Laid Back Vintage Dude Adjustable Hat

Laid Back Vintage Dude Adjustable Hat

Laid Back Vintage Dude Adjustable Hat
From Laid Back

List Price:$13.99
Price:$12.99


Average customer review: 
(29 customer reviews)
Select Size and Color
Size: (choose one)
Adjustable
Color: (choose one)
Grey
Availability: Select Size and Color to view.

Product Description

Vintage Dude Embroidered Hat by Laid Back, CF1005. Hat is 100% cotton and is adjustable with excellent quality embroidery.

Product Details

  • Amazon Sales Rank: #98868 in Sports & Outdoors
  • Brand: Laid Back
  • Fabric type: 100% Cotton

Features

  • Front reads "Vintage Dude"
  • Back reads "The Man, the Myth, the Legend"
  • Size adjustable

Customer Reviews

Most helpful customer reviews
1 of 1 people found the following review helpful.
5Nice fit and well-made!
By Honest Reviewer
Great hat! Bought this for my step-dad's birthday, and it was quite the hit. It is well made with a nice fit...not too tall on the top. Would recommend this for any vintage guy in your life!
1 of 1 people found the following review helpful.
5Vintage hat
By Jackie
We bought this as a gift for a good friend that turned 50. It's made very well and it's something he wears. Instead of spending $30.00 for a gag gift that just sits in a closet gathering dust we decided to go with this. The friend that we bought this for wears it all the time and loves it. It's hard to find a gift for someone who is having a "Vintage" Birthday, wheather it's 40, 50, 60, 70, 80, 90 or 100. I think we found the perfect gift. My husband will be turning 60 in a couple of years and I'm going to order one for him.
1 of 1 people found the following review helpful.
5Nice rather than nasty age teaser
By Special Gift
I ordered this for my brother's 65th birthday party and was surprise at the good quality. I ordered another one to hold in reserve for our son's 50th birthday next June.
See all 29 customer reviews...

Beternak Ayam Kampung

Ayam kampung  adalah unggas yang biasa dipelihara orang pada umumnya, hampir tiap keluarga di pedesaan memiliki ayam kampung. namun begitu cara berternaknya masih menggunakan tradisional dengan jumlah ayam pun relatif kecil
sedangkan untuk menjadikan beternak ayam kampung ini sebagai bisnis maka diperlukan beberapa aspek dalam tahapannya
1.   Bibit Ayam Kampung
Bibit yang baik akan mempengaruhi keberhasilan sampai 30% .
Bibit bisa diperoleh dengan cara menyeleksi ayam unggul untuk dijadikan indukan yang kemudian indukan ini akan menghasilkan anak ayam unggulan. atau bisa juga dengan cara membelinya langsung dari pembibit.
Kriteria anak ayam kampung yang sehat dan baik mempunyai kriteria sebagai berikut :
berdiri tegap,
Sehat dan tidak cacat, ‘
Mata bersinar,
Pusar terserap sempurna,
Bulu bersih dan mengkilap,
Tanggal menetas tidak lebih lambat atau cepat.

2.   Pakan
Seperti halnya bibit anak ayam, pakan juga sangat berpengaruh akan keberhasilan peternakan sebesar 30% .
Bahan pakan yang bisa diberikan antara lain :
Konsentrat,
Dedak,
Jagung,
Pakan alternatif seperti makanan sisa atau sisa sampah pasar seperti sayuran dan ikan
Jumlah pakan yang diberikan sesuai tingkatan umur adalah sebagai berikut :
 7 gram/per hari sampai umur 1 minggu
19 gram/per hari sampai umur 2 minggu
34 gram/per hari sampai umur 3 minggu
47 gram/per hari sampai umur 4 minggu
58 gram/per hari sampai umur 5 minggu
66 gram/per hari sampai umur 6 minggu
72 gram/per hari sampai umur 7 minggu
74 gram/per hari sampai umur 8 minggu
Sedangkan air diberikan secara ad libitum (tak terbatas) dan pada tahap-tahap awal pemeliharaan perlu dicampur dengan vitamin+antibiotika.

