang digunakan sekitar 7 juta hektar.
3. JENIS
Domba seperti halnya kambing, kerbau dan sapi, tergolong dalam famili Bovidae. Kita mengenal beberapa bangsa domba yang tersebar diseluruh dunia, seperti:
  1. Domba Kampung adalah domba yang berasal dari Indonesia
  2. Domba Priangan berasal dari Indonesia dan banyak terdapat di daerah Jawa Barat.
  3. Domba Ekor Gemuk merupakan domba yang berasal dari Indonesia bagian Timur seperti Madura, Sulawesi dan Lombok.
  4. Domba Garut adalah domba hasil persilangan segi tiga antara domba kampung, merino dan domba ekor gemuk dari Afrika Selatan.
    Di Indonesia, khususnya di Jawa, ada 2 bangsa domba yang terkenal, yakni domba ekor gemuk yang banyak terdapat di daerah Jawa Tengah dan Jawa
    Timur dan domba ekor tipis yang banyak terdapat di Jawa Barat
4. MANFAAT
Daging domba merupakan sumber protein dan lemak hewani. Walaupun belum memasyarakat, susu domba merupakan minuman yang bergizi. Manfaat lain dari berternak domba adalah bulunya dapat digunakan sebagai industri tekstil.
5. PERSYARATAN LOKASI
Lokasi untuk peternakan domba sebaiknya berada di areal yang cukup luas, udaranya segar dan keadaan sekelilingnya tenang, dekat dengan sumber pakan ternak, memiliki sumber air, jauh dari daerah pemukiman dan sumber air penduduk (minimal 10 meter), relatif dekat dari pusat pemasaran dan pakan ternak.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
  1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
    1. Perkandangan
      Kandang harus kuat sehingga dapat dipakai dalam waktu yang lama, ukuran sesua dengan jumlah ternak, bersih, memperoleh sinar matahari pagi, ventilasi kandang harus cukup dan terletak lebih tinggi dari lingkungan sekitarnya agar tidak kebanjiran. Atap kandang diusahakan dari bahan yang ringan dan memiliki daya serap panas yang relatif kecil, misalnya dari atap rumbia.Kandang dibagi menjadi beberapa bagian sesuai fungsinya, yaitu:
      1. Kandang induk/utama, tempat domba digemukkan. Satu ekor domba membutuhkan luas kandang 1 x 1 m.
      2. Kandang induk dan anaknya, tempat induk yang sedang menyusui anaknya selama 3 bulan. Seekor induk domba memerlukan luas 1,5 x 1 m dan anak domba memerlukan luas 0,75 x 1 m.
      3. Kandang pejantan, tempat domba jantan yang akan digunakan sebagai pemacak seluas 2 x 1,5 m/pemancak. Di dalam kandang domba sebaiknya terdapat tempat makan, palung makanan dan minuman, gudang makanan, tempat umbaran (tempat domba saat kandang dibersihkan) dan tempat kotoran/kompos.
      Tipe dan model kandang pada hakikatnya dapat dibedakan dalam 2 tipe, yaitu:

      1. Tipe kandang Panggung
        Tipe kandang ini memiliki kolong yang bermanfaat sebagai penampung kotoran. Kolong digali dan dibuat lebih rendah daripada permukaan tanah sehingga kotoran dan air kencingnya tidak berceceran. Alas kandang terbuat dari kayu/bambu yang telah diawetkan, Tinggi panggung dari tanah dibuat minimal 50 cm/2 m untuk peternakan besar. Palung makanan harus dibuat rapat, agar bahan makanan yang diberikan tidak tercecer keluar.
      2. Tipe kandang Lemprak
        Kandang tipe ini pada umumnya digunakan untuk usaha ternak domba kereman. Kandang lemprak tidak dilengkapi dengan alas kayu, tetapi ternak beralasan kotoran dan sisa-sisa hijauan pakan. Kandang tidak dilengkapi dengan palung makanan, tetapi keranjang rumput yang
        diletakkan diatas alas. Pemberian pakan sengaja berlebihan, agar dapat hasil kotoran yang banyak. Kotoran akan dibongkar setelah sekitar 1-6 bulan.
  2. Penyiapan Bibit
    Domba yang unggul adalah domba yang sehat dan tidak terserang oleh hama penyakit, berasal dari bangsa domba yang persentase kelahiran dan kesuburan tinggi, serta kecepatan tumbuh dan persentase karkas yang baik. Dengan demikian keberhasilan usaha ternak domba tidak bisa dipisahkan dengan pemilihan induk/pejantan yang memiliki sifat-sifat yang baik.
    1. Pemilihan Bibit dan Calon Induk
      1. Calon Induk: berumur 1,5-2 tahun, tidak cacat, bentuk perut normal, telinga kecil hingga sedang, bulu halus, roman muka baik dan memiliki
        nafsu kawin besar dan ekor normal.
      2. Calon Pejantan: berumur 1,5-2 tahun, sehat dan tidak cacat, badan normal dan keturunan dari induk yang melahirkan anak 2 ekor/lebih, tonjolan tulang pada kaki besar dan mempunyai buah zakar yang sama besar serta kelaminnya dapat bereaksi, mempunyai gerakan yang lincah, roman muka baik dan tingkat pertumbuhan relatif cepat.
    2. Reproduksi dan Perkawinan
      Hal yang harus di ketahui oleh para peternak dalam pengelolaan reproduksi adalah pengaturan perkawinan yang terencana dan tepat waktu.
      1. Dewasa Kelamin, yaitu saat ternak domba memasuki masa birahi yang pertama kali dan siap melaksanakan proses reproduksi. Fase ini dicapai pada saat domba berumur 6-8 bulan, baik pada yang jantan maupun yang betina.
      2. Dewasa tubuh, yaitu masa domba jantan dan betina siap untuk dikawinkan. Masa ini dicapai pada umur 10-12 bulan pada betina dan 12 bulan pada jantan. Perkawinan akan berhasil apabila domba betina dalam keadaan birahi.
    3. Proses Kelahiran
      Lama kebuntingan bagi domba adalah 150 hari (5 bulan). Menjelang kelahiran anak domba, kandang harus bersih dan diberi alas yang kering. Bahan untuk alas kandang dapat berupa karung goni/jerami kering. Obat yang perlu dipersiapkan adalah jodium untuk dioleskan pada bekas potongan tali pusar. Induk domba yang akan melahirkan dapat diketahui melalui perubahan fisik dan perilakunya sebagai berikut:
      1. Keadaan perut menurun dan pinggul mengendur.
      2. Buah susu membesar dan puting susu terisi penuh.
      3. Alat kelamin membengkak, berwarna kemerah-merahan dan lembab.
      4. Ternak selalu gelisah dan nafsu makan berkurang.
      5. Sering kencing.

      Proses kelahiran berlangsung 15-30 menit, jika 45 menit setelah ketuban pecah, anak domba belum lahir, kelahiran perlu dibantu. Anak domba yang baru lahir dibersihkan dengan menggunakan lap kering agar dapat bernafas. Biasanya induk domba akan menjilati anaknya hingga kering dan bersih.

  3. Pemeliharaan
    1. Sanitasi dan Tindakan Preventif
      Sanitasi lingkungan dapat dilakukan dengan membersihkan kandang dan peralatan dari sarang serangga dan hama. kandang terutama tempat pakan dan tempat minum dicuci dan dikeringkan setiap hari. Perlu dilakukan pembersihan rumput liar di sekitar kandang. Kandang ternak dibersihkan seminggu sekali.
    2. Pengontrolan Penyakit
      Domba yang terserang penyakit dapat segera diobati dan dipisahkan dari yang sehat. Lakukan pencegahan dengan menyuntikan vaksinasi pada domba-domba yang sehat.
    3. Perawatan Ternak
      Induk bunting diberi makanan yang baik dan teratur, ruang gerak yang lapang dan dipisahkan dari domba lainnya. induk yang baru melahirkan diberi minum dan makanan hijauan yang telah dicampurkan dengan makanan penguat lainnya. Selain itu, induk domba harus dimandikan. Anak domba (Cempe) yang baru dilahirkan, dibersihkan dan diberi makanan yang terseleksi. Cempe yang disapih perlu diperhatikan. pakan yang berkualitas
      dalam bentuk bubur tidak lebih dari 0,20 kg satu kali sehari.
      Perawatan ternak dewasa meliputi:
      1. Memandikan ternak secara rutin minimal seminggu sekali. dengan cara disikat dan disabuni. pada pagi hari, kemudian dijemur dibawah sinar
        matahari pagi.
      2. Mencukur Bulu
        Pencukuran bulu domba dengan gunting biasa/cukur ini. dilakukan minimal 6 bulan sekali dan disisakan guntingan bulu setebal kira-kira 0,5 cm. Sebelumnya domba dimandikan sehingga bulu yang dihasilkan dapat dijadikan bahan tekstil. Keempat kaki domba diikat agar tidak lari pada saat dicukur. Pencukuran dimulai dari bagian perut kedepan dan searah dengan punggung domba.
      3. Merawat dan Memotong Kuku
        Pemotongan kuku domba dipotong 4 bulan sekali dengan golok, pahat kayu, pisau rantan, pisau kuku atau gunting.
    4. Pemberian Pakan
      Zat gizi makanan yang diperlukan oleh ternak domba dan mutlak harus tersedia dalam jumlah yang cukup adalah karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Bahan pakan untuk domba pada umumnya digolongkan dalam 4 golongan sebagai berikut:
      1. Golongan Rumput-rumputan, seperti rumput gajah, benggala, brachiaria, raja, meksiko dan rumput alam.
      2. Golongan Kacang-kacangan, seperti daun lamtoro, turi, gamal daun kacang tanah, daun kacang-kacangan, albisia, kaliandra, gliricidia dan
        siratro.
      3. Hasil Limbah Pertanian, seperti daun nangka, daun waru, daun dadap, daun kembang sepatu, daun pisang, daun jagung, daun ketela pohon,
        daun ketela rambat dan daun beringin.
      4. Golongan Makanan Penguat (Konsentrat), seperti dedak, jagung karing, garam dapur, bungkil kelapa, tepung ikan, bungkil kedelai, ampas tahu, ampas kecap dan biji kapas.
      Pakan untuk domba berupa campuran dari keempat golongan di atas yang disesuaikan dengan tingkatan umur. Adapun proporsi dari campuran tersebut adalah:

      1. Ternak dewasa: rumput 75%, daun 25%
      2. Induk bunting: rumput 60%, daun 40%, konsentrat 2-3 gelas
      3. Induk menyusui: rumput 50%, daun 50% dan konsentrat2-3 gelas
      4. Anak sebelum disapih: rumput 50%, daun 50%
      5. Anak lepas sapih: rumput 60%, daun 40% dan konsentrat 0,5–1 gelas

      Sedangkan dosis pemberian ransum untuk pertumbuhan domba adalah sebagai berikut:

      1. Bobot badan 1,4 kg: rumput/hijauan=180 kg/hari, pertambahan bobot=50 gram/hari
      2. Bobot badan 1,4 kg: rumput/hijauan=340 kg/hari, pertambahan bobot=100 gram/hari
      3. Bobot badan 1,4 kg: rumput/hijauan=410 kg/hari, pertambahan bobot=150 gram/hari
      4. Bobot badan 2,9 kg: rumput/hijauan=110 kg/hari, pertambahan bobot=50 gram/hari
      5. Bobot badan 2,9 kg: rumput/hijauan=280 kg/hari, pertambahan bobot=100 gram/hari
      6. Bobot badan 2,9 kg: rumput/hijauan=440 kg/hari, pertambahan bobot=150 gram/hari
      7. Bobot badan 4,3 kg: konsentrat=160 gram/hari, pertambahan bobot=50 gram/hari
      8. Bobot badan 4,3 kg: konsentrat=320 gram/hari, pertambahan bobot=100 gram/hari
      9. Bobot badan 4,3 kg: konsentrat=470 gram/hari, pertambahan bobot=150 gram/hari
      10. Bobot badan 5,8 kg: konsentrat=100 gram/hari, pertambahan bobot=50 gram/hari
      11. Bobot badan 5,8 kg: konsentrat=260 gram/hari, pertambahan bobot=100 gram/hari
      12. Bobot badan 5,8 kg: konsentrat=410 gram/hari, pertambahan bobot=150 gram/hari
      13. Bobot badan 7,2 kg: konsentrat=60 gram/hari, pertambahan bobot=50 gram/hari
      14. Bobot badan 7,2 kg: konsentrat=180 gram/hari, pertambahan bobot=100 gram/hari
      15. Bobot badan 7,2 kg: konsentrat=340 gram/hari, pertambahan bobot=150 gram/hari
      16. Bobot badan 8,7 kg: konsentrat=50 gram/hari, pertambahan bobot=50 gram/hari
      17. Bobot badan 8,7 kg: konsentrat=110 gram/hari, pertambahan bobot=100 gram/hari
      18. Bobot badan 8,7 kg: konsentrat=260 gram/hari, pertambahan bobot=150 gram/hari
      19. Bobot badan 10,1 kg: konsentrat=40 gram/hari, pertambahan bobot=50 gram/hari
      20. Bobot badan 10,1 kg: konsentrat=280 gram/hari, pertambahan bobot=100 gram/hari
      21. Bobot badan 10,1 kg: konsentrat=440 gram/hari, pertambahan bobot=150 gram/hari
    5. Pemberian Vaksinasi dan Obat
      Pemberian vaksinasi dapat dilakukan setiap enam bulan sekali vaksinasi dapat dilakukan dengan menyuntikan obat kedalam tubuh domba. Vaksinasi mulai dilakukan pada anak domba (cempe) bila telah berusia 1 bulan, selanjutnya diulangi pada usia 2-3 bulan. Vaksinasi yang biasa diberikan adalah jenis vaksin Spora (Max Sterne), Serum anti anthrax, vaksin AE, dan Vaksin SE (Septichaemia Epizootica).
    6. Pemeliharaan Kandang
      Pemeliharaan kandang meliputi pembersihan kotoran domba menimal satu minggu sekali, membuang kotoran ke tempat penampungan limbah, membersihkan lantai atau alas, penyemprotan dan pengapuran kandang untuk disinfektan.
7. HAMA DAN PENYAKIT
  1. Penyakit Mencret
    Penyebab: bakteri Escherichia coli yang menyerang anak domba berusia 3 bulan. Pengobatan: antibiotika dan sulfa yang diberikan lewat mulut.
  2. Penyakit Radang Pusar
    Penyebab: alat pemotongan pusar yang tidak steril atau tali pusar tercemar oleh bakteri Streptococcus, Staphyloccus, Escherichia coli dan Actinomyces necrophorus. Usia domba yang terserang biasanya cempe usia 2-7 hari. Gejala: terjadi pembengkakan di sekitar pusar dan apabila disentuh domba akan kesakitan. Pengendalian: dengan antibiotika, sulfa dan pusar dikompres dengan larutan rivanol (Desinfektan).
  3. Penyakit Cacar Mulut
    Penyakit ini menyerang domba usia sampai 3 bulan. Gejala: cempe yang terserang tidak dapat mengisap susu induknya karena tenggorokannya terasa sakit sehingga dapat mengakibatkan kematian. Pengendalian: dengan sulfa seperti Sulfapyridine, Sulfamerozine, atau pinicillin.
  4. Penyakit Titani
    Penyebab: kekurangan Defisiensi Kalsium (Ca) dan Mangan (Mn). Domba yang diserang biasanya berusia 3-4 bulan. Gejala: domba selalu gelisah, timbul kejang pada beberapa ototnya bahkan sampai keseluruh badan. Penyakit ini dapat diobati dengan menyuntikan larutan Genconos calcicus dan Magnesium.
  5. Penyakit Radang Limoah
    Penyakit ini menyerang domba pada semua usia, sangat berbahaya, penularannya cepat dan dapat menular ke manusia. Penyebab: bakteri Bacillus anthracis.. Gejala: suhu tubuh meninggi, dari lubang hidung dan dubur keluar cairan yang bercampur dengan darah, nadi berjalan cepat, tubuh gemetar dan nafsu makan hilang. Pengendalian: dengan menyuntikan antibiotika Pracain penncillin G, dengan dosis 6.000-10.000 untuk /kg berat tubuh domba tertular.
  6. Penyakit Mulut dan kuku
    Penyakit menular ini dapat menyebabkan kematian pada ternak domba, dan yang diserang adalah pada bagian mulut dan kuku. Penyebab: virus dan menyerang semua usia pada domba Gejala: mulut melepuh diselaputi lendir. Pengendalian: membersihkan bagian yang melepuh pada mulut dengan menggunakan larutan Aluminium Sulfat 5%, sedangkan pada kuku dilakukan dengan merendam kuku dalam larutan formalin atau Natrium karbonat 4%.
  7. Penyakit Ngorok
    Penyebab: bakteri Pasteurella multocida. Gejala: nafsu makan domba berkurang, dapat menimbulkan bengkak pada bagian leher dan dada. Semua usia domba dapat terserang penyakit ini, domba yang terserang terlihat lidahnya bengkak dan menjulur keluar, mulut menganga, keluar lendir berbuih dan sulit tidur. Pengendalian: menggunakan antibiotika lewat air minum atau suntikan.
  8. Penyakit perut Kembung
    Penyebab: pemberian makanan yang tidak teratur atau makan rumput yang masih diselimuti embun. Gejala: lambung domba membesar dan dapat menyebabkan kematian. Untuk itu diusahakan pemberian makan yang teratur jadwal dan jumlahnya jangan digembalakan terlalu pagi Pengendalian: memberikan gula yang diseduh dengan asam, selanjutnya kaki domba bagian depan diangkat keatas sampai gas keluar.
  9. Penyakit Parasit Cacing
    Semua usia domba dapat terserang penyakit ini. Penyebab: cacing Fasciola gigantica (Cacing hati), cacing Neoascaris vitulorum (Cacing gelang), cacing Haemonchus contortus (Cacing lambung), cacing Thelazia rhodesii (Cacing mata). Pengendalian: diberikan Zanil atau Valbazen yang diberikan lewat minuman, dapat juga diberi obat cacing seperti Piperazin dengan dosis 220 mg/kg berat tubuh domba.
  10. Penyakit Kudis
    Merupakan penyakit menular yang menyerang kulit domba pada semua usia. Akibat dari penyakit ini produksi domba merosot, kulit menjadi jelek dan mengurangi nilai jual ternak domba. Penyebab: parasit berupa kutu yang bernama Psoroptes ovis, Psoroptes ciniculi dan Chorioptes bovis. Gejala: tubuh domba lemah, kurus, nafsu makan menurun dan senang menggaruk tubuhnya. Kudis dapat menyerang muka, telinga, perut punggung, kaki dan pangkal ekor. Pengendalian: dengan mengoleskan Benzoas bensilikus 10% pada luka, menyemprot domba dengan Coumaphos 0,05-0,1%.
  11. Penyakit Dermatitis