3. Kandang
Untuk mendapatkan hasil yang masksimal dalam budidaya ternak ayam kampung salah satunya di dukung dari kelayakan kandang yang baik. berikut adalah tatacara pengolahan kandang ayam :
Syarat kandang yang baik :
Jarak kandang dengan permukiman minimal 5 m,
Tidak lembab,
Sinar matahari pagi dapat masuk dan sirkulasi udara cukup baik.
Sebaiknya memilih lokasi yang agak rindang dan terhalangi oleh bangunan atau tembok lain agar angin tidak berhembus langsung ke dalam kandang.
Penyucihamaan kandang dan peralatannya dilakukan secara teratur sebagai usaha biosecurity dengan menggunakan desinfektan yang tepat dan tidak membahayakan bagi ternak itu sendiri. Banyak pilihan jenis desinfektan yang ditawarkan oleh berbagai produsen pembuatan obat.
Ukuran kandang :

Tidak ada ukuran standar kandang yang ideal, akan tetapi ada anjuran sebaiknya lebar kandang antara 4-8 m dan panjang kandang tidak lebih dari 70 m. Yang perlu mendapat perhatian adalah daya tampung atau kapasitas kandang.
Tiap meter persegi sebaiknya diisi antara 45-55 ekor DOC ayam kampung sampai umur 2 minggu, kemudian jumlahnya dikurangi sesuai dengan bertambahnya umur ayam.
Bentuk kandang yang dianjurkan adalah bentuk postal dengan lantai yang dilapisi litter yang terdiri dari campuran sekam, serbuk gergaji dan kapur setebal ± 15 cm.
Model atap monitor yang terdiri dari dua sisi dengan bagian puncaknya ada lubang sebagai ventilasi dan bahan atap menggunakan genteng atau asbes.
Pemeliharaan ayam kampung di bagi dalam dua fase yaitu fase starter (umur 1-4 minggu) dan fase finisher (umur 5-8 minggu). Pada fase starter biasanya digunakan kandang bok (dengan pemanas) bisa bok khusus atau juga kandang postal yang diberi pagar.

Suhu dalam kandang bok biasanya berkisar antara 30-32°C. Pada fase finisher digunakan kandang ren atau postal seperti model pemeliharaan ayam broiler.

4. Manajemen Pemeliharaan
Manajemen atau tatalaksana pemeliharaan memegang peranan tertinggi dalam keberhasilan suatu usaha peternakan yaitu sekitar 40%. Bibit berkualitas serta pakan yang berkualitas belum tentu memberikan jaminan keberhasilan suatu usaha apabila manajemen pemeliharaan yang diterapkan tidak tepat.
Sistem pemeliharaan pada ayam kampung bisa dilakukan dengan 3 cara yaitu :
 Ekstensif /tradisional (diumbar), tanpa ada kontrol pakan dan kesehatan
Semi intensif (disediakan kandang dengan halaman berpagar), ada kontrol pakan dan kesehatan ternak akan tetapi tidak ketat
Intensif (dikandangkan seperti ayam ras), ada kontrol pakan dan kesehatan dengan ketat
Model pemeliharaan ayam kampung secara intensif lebih disarankan dari yang lainnya terutama dalam hal kontrol penyakit. Sebenarnya masih banyak lagi manfaat dari cara beternak secara intensif, akan tetapi kami tidak dapat menguraikannya di sini.

Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan tindakan antara lain :
Menjaga sanitasi lingkungan kandang, peralatan kandang dan manusianya
Pemberian pakan yang fresh dan sesuai kebutuhan ternak
Melakukan vaksinasi secara teratur
Pemilihan lokasi peternakan di daerah yang bebas penyakit
Manajemen pemeliharaan yang baik
Kontrol terhadap binatang lain
Berikut kami uraikan beberapa jenis penyakit yang kerap menyerang ayam kampung :
a.  Tetelo (ND)
Penyebab        : Paramyxivirus
Gejala               : Ngorok dan batuk-batuk,Gemetaran,Kepala berputar-putar,Kelumpuhan pada kaki dan sayap,Kotoran berwarna putih kehijauan.
Pengendalian :  Vaksinasi secara teratur,Sanitasi kandang, terhadap ayam yang terkena ND maka harus dibakar.
b.    Gumboro (gumboro disease)
Penyebab        :  Virus
Gejala               : Ayam tiba-tiba sakit dan gemetar serta bulu-bulunya berdiri,Sangat lesu,Lemah dan malas bergerak,Diare putih di sekitar anus.
Pengendalian :  Vaksinasi teratur dan menjaga sanitasi kandang
c.     Penyakit cacing ayam (worm disease)
Penyebab        :  Cacing
Gejala               :  Pertumbuhan terhambat,Kurang aktif,Bulu kelihatan kusam.
Pengendalian :  Pemberian obat cacing secara berkala,Sanitasi kandang yang baik,Penggantian litter kandang secara berkala, danMencegah serangga yang dapat menjadi induk semang perantara.
Pengobatan    : pemberian obat cacing seperti pipedon-x liquid, sulfaquinoxalin, sulfamezatin, sulfamerazin, piperazin dan lain sebagainya