    Adalah penyakit kulit menular pada ternak domba, menyerang kulit bibit domba. Penyebab: virus dari sub-group Pox virus dan menyerang semua usia domba. Gejala: terjadi peradangan kulit di sekitar mulut, kelopak mata, dan alat genital. Pada induk yang menyusui terlihat radang kelenjar susu. Pengendalian: menggunakan salep atau Jodium tinctur pada luka.
  12. Penyakit Kelenjar Susu
    Penyakit ini sering terjadi pada domba dewasa yang menyusui, sehingga air susu yang diisap cempe tercemar. Penyebab: ambing domba induk yang menyusui tidak secara ruti dibersihkan. Gejala: ambing domba bengkak, bila diraba tersa panas, terjadi demam dan suhu tubuh tinggi, nafsu makan kurang, produsi air susu induk berkurang. Pengendalian: pemberian obat-obatan antibiotika melalui air minum.
Secara umum pengendalian dan pencegahan penyakit yang terjadi pada domba dapat dilakukan dengan:
  1. Menjaga kebersihan kandang, dan mengganti alas kandang.
  2. Mengontrol anak domba (cempe) sesering mungkin.
  3. Memberikan nutrisi dan makanan penguat yang mengandung mineral, kalsium dan mangannya.
  4. Memberikan makanan sesuai jadwal dan jumlahnya, Hijauan pakan yang baru dipotong sebaiknya dilayukan lebih dahulu sebelum diberikan.
  5. Menghindari pemberian makanan kasar atau hijauan pakan yang terkontaminasi siput dan sebelum dibrikan sebainya dicuci dulu.
  6. Sanitasi yang baik, sering memandikan domba dan mencukur bulu.
  7. Tatalaksana kandang diatur dengan baik.
  8. Melakukan vaksinasi dan pengobatan pada domba yang sakit.
8. PANEN
  1. Hasil Utama
    Hasil utama dari budidaya domba adalah karkas (daging)
  2. Hasil Tambahan
    Hasil tambahan dari budidaya domba adalah bulunya (wool) yang dapat di jadikan sebagai bahan tekstil.
  3. Pembersihan
    Sebelum dipotong ternak dibersihkan dengan cara mencuci kaki domba dan menyemprotkan air diatas kepala ternak agar karkas yang dihasilkan tidak
    tercemar oleh bakteri dan kotoran.
9. PASCAPANEN
  1. Stoving
    Ada beberapa prinsip teknis yang harus diperhatikan dalam pemotongan domba agar diperoleh hasil pemotongan yang baik, yaitu:
    1. Ternak domba harus diistirahatkan sebelum pemotongan
    2. Ternak domba harus bersih, bebas dari tanah dan kotoran lain yang dapat mencemari daging.
    3. Pemotongan ternak harus dilakukan secepat mungkin, dan rasa sakit yang diderita ternak diusahakan sekecil mungkin dan darah harus keluar secara tuntas.
    4. Semua proses yang digunakan harus dirancang untuk mengurangi jumlah dan jenis mikroorganisme pencemar seminimal mungkin.
  2. Pengulitan
    Pengulitan pada domba yang telah disembelih dapat dilakukan dengan menggunakan pisau tumpul atau kikir agar kulit tidak rusak. Kulit domba dibersihkan dari daging, lemak, noda darah atau kotoran yang menempel. Jika sudah bersih, dengan alat perentang yang dibuat dari kayu, kulit domba dijemur dalam keadaan terbentang. Posisi yang paling baik untuk penjemuran dengan sinar matahari adalah dalam posisi sudut 45 derajat.
  3. Pengeluaran Jeroan
    Setelah domba dikuliti, isi perut (visceral) atau yang sering disebut dengan jeroan dikeluarkan dengan cara menyayat karkas (daging) pada bagian perut
    domba.
  4. Pemotongan Karkas
    Karkas dibelah menjadi dua bagian yaitu karkas tubuh bagian kiri dan karkas tubuh bagian kanan. Karkas dipotong-potong menjadi sub-bagian leher, paha depan, paha belakang, rusuk dan punggung. Potongan tersebut dipisahkan menjadi komponen daging, lemak, tulang dan tendon. Pemotongan karkas
    harus mendapat penanganan yang baik supaya tidak cepat menjadi rusak, terutama kualitas dan hygienitasnya. Sebab kondisi karkas dipengaruhi oleh peran mikroorganisme selama proses pemotongan dan pengeluaran jeroan.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
  1. Analisis Usaha Budidaya
    Perkiraan analisis usaha domba selama 136 hari di Bogor tahun 1995 adalah sebagai berikut:
    1. Biaya produksi
      1. Lahan
        • Sewa tanah 700 m 2 (5 bulan) Rp. 100.000,-
      2. Bibit
        • Domba lepas sapih 100 ekor@ Rp.40.000,- Rp. 4.000.000,-
      3. Bangunan dan peralatan
        • Kandang ukuran 3,5 m x 18,75 m (2 buah) :
          • Bambu 360 batang @ Rp. 2.000,- Rp. 720.000,-
          • Papan kayu panjang 2 m (352 buah) @ Rp. 2.000,- Rp. 704.000,-
          • Paku reng 8 kg @ Rp. 4.000,- Rp. 32.000,-
          • Paku usuk 10 kg @ Rp. 2.500,- Rp. 25.000,-
          • Genting 6.480 buah @ Rp. 200,- Rp. 1.296.000,-
          • Tali 42 m @ Rp. 700,00 Rp. 29.400,-
        • Base Camp + gudang ukuran 5 m x 6 m :
          • Bambu 28 batang @ Rp.2.000,- Rp. 56.000,-
          • Papan kayu panjang 2 m 60 buah @ Rp.1.800,- Rp. 108.000,-
          • Paku reng 2 kg @ Rp.4.000,00 Rp. 8.000,-
          • Paku usuk 3 kg @ Rp.2.500,00 Rp. 7.500,-
          • Genting 1.200 buah @ Rp.200,- Rp. 240.000,-
          • Tali 15 m @ Rp. 700,- Rp. 10.500,-
        • Peralatan
          • Tempat minum dia 25 cm(100 buah) @ Rp.2.500,- Rp. 250.000,-
          • Sekop 2 buah @ Rp.12.500,- Rp. 25.000,-
          • Ember plastik diameter 25 cm (3 bh) @ Rp.2.500,- Rp. 7.500,-
          • Tong bak air (2 buah) @ Rp.35.000,- Rp. 70.000,-
          • Ciduk (4 buah) @ Rp.1.500,- Rp. 6.000,-
      4. Pakan
        • Hijauan/rumput 34.000 kg @ Rp.500,- Rp. 17.000.000,-
        • Konsentrat Rp. 2.450.000,-
        • Dedak 1.780 kg @ Rp.600,- Rp. 1.068.000,-
        • Bungkil kelapa 890 kg @ Rp.1.250,- Rp. 1.112.500,-
        • Tepung jagung 534,1 kg @ Rp.900,- Rp. 480.690,-
        • Bungkil kacang tanah 284,9 kg @ Rp.1800,- Rp. 512.820,-
        • Garam dapur 35,598 kg @ Rp.500,- Rp. 17.800,-
        • Tepung tulang 23,472 kg @ Rp.600,- Rp. 14.100,-
        • Kapur 23,472 kg @ Rp.600,- Rp. 14.100,-
      5. Tenaga kerja
        • Tenaga kerja 112 HKSP @ Rp.7.000,- Rp. 784.000,-
        • Tenaga kerja 15 HKSP @ Rp.7.000,- Rp. 105.000,-
        • Tenaga kerja pemeliharaan selama 136 hari Rp. 884.000,-
      6. Biaya tak terduga 10% Rp. 3.213.800,-
        Total Modal Usaha Tani Rp. 35.351.710,-
    2. Pendapatan
      1. Nilai penjualan ternak100 x 95% x Rp.400.000,- Rp. 38.000.000,-
      2. Nilai penjualan pupuk kandang Rp 250.000,- : Total Pendapatan (II) Rp. 38.250.000,-
      3. Keuntungan usaha : (II - I) Rp. 2.898.290,-
    3. Parameter kelayakan usaha
      Total Pendapatan
      a. B/C Ratio = ........ . = 1,08
      Total biaya produksi
  2. Gambaran Peluang Agribisnis : …
11. DAFTAR PUSTAKA
  1. Bambang agus murtidjo. 1993. Memelihara Domba, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
  2. Bambang Cahyono. 1998. Beternak Domba dan Kambing, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
  3. Bambang Sugeng. 1990. Beternak Domba. Penebar Swadaya, Jakarta,
  4. Joko santoso dkk. 1991. Pengembangan Ternak Potong di Pedesaan (Prosiding), Fakultas Peternakan UNSOED. Purwokerto.
  5. Warta pertanian No. 125/Th.X/1993, Peternakan, Jakarta, 1993.
12. KONTAK HUBUNGAN
  1. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
  2. Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8, Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952, Situs Web: http://www.ristek.go.id
Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas

Cara Beternak Ayam Petelur

(Gallus sp.)

1. SEJARAH SINGKAT
Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Asal mula ayam unggas adalah berasal dari ayam hutan dan itik liar yang ditangkap dan dipelihara serta dapat bertelur cukup banyak. Tahun demi tahun ayam hutan dari wilayah dunia diseleksi secara ketat oleh para pakar. Arah seleksi ditujukan pada produksi yang banyak, karena ayam hutan tadi dapat diambil telur dan dagingnya maka arah dari produksi yang banyak dalam seleksi tadi mulai spesifik. Ayam yang terseleksi untuk tujuan produksi daging dikenal dengan ayam broiler, sedangkan untuk produksi telur dikenal dengan ayam petelur. Selain itu, seleksi juga diarahkan pada warna kulit telur hingga kemudian dikenal ayam petelur putih dan ayam petelur cokelat. Persilangan dan seleksi itu dilakukan cukup lama hingga menghasilkan ayam petelur seperti yang ada sekarang ini. Dalam setiap kali persilangan, sifat jelek dibuang dan sifat baik dipertahankan (“terus dimurnikan”). Inilah yang kemudian dikenal dengan ayam petelur unggul.
Menginjak awal tahun 1900-an, ayam liar itu tetap pada tempatnya akrab dengan pola kehidupan masyarakat dipedesaan. Memasuki periode 1940-an, orang mulai mengenal ayam lain selain ayam liar itu. Dari sini, orang mulai membedakan antara ayam orang Belanda (Bangsa Belanda saat itu menjajah Indonesia) dengan ayam liar di Indonesia. Ayam liar ini kemudian dinamakan ayam lokal yang kemudian disebut ayam kampung karena keberadaan ayam itu memang di pedesaan. Sementara ayam orang Belanda disebut dengan ayam luar negeri yang kemudian lebih akrab dengan sebutan ayam negeri (kala itu masih merupakan ayam negeri galur murni). Ayam semacam ini masih bisa dijumpai di tahun 1950-an yang dipelihara oleh beberapa orang penggemar ayam. Hingga akhir periode 1980-an, orang Indonesia tidak banyak mengenal klasifikasi ayam. Ketika itu, sifat ayam dianggap seperti ayam kampung saja, bila telurnya enak dimakan maka dagingnya juga enak dimakan. Namun, pendapat itu ternyata tidak benar, ayam negeri/ayam ras ini ternyata bertelur banyak tetapi tidak enak dagingnya.
Ayam yang pertama masuk dan mulai diternakkan pada periode ini adalah ayam ras petelur white leghorn yang kurus dan umumnya setelah habis masa produktifnya. Antipati orang terhadap daging ayam ras cukup lama hingga menjelang akhir periode 1990-an. Ketika itu mulai merebak peternakan ayam broiler yang memang khusus untuk daging, sementara ayam petelur dwiguna/ayam petelur cokelat mulai menjamur pula. Disinilah masyarakat mulai sadar bahwa ayam ras mempunyai klasifikasi sebagai petelur handal dan pedaging yang enak. Mulai terjadi pula persaingan tajam antara telur dan daging ayam ras dengan telur dan daging ayam kampung. Sementara itu telur ayam ras cokelat mulai diatas angin, sedangkan telur ayam kampung mulai terpuruk pada penggunaan resep makanan tradisional saja. Persaingan inilah menandakan maraknya peternakan ayam petelur.
Ayam kampung memang bertelur dan dagingnya memang bertelur dan dagingnya dapat dimakan, tetapi tidak dapat diklasifikasikan sebagai ayam dwiguna secara komersial-unggul. Penyebabnya, dasar genetis antara ayam kampung dan ayam ras petelur dwiguna ini memang berbeda jauh. Ayam kampung dengan kemampuan adaptasi yang luar biasa baiknya. Sehingga ayam kampung dapat mengantisipasi perubahan iklim dengan baik dibandingkan ayam ras. Hanya kemampuan genetisnya yang membedakan produksi kedua ayam ini. Walaupun ayam ras itu juga berasal dari ayam liar di Asia dan Afrika.
2. SENTRA PERIKANAN
Ayam telah dikembangkan sangat pesat di setiapa negara. Sentra peternakan ayam petelur sudah dijumpai di seluruh pelosok Indonesia terutama ada di Pulau Jawa dan Sumatera, tetapi peternakan ayam telah menyebar di Asia dan Afrika serta sebagian Eropa.
3. JENIS
Jenis ayam petelur dibagi menjadi dua tipe:
  1. Tipe Ayam Petelur Ringan.
    Tipe ayam ini disebut dengan ayam petelur putih. Ayam petelur ringan ini mempunyai badan yang ramping/kurus-mungil/kecil dan mata bersinar. Bulunya berwarna putih bersih dan berjengger merah. Ayam ini berasal dari galur murni white leghorn. Ayam galur ini sulit dicari, tapi ayam petelur ringan komersial banyak dijual di Indonesia dengan berbagai nama. Setiap pembibit ayam petelur di Indonesia pasti memiliki dan menjual ayam petelur ringan (petelur putih) komersial ini. Ayam ini mampu bertelur lebih dari 260 telur per tahun produksi hen house. Sebagai petelur, ayam tipe ini memang khusus untuk bertelur saja sehingga semua kemampuan dirinya diarahkan pada kemampuan bertelur, karena dagingnya hanya sedikit. Ayam petelur ringan ini sensitif terhadapa cuaca panas dan keributan, dan ayam ini mudah kaget dan bila kaget ayam ini produksinya akan cepat turun, begitu juga bila kepanasan.
  2. Tipe Ayam Petelur Medium.
    Bobot tubuh ayam ini cukup berat. Meskipun itu, beratnya masih berada di antara berat ayam petelur ringan dan ayam broiler. Oleh karena itu ayam ini disebut tipe ayam petelur medium. Tubuh ayam ini tidak kurus, tetapi juga tidak terlihat gemuk. Telurnya cukup banyak dan juga dapat menghasilkan daging yang banyak. Ayam ini disebut juga dengan ayam tipe dwiguna. Karena warnanya yang cokelat, maka ayam ini disebut dengan ayam petelur cokelat yang umumnya mempunyai warna bulu yang cokelat juga. Dipasaran orang mengatakan telur cokelat lebih disukai daripada telur putih, kalau dilihat dari warna kulitnya memang lebih menarik yang cokelat daripada yang putih, tapi dari segi gizi dan rasa relatif sama. Satu hal yang berbeda adalah harganya dipasaran, harga telur cokelat lebih mahal daripada telur putih. Hal ini dikarenakan telur cokelat lebih berat daripada telur putih dan produksinya telur cokelat lebih sedikit daripada telur putih. Selain itu daging dari ayam petelur medium akan lebih laku dijual sebagai ayam pedaging dengan rasa yang enak.
4. MANFAAT
Ayam-ayam petelur unggul yang ada sangat baik dipakai sebagai plasma nutfah untuk menghasilkan bibit yang bermutu. Hasil kotoran dan limbah dari pemotongan ayam petelur merupakan hasil samping yang dapat diolah menjadi pupuk kandang, kompos atau sumber energi (biogas). Sedangkan seperti usus dan jeroan ayam dapat dijadikan sebagai pakan ternak unggas setelah dikeringkan. Selain itu ayam dimanfaatkan juga dalam upacara keagamaan.
5. PERSYARATAN LOKASI
  1. Lokasi yang jauh dari keramaian/perumahan penduduk.
  2. Lokasi mudah dijangkau dari pusat-pusat pemasaran.
  3. Lokasi terpilih bersifat menetap, tidak berpindah-pindah.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
  1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
    1. Kandang
      Iklim kandang yang cocok untuk beternak ayam petelur meliputi persyaratan temperatur berkisar antara 32,2–35 °C, kelembaban berkisar antara 60–70%, penerangan dan atau pemanasan kandang sesuai dengan aturan yang ada, tata letak kandang agar mendapat sinar matahari pagi dan tidak melawan arah mata angin kencang serta sirkulasi udara yang baik, jangan membuat kandang dengan permukaan lahan yang berbukit karena menghalangi sirkulasi udara dan membahayakan aliran air permukaan bila turun hujan, sebaiknya kandang dibangun dengan sistem terbuka agar hembusan angin cukup memberikan kesegaran di dalam kandang. Untuk kontruksi kandang tidak harus dengan bahan yang mahal, yang penting kuat, bersih dan tahan lama. Selanjutnya perlengkapan kandang hendaknya disediakan selengkap mungkin seperti tempat pakan, tempat minum, tempat air, tempat ransum, tempat obat-obatan dan sistem alat penerangan.
      1. Bentuk-bentuk kandang berdasarkan sistemnya dibagi menjadi dua:
        1. Sistem kandang koloni, satu kandang untuk banyak ayam yang terdiri dari ribuan ekor ayam petelur;
        2. Sistem kandang individual, kandang ini lebih dikenal dengan sebutan cage. Ciri dari kandang ini adalah pengaruh individu di dalam kandang tersebut menjadi dominan karena satu kotak kandang untuk satu ekor ayam. Kandang sistem ini banyak digunakan dalam peternakan ayam petelur komersial.
      2. Jenis kandang berdasarkan lantainya dibagi menjadi tiga macam yaitu:
        1. kandang dengan lantai liter, kandang ini dibuat dengan lantai yang dilapisi kulit padi, pesak/sekam padi dan kandang ini umumnya diterapkan pada kandang sistem koloni;
        2. kandang dengan lantai kolong berlubang, lantai untuk sistem ini terdiri dari bantu atau kayu kaso dengan lubang-lubang diantaranya, yang nantinya untuk membuang tinja ayam dan langsung ke tempat penampungan;
        3. kandang dengan lantai campuran liter dengan kolong berlubang, dengan perbandingan 40% luas lantai kandang untuk alas liter dan 60% luas lantai dengan kolong berlubang (terdiri dari 30% di kanan dan 30% di kiri).