d. Berak kapur (Pullorum)
Penyebab        :  Bakteri Salmonella pullorum
Gejala            :  Anak ayam bergerombol di bawah pemanas,Kepala menunduk,Kotoran melekat pada bulu-bulu disekitar anus.
Pengendalian :  Mengusahakan induk terbebas dari penyakit ini,Fumigasi yang tepat pada mesin penetas dan kandang.
Pengobatan    : noxal, quinoxalin 4, coxalin, neo terramycyn  atau lainnya

e. Berak darah (Coccidiosis)
Penyebab        :  Protozoa Eimeria sp.
Gejala           :  Anak ayam terlihat sangat lesu,Sayap terkulai,Kotoran encer yang warnanya coklat campur darah,Bulu-bulu disekitar anus kotor,Ayam bergerombol di tepi atau sudut kandang.
Pengendalian :  Mengusahakan sanitasi yang baik dan sirkulasi udara yang baik pula atau bisa juga dengan pemberian coccidiostat pada makanan sesuai takaran
Pengobatan    : noxal, sulfaquinoksalin, diklazuril atau lainnya

Pengelolaan Produksi
Sebagai seorang peternak yang profesional maka perlu untuk menjaga agar produksi yang kita lakukan dapat memenuhi standar kualitas dan kontinuitas produk. Maka diperlukan pengelolaan atau pengaturan produksi agar usaha kita dapat berproduksi secara kontinyu.

Untuk kekontinuitasan usaha perlu pengaturan dan penjadwalan secara teratur kapan DOC masuk dan kapan ayam di panen, karena hal itu lebih disukai oleh pengepul atau mitra kerja kita daripada hanya sekali panen dalam jumlah banyak.

Tapi perlu diingat juga bahwa pengelolaan produksi sangat terkait dengan modal, ketersediaan kandang, jumlah ketersediaan DOC, dan jumlah permintaan ayam siap panen.


Sumber : sentralternak.com

Jamban Septik tank Ganda

JAMBAN SEPTIK TANK GANDA

1.       PENDAHULUAN
Jamban atau kakus merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Pembuatan jamban merupakan usaha manusia untuk memelihara kesehatan dengan membuat lingkungan tempat hidup yang sehat. Dalam pembuatan jamban sedapat mungkin harus diusahakan agar jemban tidak menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain itu, kontruksi yang kokoh dan biaya yang terjangkau perlu dipikirkan dalam membuat jamban.
Syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam pembuatan jamban adalah sabagai berikut :
1) Tidak mengakibatkan pencemaran pada sumber-sumber air minum, dan permukaan tanah yang ada disekitar jamban;
2) Menghindarkan berkembangbiaknya/tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah;
3) Tidak memungkinkan berkembang biaknya lalat dan serangga lain;
4) Menghindarkan atau mencegah timbulnya bau dan pemandangan yang tidak menyedapkan;
5) Mengusahakan kontruksi yang sederhana, kuat dan murah;
6) Mengusahakan sistem yang dapat digunakan dan diterima masyarakat setempat.

Dalam penetuan letak kakus ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu jarak terhadap sumber air dan kakus.
Penentuan jarak tergantung pada :
1) Keadaan daerah datar atau lereng;
2) Keadaan permukaan air tanah dangkal atau dalam;
3) Sifat, macam dan susunan tanah berpori atau padat, pasir, tanah liat atau kapur. Faktor tersebut di atas merupakan faktor yang mempengaruhi daya peresapan tanah.
Di Indonesia pada umumnya jarak yang berlaku antara sumber air dan lokasi jamban berkisar antara 8 s/d 15 meter atau rata-rata 10 meter.
Dalam penentuan letak jamban ada tiga hal yang perlu diperhatikan :
1) Bila daerahnya berlereng, kakus atau jamban harus dibuat di sebelah bawah dari letak sumber air. Andaikata tidak mungkin dan terpaksa di atasnya, maka jarak tidak boleh kurang dari 15 meter dan letak harus agak ke kanan atau kekiri dari letak sumur.
2) Bila daerahnya datar, kakus sedapat mungkin harus di luar lokasi yang sering digenangi banjir. Andaikata tidak mungkin, maka hendaknya lantai jamban (diatas lobang) dibuat lebih tinggidari permukaan air yang tertinggi pada waktu banjir.
3) Mudah dan tidaknya memperoleh air.


2.       URAIAN SINGKAT
Jamban ini sama dengan jamban sistem resapan. Perbedaanya terletak pada jumlah septik tank dan cara pembuangannya. Jumlah septik tank ganda mempunyai dua atau lebih lubang penampung kotoran.
Cara pemakaian dilakukan bergilir setelah salah satu bak penampung terisi penuh. Bak penampung yang telah penuh ditutup dan didiamkan beberapa lama supaya kotoran dapat dijadikan kompos atau pupuk. Saluran pembuangan dapat dipindahkan dengan menutup/membuka lubang saluran yang dikehendaki pada bak pengontrol. Ukuran lubang dan bangunan jamban tergantung pada kebutuhan dan persediaan lahan. Kotoran yang telah berubah menjadi kompos dapat diambil dan dimanfaatkan sebagai pupuk. Bak penampung yang telah dikosongkan dapat dimanfaatkan kembali.

3. BAHAN
1) Batako/batu bata
2) Kayu/bambu
3) Papan atau bahan dinding
4) Pasir
5) Bahan atap (seng, genteng)
6) Semen
7) Pipa plastik/ pralon besar dan kecil
8) Batu kali dan kerikil
9) Kawat
10) Tali
11) Kloset atau mangkokan leher angsa.

4. PERALATAN
1) Cangkul/alat penggali
2) Alat pertukangan kayu dan batu

5. PEMBUATAN
1) Pilih satu model bak penampung pada Gambar 1.


Gambar 1. Model Bak Penampung
2) Tentukan jarak dari sumber air menurut kondisi tanah seperti dalam Gambar 2.


Gambar 2. Jarak Sumber Air dan Kakus
3) Bangunlah konstruksi seperti Gambar 3.

Gambar 3. Konstruksi Kakus
4) Isilah sekeliling bak dengan bahan porous (kerikil, ijuk, batu, dll) seperti Gambar 4.

Gambar 4. Pengisian Bahan Proses
5) Buat penutup bak dan letakkan di atas bak seperti Gambar 5.

Gambar 5. Penutup bak
6) Jamban siap dipakai, apabila sudah penuh arah pembuangan kotoran diubah melalui bak kontrol (Gambar 6)

Gambar 6. Jamban Siap Pakai
7) Kotoran yang sudah menjadi kompos dimanfaatkan menjadi pupuk (Gambar 7)

Gambar 7. Pemanfaatan Kotoran

6. PENGGUNAAN
1) Tutup lubang pembuangan dibuka
2) Jongkok/duduk diatas kloset untuk melaksanakan hajat besar
3) Setelah selesai membuang kotoran diguyur dengan air secukupnya.
7. PEMELIHARAAN
1) Jangan menggunakan benda keras pada waktu membongkar pupuk (untuk menghindari dinding bak).
2) Selalu diperbaiki apabila ada konstruksi yang rusak.
3) Lubang-lubang kotoran perlu ditutup rapat guna menghindari serangga dan bau.

8. KEUNTUNGAN
1) Tak perlu membuat bak penampung berpindah-pindah
2) Kotoran dapat dimanfaatkan kembali sebagai pupuk kompos (setelah 2 tahun) tanpa efek kesehatan.
3) Tanah di sekitar bak penampung menjadi subur.
4) Lebih rapi, aman bila dibandingkan kakus cemplung (gangguan, serangga, bau).

9. KERUGIAN
1) Kurang sesuai untuk daerah yang sumber airnya dangkal.
2) Relatif lebih mahal biaya konstruksinya.

10. DAFTAR PUSTAKA Puslitbang Pemukiman. Twin Leaching fit toilets-Design & Construction Manual. Bandung : Puslitbang Pemukiman, 1985.101 hal. (UND INS/81/002).

11. INFORMASI LEBIH LANJUT 1) Pusat Penelitian dan Penegembangan Pemukiman, Jl. Taman Sari 89 Bandung 2) UNDP Low Cost Sanitation Investment Project, Jl. Thamrin Jakarta 3) Environmental Sanitation Information Center-Asia Institut of Technology, Po Box 27754 Bangkok, Thailand Jakarta, Maret 2000 Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991. Disadur oleh : Esti, Haryanto Sahar