    2. Peralatan
      1. Litter (alas lantai)
        Alas lantai/litter harus dalam keadaan kering, maka tidak ada atap yang bocor dan air hujan tidak ada yang masuk walau angin kencang. Tebal litter setinggi 10 cm, bahan litter dipakai campuran dari kulit padi/sekam dengan sedikit kapur dan pasir secukupnya, atau hasi serutan kayu dengan panjang antara 3–5 cm untuk pengganti kulit padi/sekam.
      2. Tempat bertelur
        Penyediaan tempat bertelur agar mudah mengambil telur dan kulit telur tidak kotor, dapat dibuatkan kotak ukuran 30 x 35 x 45 cm yang cukup untuk 4–5 ekor ayam. Kotak diletakkan dididing kandang dengan lebih tinggi dari tempat bertengger, penempatannya agar mudah pengambilan telur dari luar sehingga telur tidak pecah dan terinjak-injak serta dimakan. Dasar tempat bertelur dibuat miring dari kawat hingga telur langsung ke luar sarang setelah bertelur dan dibuat lubah yang lebih besar dari besar telur pada dasar sarang.
      3. Tempat bertengger
        Tempat bertengger untuk tempat istirahat/tidur, dibuat dekat dinding dan diusahakan kotoran jatuh ke lantai yang mudah dibersihkan dari luar. Dibuat tertutup agar terhindar dari angin dan letaknya lebih rendah dari tempat bertelur.
      4. Tempat makan, minum dan tempat grit
        Tempat makan dan minum harus tersedia cukup, bahannya dari bambu, almunium atau apa saja yang kuat dan tidak bocor juga tidak berkarat. Untuk tempat grit dengan kotak khusus
  2. Penyiapan Bibit
    • Ayam petelur yang akan dipelihara haruslah memenuhi syarat sebagai berikut, antara lain:
      1. Ayam petelur harus sehat dan tidak cacat fisiknya.
      2. Pertumbuhan dan perkembangan normal.
      3. Ayam petelur berasal dari bibit yang diketahui keunggulannya.
    • Ada beberapa pedoman teknis untuk memilih bibit/DOC (Day Old Chicken) /ayam umur sehari:
      1. Anak ayam (DOC ) berasal dari induk yang sehat.
      2. Bulu tampak halus dan penuh serta baik pertumbuhannya .
      3. Tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya.
      4. Anak ayam mempunyak nafsu makan yang baik.
      5. Ukuran badan normal, ukuran berat badan antara 35-40 gram.
      6. Tidak ada letakan tinja diduburnya.
    1. Pemilihan Bibit dan Calon Induk
      Penyiapan bibit ayam petelur yang berkreteria baik dalam hal ini tergantung sebagai berikut:
      1. Konversi Ransum.
        Konversi ransum merupakan perabandingan antara ransum yang dihabiskan ayam dalam menghasilkan sejumlah telur. Keadaan ini sering disebut dengan ransum per kilogram telur. Ayam yang baik akan makan sejumlah ransum dan menghasilkan telur yang lebih banyak/lebih besar daripada sejumlah ransum yang dimakannya. Bila ayam itu makan terlalu banyak dan bertelur sedikit maka hal ini merupakan cermin buruk bagi ayam itu. Bila bibit ayam mempunyai konversi yang kecil maka bibit itu dapat dipilih, nilai konversi ini dikemukakan berikut ini pada berbagai bibit ayam dan juga dapat diketahui dari lembaran daging yang sering dibagikan pembibit kepada peternak dalam setiap promosi penjualan bibit ayamnya.
      2. Produksi Telur.
        Produksi telur sudah tentu menjadi perhatian. Dipilih bibit yang dapat memproduksi telur banyak. Tetapi konversi ransum tetap utama sebab ayam yang produksi telurnya tinggi tetapi makannya banyak juga tidak menguntungkan.
      3. Prestasi bibit dilapangan/dipeternakan.
        Apabila kedua hal diatas telah baik maka kemampuan ayam untuk bertelur hanya dalam sebatas kemampuan bibit itu. Contoh prestasi beberapa jenis bibit ayam petelur dapat dilihat pada data di bawah ini. - Babcock B-300 v: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house) 270, ransum 1,82 kg/dosin telur.
        • Dekalb Xl-Link: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house) 255-280, ransum 1,8-2,0 kg/dosin telur.
        • Hisex white: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house) 288, ransum 1,89 gram/dosin telur.
        • H & W nick: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house) 272, ransum 1,7-1,9 kg/dosin telur.
        • Hubbarb leghorn: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house)260, ransum 1,8-1,86 kg/dosin telur.
        • Ross white: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house) 275, ransum 1,9 kg/dosin telur.
        • Shaver S 288: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house)280, ransum 1,7-1,9 kg/dosin telur.
        • Babcock B 380: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur(hen house) 260-275, ransum 1,9 kg/dosin telur.
        • Hisex brown: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur(hen house)272, ransum 1,98 kg/dosin telur.
        • Hubbarb golden cornet: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur(hen house) 260, ransum 1,24-1,3 kg/dosin telur.
        • Ross Brown: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur(hen house) 270, ransum 2,0 kg/dosin telur.
        • Shaver star cross 579: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur(hen house) 265, ransum 2,0-2,08 kg/dosin telur.
        • Warren sex sal link: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur(hen house) 280, ransum 2,04 kg/dosin telur.
  3. Pemeliharaan
    1. Sanitasi dan Tindakan Preventif
      Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan merupakan usaha pencegahan penyakit yang paling murah, hanya dibutuhkan tenaga yang ulet/terampil saja. Tindakan preventif dengan memberikan vaksin pada ternak dengan merek dan dosis sesuai catatan pada label yang dari poultry shoup.
    2. Pemberian Pakan
      Untuk pemberian pakan ayam petelur ada 2 (dua) fase yaitu fase starter (umur 0-4 minggu) dan fase finisher (umur 4-6 minggu).
      1. Kualitas dan kuantitas pakan fase starter adalah sebagai berikut:
        • Kwalitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 22-24%, lemak 2,5%, serat kasar 4%, Kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9%, ME 2800-3500 Kcal.
        • Kwantitas pakan terbagi/digolongkan menjadi 4 (empat) golongan yaitu minggu pertama (umur 1-7 hari) 17 gram/hari/ekor; minggu kedua (umur 8-14 hari) 43 gram/hari/ekor; minggu ke-3 (umur 15-21 hari) 66 gram/hari/ekor dan minggu ke-4 (umur 22-29 hari) 91 gram/hari/ekor. Jadi jumlah pakan yang dibutuhkan tiap ekor sampai pada umur 4 minggu sebesar 1.520 gram.
      2. Kwalitas dan kwantitas pakan fase finisher adalah sebagai berikut:
        • Kwalitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 18,1-21,2%; lemak 2,5%; serat kasar 4,5%; kalsium (Ca) 1%; Phospor (P) 0,7-0,9% dan energi (ME) 2900-3400 Kcal.
        • Kwantitas pakan terbagi/digolongkan dalam empat golongan umur yaitu: minggu ke-5 (umur 30-36 hari) 111 gram/hari/ekor; minggu ke-6 (umut 37-43 hari) 129 gram/hari/ekor; minggu ke-7 (umur 44-50 hari) 146 gram/hari/ekor dan minggu ke-8 (umur 51-57 hari) 161 gram/hari/ekor. Jadi total jumlah pakan per ekor pada umur 30-57 hari adalah 3.829 gram.
          Pemberian minum disesuaikan dangan umur ayam, dalam hal ini dikelompokkan dalam 2 (dua) fase yaitu:
          1. Fase starter (umur 1-29 hari) kebutuhan air minum terbagi lagi pada masing-masing minggu, yaitu
            minggu ke-1 (1-7 hari) 1,8 lliter/hari/100 ekor;
            minggu ke-2 (8-14 hari) 3,1 liter/hari/100 ekor;
            minggu ke-3 (15-21 hari) 4,5 liter/hari/100 ekor dan
            minggu ke-4 (22-29 hari) 7,7 liter/hari/ekor.
            Jadi jumlah air minum yang dibutuhkan sampai umur 4 minggu adalah sebanyak 122,6 liter/100 ekor. Pemberian air minum pada hari pertama hendaknya diberi tambahan gula dan obat anti stress kedalam air minumnya. Banyaknya gula yang diberikan adalah 50 gram/liter air.
          2. Fase finisher (umur 30-57 hari), terkelompok dalam masing-masing minggu yaitu
            minggu ke-5 (30-36 hari) 9,5 lliter/hari/100 ekor;
            minggu ke-6 (37-43 hari) 10,9 liter/hari/100 ekor;
            minggu ke-7 (44-50 hari) 12,7 liter/hari/100 ekor dan
            minggu ke-8 (51-57 hari) 14,1 liter/hari/ekor. Jadi total air minum 30-57 hari sebanyak 333,4 liter/hari/ekor.
    3. Pemberian Vaksinasi dan Obat
      Vaksinasi merupakan salah satu cara pengendalian penyakit virus yang menulardengan cara menciptakan kekebalan tubuh. Pemberiannya secara teratur sangat penting untuk mencegah penyakit. Vaksin dibagi menjadi 2 macam yaitu:
      Vaksin aktif adalah vaksin mengandung virus hidup. Kekebalan yang ditimbulkan lebih lama daripada dengan vaksin inaktif/pasif. Vaksin inaktif, adalah vaksin yang mengandung virus yang telah dilemahkan/dimatikan tanpa merubah struktur antigenic, hingga mampu membentuk zat kebal. Kekebalan yang ditimbulkan lebih pendek, keuntungannya disuntikan pada ayam yang diduga sakit.

      Macam-macam vaksin:
      1. Vaksin NCD vrus Lasota buatan Drh Kuryna
      2. Vaksin NCD virus Komarov buatan Drh Kuryna (vaksin inaktif)
      3. Vaksin NCD HB-1/Pestos.
      4. Vaksin Cacar/pox, virus Diftose.
      5. Vaksin anti RCD Vaksin Lyomarex untuk Marek.

      Persyaratan dalam vaksinasi adalah:
      1. Ayam yang divaksinasi harus sehat.
      2. Dosis dan kemasan vaksin harus tepat.
      3. Sterilisasi alat-alat.
    4. Pemeliharaan Kandang
      Agar bangunan kandang dapat berguna secara efektif, maka bangunan kandang perlu dipelihara secara baik yaitu kandang selalu dibersihkan dan dijaga/dicek apabila ada bagian yang rusak supaya segera disulam/diperbaiki kembali. Dengan demikian daya guna kandang bisa maksimal tanpa mengurangi persyaratan kandang bagi ternak yang dipelihara.
7. HAMA DAN PENYAKIT
  1. Penyakit karena Bakteri
    1. Berak putih (pullorum)
      Menyerang ayam kampung dengan angka kematian yang tinggi.
      Penyebab: Salmonella pullorum. Pengendalian: diobati dengan antibiotika
    2. Foel typhoid
      Sasaran yang disering adalah ayam muda/remaja dan dewasa.
      Penyebab: Salmonella gallinarum. Gejala: ayam mengeluarkan tinja yang berwarna hijau kekuningan.
      Pengendalian: dengan antibiotika/preparat sulfa.
    3. Parathyphoid
      Menyerang ayam dibawah umur satu bulan.
      Penyebab: bakteri dari genus Salmonella.
      Pengendalian: dengan preparat sulfa/obat sejenisnya.
    4. Kolera
      Penyakit ini jarang menyerang anak ayam atau ayam remaja tetapi selain menyerang ayam menyerang kalkun dan burung merpati.
      Penyebab: pasteurella multocida.
      Gejala: pada serangan yang serius pial ayam (gelambir dibawah paruh) akan membesar.
      Pengendalian: dengan antibiotika (Tetrasiklin/Streptomisin).
    5. Pilek ayam (Coryza)
      Menyerang semua umur ayam dan terutama menyerang anak ayam.
      Penyebab: makhluk intermediet antara bakteri dan virus.
      Gejala: ayam yang terserang menunjukkan tanda-tanda seperti orang pilek.
      Pengendalian: dapat disembuhkan dengan antibiotia/preparat sulfa.
    6. CRD
      CRD adalah penyakit pada ayam yang populer di Indonesia. Menyerang anak ayam dan ayam remaja.
      Pengendalian: dilakukan dengan antibiotika (Spiramisin dan Tilosin).
    7. Infeksi synovitis
      Penyakit ini sering menyerang ayam muda terutama ayam broiler dan kalkun.
      Penyebab: bakteri dari genus Mycoplasma.
      Pengendalian: dengan antibiotika.
  2. Penyakit karena Virus
    1. Newcastle disease (ND)
      ND adalah penyakit oleh virus yang populer di peternak ayam Indonesia. Pada awalnya penyakit ditemukan tahun 1926 di daerah Priangan. Penemuan tersebut tidak tersebar luas ke seluruh dunia. Kemudian di Eropa, penyakit ini ditemukan lagi dan diberitakan ke seluruh dunia. Akhirnya penyakit ini disebut Newcastle disease.
    2. Infeksi bronchitis
      Infeksi bronchitis menyerang semua umur ayam. Pada dewasa penyakit ini menurunkan produksi telur. Penyakit ini merupakan penyakit pernafasan yang serius untuk anak ayam dan ayam remaja. Tingkat kematian ayam dewasa adalah rendah, tapi pada anak ayam mencapai 40%. Bila menyerang ayam petelur menyebabkan telur lembek, kulit telur tidak normal, putih telur encer dan kuning telur mudah berpindah tempat (kuning telur yang normal selalu ada ditengah). Tidak ada pengobatan untuk penyakit ini tetapi dapat dicegah dengan vaksinasi.
    3. Infeksi laryngotracheitis
      Infeksi laryngotracheitis merupakan penyakit pernapasan yang serius terjadi pada unggas. Penyebab: virus yang diindetifikasikan dengan Tarpeia avium. Virus ini di luar mudah dibunuh dengan desinfektan, misalnya karbol.
      Pengendalian:
      1. belum ada obat untuk mengatasi penyakit ini;
      2. pencegahan dilakukan dengan vaksinasi dan sanitasi yang ketat.
    4. Cacar ayam (Fowl pox)
      Gejala: tubuh ayam bagian jengger yang terserang akan bercak-bercak cacar.
      Penyebab: virus Borreliota avium.
      Pengendalian: dengan vaksinasi.
    5. Marek
      Penyakit ini menjadi populer sejak tahun 1980-an hingga kini menyerang bangsa unggas, akibat serangannya menyebabkan kematian ayam hingga 50%.
      Pengendalian: dengan vaksinasi.
    6. Gumboro
      Penyakit ini ditemukan tahun 1962 oleh Cosgrove di daerah Delmarva Amerika Serikat. Penyakit ini menyerang bursa fabrisius, khususnya menyerang anak ayam umur 3–6 minggu.
  3. Penyakit karena Jamur dan Toksin
    Penyakit ini karena ada jamur atau sejenisnya yang merusak makanan. Hasil perusakan ini mengeluarkan zak racun yang kemudian di makan ayam. Ada pula pengolahan bahan yang menyebabkan asam amino berubah menjadi zat beracun. Beberapa penyakit ini adalah :
    1. Muntah darah hitam (Gizzerosin)
      Ciri kerusakan total pada gizzard ayam.
      Penyebab: adalah racun dalam tepung ikan tetapi tidak semua tepung ikan menimbulkan penyakit ini. Timbul penyakit ini akibat pemanasan bahan makanan yang menguraikan asam amino hingg menjadi racun.
      Pengendalian: belum ada.
    2. Racun dari bungkil kacang
      Minyak yang tinggi dalam bungkil kelapa dan bungkil kacang merangsang pertumbuhan jamur dari grup Aspergillus. Untuk menghindari keracunan bungkil kacang maka dalam rancung tidak digunakan antioksidan atau bungkil kacang dan bungkil kelapa yang mengandung kadar lemak tinggi.
  4. Penyakit karena Parasit
    1. Cacing
      Karena penyakit cacing jarang ditemukan di peternakan yang bersih dan terpelihara baik. Tetapi peternakan yang kotor banyak siput air dan minuman kotor maka mungkin ayam terserang cacingan.
      Ciri serangan cacingan adalah tubuhnya kurus, bulunya kusam, produksi telur merosot dan kurang aktif.
    2. Kutu
      Banyak menyerang ayam di peternakan Indonesia. Dari luar kutu tidak terlihat tapi bila bulu ayam disibak akan terlihat kutunya. Tanda fisik ayam terserang ayam akan gelisah. Kutu umum terdapat di kandang yang tidak terkena sinar matahari langsung maka sisi samping kandang diarahkan melintang dari Timur ke Barat. Penggunaan semprotan kutu sama dengan cara penyemprotan nyamuk. Penyemprotan ini tidak boleh mengenai tangan dan mata secara langsung dan penyemprotan dilakukan malam hari sehingga pelaksanaannya lebih mudah karena ayam tidak aktif.
  5. Penyakit karena Protozoa
    Penyakit ini berasal dari protozoa (trichomoniasis, Hexamitiasis dan Blachead), penyakit ini dimasukkan ke golongan parasit tetapi sebenarnya berbeda. Penyakit ini jarang menyerang ayam lingkungan peternakan dijaga kebersihan dari alang-alang dan genangan air.
8. PANEN
  1. Hasil Utama
    Hasil utama dari budidaya ayam petelur adalah berupa telur yang diahsilkan oelh ayam. Sebaiknya telur dipanen 3 kali dalam sehari. Hal ini bertujuan agar kerusakan isi tlur yang disebabkan oleh virus dapat terhindar/terkurangi. Pengambilan pertama pada pagi hari antara pukul 10.00-11.00; pengambilan kedua pukul 13.00-14.00; pengambilan ketiga (terakhir)sambil mengecek seluruh kandang dilakukan pada pukul 15.00-16.00.
  2. Hasil Tambahan
    Hasil tambahan yang dapat dinukmati dari hasil budidaya ayam petelur adalah daging dari ayam yang telah tua (afkir) dan kotoran yang dapat dijual untuk dijadikan pupuk kandang.
  3. Pengumpulan
    Telur yang telah dihasilkan diambil dan diletakkan di atas egg tray (nampan telur). Dalam pengambilan dan pengumpulan telur, petugas pengambil harus langsung memisahkan antara telur yang normal dengan yang abnormal. Telur normal adalah telur yang oval, bersih dan kulitnya mulus serta beratnya 57,6 gram dengan volume sebesar 63 cc. Telur yang abnormal misalnya telurnya kecil atau terlalu besar, kulitnya retak atau keriting, bentuknya lonjong.
  4. Pembersihan
    Setelah telur dikumpulkan, selanjutnya telur yang kotor karena terkena litter atau tinja ayam dibershkan. Telur yang terkena litter dapat dibersihkan dengan amplas besi yang halus, dicuci secara khusus atau dengan cairan pembersih. Biasanya pembersihan dilakukan untuk telur tetas.
9. PASCAPANEN
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
  1. Analisis Usaha Budidaya
    Perkiraan analisis budidaya ayam petelur buras (150 ekor) tahun 1998 di Bintaro, Jakarta.
    1. Biaya produksi
      1. Modal tetap (investasi)
        • Kandang dan atap-------------------------------Rp. 225.000,-
        • Induk 150 ekor @ Rp. 17.500,-----------------Rp. 2.626.000,-
          Jumlah biaya modal tetap----------------------------Rp. 2.850.000,-
      2. Modal kerja/variabel
        • Pakan 90 gr x 150 x Rp. 1.210,-/kg x 30-------- Rp. 490.000,-
        • Penyusutan kandang (4tahun)-------------------- Rp. 4.700,-
        • Penyusutan induk (umur produktif 2 tahun)------- Rp. 109.375,-
        • Obat-obatan------------------------------------- Rp. 1.000,-
        • Resiko kematian 3% per tahun------------------- Rp. 6.565,-
          Jumlah biaya modal kerja---------------------------- Rp. 611.640,-
          Jumlah biaya produksi------------------------------- Rp. 611.640,-
    2. Pendapatan
      1. Telur 60 x Rp. 650,- x 30 ----------------------------Rp. 1.170.000,-
      2. Ayam afkir 141 ekor x Rp. 10.000,------------------ Rp. 58.750,-
        Jumlah pendapatan --------------------------------------- Rp. 1.228.750,-
    3. Keuntungan
      1. Rp. 1228.750,- – Rp. 611.640,- =--------------------- Rp. 617.110,-4)
    4. Parameter kelayakan usaha
      a. B/C ratio = 2,0
      Keterangan :
      • Perhitungan biaya dan pendapatan dilakukan dalam 1 bulan
      • Harga-harga diperhitungkan pada bulan November 1998
      • Diperlukan luas tanah 40 m 2
  2. Gambaran Peluang Agribisnis
    Dewasa ini kebutuhan telur dalam negeri terus meningkat sejalan dengan peningkatan pola hidup manusia dalam meningkatkan kebutuhan akan protein hewani yang berasal dari telur. Selain itu juga adanya program pemerintah dalam meningkatkan gizi masyarakat terutama anak-anak. Kebutuhan akan telur yang terus meningkat tidak diimbangi dengan produksi telur yang besar sehingga terjadilah kekurangan persediaan telur yang mengakibatkan harga telur mahal. Dengan melihat kondisi tersebut budidaya ayam petelur dapat memberikan keuntungan yang menjanjikan bila di kelola secara intensif dan terpadu.
11. DAFTAR PUSTAKA
  1. Muhammad Rasyaf, Dr.,Ir. Beternak Ayam Pedaging. Penerbit Penebar Swadaya (anggota IKAPI) Jakarta.
  2. Cahyono, Bambang, Ir.1995. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging (Broiler). Penerbit Pustaka Nusatama Yogyakarta.
12. KONTAK HUBUNGAN
  1. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
  2. Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8, Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952, Situs Web: http://www.ristek.go.id
Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas

BACA JUGA :
SEJARAH AYAM BANGKOK
CARA MELATIH AYAM BANGKOK
MEMBUAT PAKAN AYAM BANGKOK
MEMBEDAKAN ANAK AYAM BETINA DAN JANTAN
MEMBUAT PAKAN CAMPURAN UNTUK AYAM
CARA MEMILIH INDUKAN AYAM BURAS
CARA BETERNAK AYAM PEDAGING
CARA BETERNAK AYAM PETELUR
ALAT PENCABUT BULU AYAM

Cara Beternak Ayam Pedaging

1. SEJARAH SINGKAT
Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Sebenarnya ayam broiler ini baru populer di Indonesia sejak tahun 1980-an dimana pemegang kekuasaan mencanangkan panggalakan konsumsi daging ruminansia yang pada saat itu semakin sulit keberadaannya. Hingga kini ayam broiler telah dikenal masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya. Hanya 5-6 minggu sudah bisa dipanen. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang bermunculan diberbagai wilayah Indonesia.
2. SENTRA PERIKANAN
Ayam telah dikembangkan sangat pesat disetiap negara. Di Indonesia usaha ternak ayam pedaging juga sudah dijumpai hampir disetiap propinsi
3. JENIS
Dengan berbagai macam strain ayam ras pedaging yang telah beredar dipasaran, peternak tidak perlu risau dalam menentukan pilihannya. Sebab semua jenis strain yang telah beredar memiliki daya produktifitas relatif sama.Artinya seandainya terdapat perbedaan, perbedaannya tidak menyolok atau sangat kecil sekali. Dalam menentukan pilihan strain apa yang akan dipelihara, peternak dapat meminta daftar produktifitas atau prestasi bibit yang dijual di Poultry Shoup. Adapun jenis strain ayam ras pedaging yang banyak beredar di pasaran adalah: Super 77, Tegel 70, ISA, Kim cross, Lohman 202, Hyline, Vdett, Missouri, Hubbard, Shaver Starbro, Pilch, Yabro, Goto, Arbor arcres, Tatum, Indian river, Hybro, Cornish, Brahma, Langshans, Hypeco-Broiler, Ross, Marshall”m”, Euribrid, A.A 70, H&N, Sussex, Bromo, CP 707.
4. MANFAAT
Manfaat beternak ayam ras pedaging antara lain, meliputi:
  1. penyediaan kebutuhan protein hewani
  2. pengisi waktu luang dimasa pensiun
  3. pendidikan dan latihan (diklat) keterampilan dikalangan remaja
  4. tabungan di hari tua
  5. mencukupi kebutuhan keluarga (profit motif)
5. PERSYARATAN LOKASI
  1. Lokasi yang cukup jauh dari keramaian/perumahan penduduk.
  2. Lokasi mudah terjangkau dari pusat-pusat pemasaran.
  3. Lokasi terpilih bersifat menetap, artinya tidak mudah terganggu oleh keperluan-keperluan lain selain untuk usaha peternakan.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
Sebelum usaha beternak dimulai, seorang peternak wajib memahami 3 (tiga) unsur produksi yaitu: manajemen (pengelolaan usaha peternakan), breeding (pembibitan) dan feeding (makanan ternak/pakan)
  1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
    1. Perkandangan
      Sistem perkandangan yang ideal untuk usaha ternak ayam ras meliputi:
      • persyaratan temperatur berkisar antara 32,2-35 derajat C,
      • kelembaban berkisar antara 60-70%, penerangan/pemanasan kandang sesuai dengan aturan yang ada,
      • tata letak kandang agar mendapat sinar matahari pagi dan tidak melawan arah mata angin kencang, model kandang disesuaikan dengan umur ayam,
      • untuk anakan sampai umur 2 minggu atau 1 bulan memakai kandang box, untuk ayam remaja ± 1 bulan sampai 2 atau 3 bulan memakai kandang box yang dibesarkan dan untuk ayam dewasa bisa dengan kandang postal atapun kandang bateray.
      • Untuk kontruksi kandang tidak harus dengan bahan yang mahal, yang penting kuat, bersih dan tahan lama.
    2. Peralatan
      1. Litter (alas lantai)
        Alas lantai/litter harus dalam keadaan kering, maka tidak ada atap yang bocor dan air hujan tidak ada yang masuk walau angin kencang. Tebal litter setinggi 10 cm, bahan litter dipakai campuran dari kulit padi/sekam dengan sedikit kapur dan pasir secukupnya, atau hasi serutan kayu dengan panjang antara 3–5 cm untuk pengganti kulit padi/sekam.
      2. Indukan atau brooder
        Alat ini berbentuk bundar atau persegi empat dengan areal jangkauan 1-3 m dengan alat pemanas di tengah. Fungsinya seperti induk ayam yang menghangatkan anak ayamnya ketika baru menetas.
      3. Tempat bertengger (bila perlu)
        Tempat bertengger untuk tempat istirahat/tidur, dibuat dekat dinding dan diusahakan kotoran jatuh ke lantai yang mudah dibersihkan dari luar. Dibuat tertutup agar terhindar dari angin dan letaknya lebih rendah dari tempat bertelur.
      4. Tempat makan, minum dan tempat grit
        Tempat makan dan minum harus tersedia cukup, bahannya dari bambu, almunium atau apa saja yang kuat dan tidak bocor juga tidak berkarat. Untuk tempat grit dengan kotak khusus
      5. Alat-alat rutin
        Alat-alat rutin termasuk alat kesehatan ayam seperti: suntikan, gunting operasi, pisau potong operasi kecil, dan lain-lain.
  2. Pembibitan
    Ternak yang dipelihara haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut:
    1. ternak sehat dan tidak cacat pada fisiknya
    2. pertumbuhan dan perkembangannya normal
    3. ternak berasal dari pembibitan yang dikenal keunggulannya.
    4. tidak ada lekatan tinja di duburnya
    1. Pemilihan Bibit dan Calon Induk
      Ada beberapa pedoman teknis untuk memilih bibit/DOC (Day OldChicken)/ayam umur sehari:
      1. Anak ayam (DOC ) berasal dari induk yang sehat.
      2. Bulu tampak halus dan penuh serta baik pertumbuhannya .
      3. Tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya.
      4. Anak ayam mempunyak nafsu makan yang baik.
      5. Ukuran badan normal, ukuran berat badan antara 35-40 gram.
      6. Tidak ada letakan tinja diduburnya.
    2. Perawatan Bibit dan Calon Induk
      Dilakukan setiap saat, bila ada gejala kelainan pada ternak supaya segera diberi perhatian secara khusus dan diberikan pengobatan sesuai petunjuk Dinas Peternakan setempat atau dokter hewan yang bertugas di daerah yang bersangkutan.
  3. Pemeliharaan
    1. Pemberian Pakan dan Minuman
      1. Untuk pemberian pakan ayam ras broiler ada 2 (dua) fase yaitu fase starter (umur 0-4 minggu) dan fase finisher (umur 4-6 minggu).
        1. Kualitas dan kuantitas pakan fase starter adalah sebagai berikut:
          • kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 22-24%, lemak 2,5%, serat kasar 4%, Kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9%, ME 2800-3500 Kcal.
          • kuantitas pakan terbagi/digolongkan menjadi 4 (empat) golongan yaitu minggu pertama (umur 1-7 hari) 17 gram/hari/ekor, minggu kedua (umur 8-14 hari) 43 gram/hari/ekor, minggu ke-3 (umur 15-21 hari) 66 gram/hari/ekor dan minggu ke-4 (umur 22-29 hari) 91 gram/hari/ekor. Jadi jumlah pakan yang dibutuhkan tiap ekor sampai pada umur 4 minggu sebesar 1.520 gram.
        2. Kualitas dan kuantitas pakan fase finisher adalah sebagai berikut:
          • kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 18,1-21,2%; lemak 2,5%, serat kasar 4,5%, kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9% dan energi (ME) 2900-3400 Kcal.
          • kuantitas pakan terbagi/digolongkan dalam empat golongan umur yaitu:
            • minggu ke-5 (umur 30-36 hari) 111 gram/hari/ekor,
            • minggu ke-6 (umur 37-43 hari) 129 gram/hari/ekor,
            • minggu ke-7 (umur 44-50 hari) 146 gram/hari/ekor dan
            • minggu ke-8 (umur 51-57 hari) 161 gram/hari/ekor.
              Jadi total jumlah pakan per ekor pada umur 30-57 hari adalah 3.829 gram.
      2. Pemberian minum disesuaikan dangan umur ayam yang dikelompokkan dalam 2 (dua) fase yaitu:
        1. Fase starter (umur 1-29 hari), kebutuhan air minum terbagi lagi pada masing-masing minggu, yaitu minggu ke-1 (1-7 hari) 1,8 lliter/hari/100 ekor; minggu ke-2 (8-14 hari) 3,1 liter/hari/100 ekor, minggu ke-3 (15-21 hari) 4,5 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-4 (22-29 hari) 7,7 liter/hari/ekor. Jadi jumlah air minum yang dibutuhkan sampai umur 4 minggu adalah sebanyak 122,6 liter/100 ekor. Pemberian air minum pada hari pertama hendaknya diberi tambahan gula dan obat anti stress kedalam air minumnya. Banyaknya gula yang diberikan adalah 50 gram/liter air.
        2. Fase finisher (umur 30-57 hari), terkelompok dalam masing-masing minggu yaitu minggu ke-5 (30-36 hari) 9,5 liter/hari/100 ekor, minggu ke-6 (37-43 hari) 10,9 liter/hari/100 ekor, minggu ke-7 (44-50 hari) 12,7 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-8 (51-57 hari) 14,1 liter/hari/ekor. Jadi total air minum 30-57 hari sebanyak 333,4 liter/hari/ekor.
    2. Pemeliharaan Kandang
      Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan merupakan usaha pencegahan penyakit yang paling murah, hanya dibutuhkan tenaga yang ulet/terampil saja. Tindakan preventif dengan memberikan vaksin pada ternak dengan merek dan dosis sesuai catatan pada label yang dari poultry shoup. Agar bangunan kandang dapat berguna secara efektif, maka bangunan kandang perlu dipelihara secara baik yaitu kandang selalu dibersihkan dan dijaga/dicek apabila ada bagian yang rusak supaya segera disulam/diperbaiki kembali. Dengan demikian daya guna kandang bisa maksimal tanpa mengurangi persyaratan kandang bagi ternak yang dipelihara.
7. HAMA DAN PENYAKIT
  1. Penyakit
    1. Berak darah (Coccidiosis)
      Gejala: tinja berdarah dan mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi, bulu kusam menggigil kedinginan.
      Pengendalian:
      1. menjaga kebersihan lingkungaan, menjaga litter tetap kering;
      2. dengan Tetra Chloine Capsule diberikan melalui mulut; Noxal, Trisula Zuco tablet dilarutkan dalam air minum atau sulfaqui moxaline, amprolium, cxaldayocox.
    2. Tetelo (NCD/New Casstle Diseae)
      Gejala: ayam sulit bernafas, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok, lesu, mata ngantuk, sayap terkulasi, kadang berdarah, tinja encer kehijauan yang spesifik adanya gejala “tortikolis”yaitu kepala memutar-mutar tidak menentu dan lumpuh.
      Pengendalian:
      1. menjaga kebersihan lingkungan dan peralatan yang tercemar virus, binatang vektor penyakit tetelo, ayam yang mati segera dibakar/dibuang;
      2. pisahkan ayam yang sakit, mencegah tamu masuk areal peternakan tanpa baju yang mensucihamakan/ steril serta melakukan vaksinasi NCD. Sampai sekarang belum ada obatnya.
  2. Hama
    1. Tungau (kutuan)
      Gejala: ayam gelisah, sering mematuk-matuk dan mengibas-ngibaskan bulu karena gatal, nafsu makan turun, pucat dan kurus.
      Pengendalian:
      1. sanitasi lingkungan kandang ayam yang baik; pisahkan ayam yang sakit dengan yang sehat;
      2. dengan menggunakan karbonat sevin dengan konsentrasi 0,15% yang encerkan dengan air kemudian semprotkan dengan menggunakan karbonat sevin dengan konsentrasi 0,15% yang encerkan dengan air kemudian semprotkan ketubuh pasien. Dengan fumigasi atau pengasepan menggunakan insektisida yang mudah menguap seperti Nocotine sulfat atau Black leaf 40.
8. PANEN
  1. Hasil Utama
    Untuk usaha ternak ayam pedaging, hasil utamanya adalah berupa daging ayam
  2. Hasil Tambahan
    Usaha ternak ayam broiler (pedaging) adalah berupa tinja atau kotoran kandang dan bulu ayam.
9. PASCAPANEN
  1. Stoving
    Penampungan ayam sebelum dilakukan pemotongan, biasanya ditempatkan di kandang penampungan (Houlding Ground)
  2. Pemotongan
    Pemotongan ayam dilakukan dilehernya, prinsipnya agar darah keluar keseluruhan atau sekitar 2/3 leher terpotong dan ditunggu 1-2 menit. Hal ini agar kualitas daging bagus, tidak mudah tercemar dan mudah busuk.
  3. Pengulitan atau Pencabutan Bulu
    Caranya ayam yang telah dipotong itu dicelupkan ke dalam air panas (51,7- 54,4°C). Lama pencelupan ayam broiler adalah 30 detik. Bulu-bulu yang
    halus dicabut dengan membubuhkan lilin cair atau dibakar dengan nyala api biru.
  4. Pengeluaran Jeroan
    Bagian bawah dubut dipotong sedikit, seluruh isi perut (hati, usus dan ampela) dikeluarkan. Isi perut ini dapat dijual atau diikut sertakan pada daging siap
    dimasak dalam kemasan terpisah.
  5. Pemotongan Karkas
    Kaki dan leher ayam dipotong. Tunggir juga dipotong bila tidak disukai. Setelah semua jeroan sudah dikeluarkan dan karkas telah dicuci bersih, kaki ayam/paha ditekukan dibawah dubur. Kemudian ayam didinginkan dan dikemas.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
  1. Analisis Usaha Budidaya
    Dasar perhitungan biaya yang dikeluarkan dan pendapatan yang diperoleh dalam analisis ini, antara lain adalah:
    1. jenis ayam yang dipelihara adalah jenis ayam ras pedaging (broiler) dari strain CP.707.
    2. sistem pemeliharaan yang diterapkan dengan cara intensif pada kandang model postal
    3. luas tanah yang digunakan yaitu 200 m 2 dengan nilai harga sewa tanah dalam 1 ha/tahun adalah Rp 1.000.000,-.
    4. kandang terbuat dari kerangka bambu, lantai tanah, dinding terbuat dari bilah-bilah bambu denga alas dinding setinggi 30 cm, terbuat dari batu bata yang plester dan atap menggunakan genting.
    5. ukuran kandang, yaitu tinggi bagian tepinya 2,5 m, lebar kandang 5 m dan lebar bagian tepi kandang 1,5 m.
    6. lokasi peternakan dekat dengan sumber air dan listrik.
    7. menggunakan alat pemanas (brooder) gasolec dengan bahan bakar gas.
    8. penerangan dengan lampu listrik.
    9. umur ayam yaitu dimulai dari bibit yang berumur 1 hari
    10. litter/alas kandang menggunakan sekam padi.
    11. jenis pakan yang diberikan adalah BR-1 untuk anak ayam umur 0-4 minggu dan BR-2 untuk umur 4-6 minggu.
    12. tingkat kematian ayam diasumsikan 6%.
    13. lama masa pemeliharaan yaitu 6 minggu (42 hari).
    14. berat rata-rata per ekor ayam diasumsikan 1,75 kg berat hidup pada saat panen.
    15. harga ayam per kg berat hidup, yaitu diasumsikan Rp 2500,-, walau kisaran harga sampai mencapai Rp 3000,- ditingkat peternak/petani.
    16. ayam dijual pada umur 6 mingu atau 42 hari.
    17. nilai pupuk kandang yaitu Rp 60.000,-.
    18. bunga Bank yaitu 1,5%/bulan
    19. nilai penyusutan kandang diperhitungkan dengan kekuatan masa pakai 6 tahun dan nilai penyusutan peralatan diperhitungkan dengan masa pakai 5
      tahun.
    20. perhitungan analisis biaya ini hanya diperhitungkan sebagai Pedoman dasar, karena nilai/harga sewaktu-waktu dapat mengalami perubahan.
      Adapun rincian biaya produksi dan modal usaha tani adalah sebagai berikut :
      1. Biaya prasarana produksi
        1. Sewa tanah 200 m 2 selama 2 bulan---------------Rp. 20.000,-
        2. Kandang ukuran 20 x 5 m
          • Bambu 180 batang @ Rp 1250,--------------Rp. 225.000,-
          • Semen 4 zak @ Rp 7000,--------------------Rp. 28.000,-
          • Kapur 30 zak @ Rp 6000,-------------------Rp. 18.000,-
          • Genting 2600 bh @ Rp 90,-------------------Rp. 234.000,-
          • Paku reng 5 kg @ Rp 2000,------------------Rp. 10.000,-
          • Paku usuk 7000 kg @ Rp 1800, -------------Rp. 12.600,-
          • Batu bata 1000 buah @ Rp 55,---------------Rp. 55.000,-
          • Pasir 1 truk -----------------------------------Rp. 230.000,-
          • Tali 28 meter @ Rp 5000, --------------------Rp. 14.000,-
          • Tenaga kerja ----------------------------------Rp. 400.000,-
        3. Peralatan
          • Tempat pakan 28 bh @ Rp 5000, ------------ Rp. 140.000,-
          • Tempat minum 32 bh @ Rp 3880, ------------ Rp. 124.000,-
          • Sekop 1 bh ----------------------------------- Rp. 7.000,-
          • Ember 2 bh @ Rp 2000, ---------------------- Rp. 4.000,-
          • Tong bak air 1 bh ----------------------------- Rp. 15.000,-
          • Ciduk 2 bh @ Rp 500, ------------------------ Rp. 1.000,-
          • Tabung gas besar 1 bh ------------------------- Rp. 250.000,-
          • Thermometer 1 bh ----------------------------- Rp. 2.000,-
          • Regulator 1 bh --------------------------------- Rp. 52.500,-
          • Brooder (gasolec) 1 bh ------------------------ Rp. 15.000,-
          • Tali gantung tmp pakan 120 m @Rp 500,- ----- Rp. 60.000,-
            Jumlah biaya prasarana produksi --------------- Rp. 2.052.000,-
      2. Biaya sarana produksi
        1. Bibit DOC 1000 bh @ Rp 900,- -------------------- Rp. 900.000,-
        2. Pakan dan obat-obatan
          • BR-1 31 zak (0-4 minggu) @Rp 36.000, ------- Rp. 1.116.000,-
          • BR-2 34 zak (4-6 mingu) @ Rp 34.000, -------- Rp. 1.156.000,-
          • obat-obatan @ Rp 150,-/ekor ------------------ Rp. 150.000,-
        3. tenaga kerja pelihara 1,5 bln @ Rp 105.000,- -------- Rp. 157.500,-
        4. Lain-lain ---------------------------------------------- Rp. 10.000,-
          • sekam padi alas kandang 1 truk @Rp 60.000,- -- Rp. 60.000,-
          • karung goni bekas 32 kantong @ Rp 300,- ------ Rp. 2.400,-
          • pemakaian listrik selama 0-6 minggu ------------- Rp. 7.000,-
          • pemakaian gas ----------------------------------- Rp. 35.000,-
            Jumlah biaya produksi --------------------------- Rp. 3.583.900,-
      3. Biaya produksi
        1. Sewa tanah 200 m 2 selama 2 bulan ------------------ Rp. 20.000,-
        2. Nilai susut prasarana produksi/2 bln
          • kandang ----------------------------------------- Rp. 51.109,-
          • Peralatan Rp 805.660,- : 30 --------------------- Rp. 26.856,-
        3. Bibit DOC 1000 ekor --------------------------------- Rp. 900.000,-
        4. Pakan dan obat-obatan -------------------------------- Rp. 2.422.000,-
        5. Tenaga kerja ------------------------------------------- Rp. 157.500,-
        6. lain-lain ------------------------------------------------ Rp. 104.400,-
        7. Bunga modal 1,5% per bulan --------------------------- Rp. 84.543,-
        8. Bulan modal 1,5 bulan --------------------------------- Rp. 126.815,-
          Jumlah biaya produksi ---------------------------------- Rp. 3.808.680,-
      4. Pendapatan
        1. Total produksi 1000X94%X1,75 kg X Rp 2500,- ----- Rp. 4.112.500,-
        2. Nilai Pupuk kandang ----------------------------------- Rp. 60.000,-
        3. Jumlah pendapatan ------------------------------------- Rp. 4.172.500,-
        4. Keuntungan -------------------------------------------- Rp. 363.820,-
      5. Parameter kelayakan usaha
        1. BEP Volume Produksi = 870 ekor
        2. BEP Harga Produksi Rp. 3.316.000,-
        3. B/C Ratio = 1,09
        4. ROI = 6,45 %
        5. Rasio keuntungan terhadap pendapatan = 8,71 %
        6. Tingkat pengembalian modal = 2,6 th.
  2. Gambaran Peluang Agribisnis
    Prospek agribisnis peternakan untuk ternak ayam broiler cukup baik dimana permintaan pasar selalu meningkat, sejalan dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi hewani. Produksi ternak ayam broiler saat ini berkembang dengan pesat dan peluang pasar yang bisa dihandalkan.
11. DAFTAR PUSTAKA
  1. Muhammad Rasyaf, Dr.,Ir. Beternak Ayam Pedaging. Penerbit Penebar Swadaya (anggota IKAPI) Jakarta.
  2. Cahyono, Bambang, Ir.1995. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging (Broiler). Penerbit Pustaka Nusatama Yogyakarta.
12. KONTAK HUBUNGAN
  1. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
  2. Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8, Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952, Situs Web: http://www.ristek.go.id Jakarta, Maret 2000
Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas

BACA JUGA :
SEJARAH AYAM BANGKOK
CARA MELATIH AYAM BANGKOK
MEMBUAT PAKAN AYAM BANGKOK
MEMBEDAKAN ANAK AYAM BETINA DAN JANTAN
MEMBUAT PAKAN CAMPURAN UNTUK AYAM
CARA MEMILIH INDUKAN AYAM BURAS
CARA BETERNAK AYAM PEDAGING
CARA BETERNAK AYAM PETELUR
ALAT PENCABUT BULU AYAM