Membuat Instalasi Air Sederhana

  1. PENDAHULUAN
    Untuk daerah tropis seperti Indonesia, sebuah keluarga akan membutuhan puluhan liter air bersih per hari untuk minum, membasuh mulut, mencuci, dan memasak, dan kebutuhan yang lain. Dalam sebulan akan dibutuhkan beribu-ribu liter air bersih untuk keperluan lain seperti mandi, mencuci pakaian dan
    perabotan rumah tangga.
    Untuk daerah pedesaan yang kering di musim kemarau pada waktu hujan hanya sedikit dan persediaan air dalam tanah menurun, akan sulit sekali untuk mendapatkan air yang bersih. Pada musin kemarau sumur menjadi kering, aliran sungai besar berubah menjadi kecil dengan air yang keruh, mengakibatkan timbulnya penyakit yang menuntut banyak korban. Di samping itu pada musim kemarau banyak waktu dan tenaga terbuang untuk mengambil air bersih, karena sumber air biasanya terletak jauh dari tempat tinggal.
    Masalah kebutuhan air bersih dapat ditanggulangi dengan memanfaatkan sumber air dan air hujan. Menampung air hujan dari atap rumah adalah cara lain untuk memperoleh air. Cara yang cukup mudah ini kebanyakan masih diabaikan karena atap rumah yang terbuat dari daun rumbia atau alang-alang tidak memungkinkannya. Namun pada rumah yang beratap genteng atau seng bergelombang, hal ini dengan mudah dapat dilakukan dengan memasang talang air sepanjang sisi atap dan mengalirkan air hujan itu ke dalam tempat penyimpanan.
    Ada 7 cara penyimpanan air yang biasa digunakan atau dipakai di daerah pedesaan di Indonesia. Ke-7 cara tersebut yaitu :
    1. Gentong penampungan air cara cetakan (Kapasitas 250 liter)
    2. Drum air cara kerangka kawat (Kapasitas 300 liter)
    3. Bak penampungan air bambu semen (Kapasitas 2.500 liter)
    4. Bak penampungan air bambu semen (Kapasitas 10.000 liter)
    5. Instalasi air bersih pipa bambu metode tradisional
    6. Instalasi air bersih pipa bambu sistem pengaliran tertutup
    7. Bak penampungan sumber air/mata air
      Umumnya penyimpanan air yang digunakan adalah bak penampung yang dibuat dari drum, genteng dan bambu semen. Bahan ini digunakan karena : relatif murah, tahan lama, konstruksi kuat, mudah dibuat, bahan baku mudah didapat dan air yang ditampung tidak mudah tercemar.
  2. URAIAN SINGKAT
    Pipa bambu dapat digunakan untuk menyalurkan air di daerah pedesaan. Pipa bambu dapat digunakan sebagai pengganti pipa jenis lain yang sulit diperoleh
    di pedesaan.
  3. BAHAN DAN PERALATAN
    1. Bambu
    2. Pahat
    3. Palu
  4. PEMBUATAN
    1. Hilangkan sekat pada ruas bambu, dengan pemotongan bentuk huruf V
    2. Kemudian sekat dihilangkan dengan pahat
    3. Penyampungan pipa dilakukan dengan menumpangkan ujung pipa bagian hilir.
    4. Ujung-ujung tersebut dipotong miring agar mudah menumpangkannya (Gambar 1).

      Gambar 1. Pemasangan Pipa Bambu
  5. PENGGUNAAN
    Cara ini digunakan untuk penyambungan yang tidak seberapa jauh jaraknya yaitu jarak antara sumber air ke pemukiman. (Gambar 2 dan 3).

    Gambar 2. Penyaluran Air Bersih

    Gambar 3. Penyaluran Air untuk Konsumen
  6. PEMELIHARAAN
    Harus diperhatikan lubang pada pipa penyambungan, karena mudah mengalami kebocoran.
  7. KEUNTUNGAN
    1. Tekanan dalam pipa sama dengan di luar pipa.
    2. Bahan mudah didapat
    3. Pengerjaannya sangat mudah
  8. KERUGIAN
    1. Tidak dapat dipendam dalam tanah
    2. Hanya dapat dipasang di lembah dengan mengikuti bentuk permukaan tanah
    3. Air mudah dicuri di tengah jalan
    4. Air mudah tercemar udara sekitar
    5. Pipa mudah lapuk karena kena sinar matahari dan hujan
    6. Banyaknya air yang tumpah dari lubang-lubang pipa yang disebabkan oleh kemiringan pipa yang berubah.
    7. Pipa mudah pecah
  9. DAFTAR PUSTAKA
    1. Partono. Teknologi tepat guna dengan bahan dasar bambu. TEKNA 1 (2) September 1988, p. 7-10.
    2. Penyediaan dan pengelolaan air bersih dari sumber mata air. Warta air dan sanitasi, 2, 1989, p. 6-9.
  10. INFORMASI LEBIH LANJUT
    1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250 3052, 250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
    2. Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.

Penyimpan Air Sederhana, BAK PENAMPUNGAN AIR BAMBU SEMEN

BAK PENAMPUNGAN AIR BAMBU SEMEN (KAPASITAS 2.500 LITER)
  1. PENDAHULUAN
    Untuk daerah tropis seperti Indonesia, sebuah keluarga akan membutuhan puluhan liter air bersih per hari untuk minum, membasuh mulut, mencuci, dan memasak, dan kebutuhan yang lain. Dalam sebulan akan dibutuhkan beribu-ribu liter air bersih untuk keperluan lain seperti mandi, mencuci pakaian dan
    perabotan rumah tangga.
    Untuk daerah pedesaan yang kering di musim kemarau pada waktu hujan hanya sedikit dan persediaan air dalam tanah menurun, akan sulit sekali untuk mendapatkan air yang bersih. Pada musin kemarau sumur menjadi kering, aliran sungai besar berubah menjadi kecil dengan air yang keruh, mengakibatkan timbulnya penyakit yang menuntut banyak korban. Di samping itu pada musim kemarau banyak waktu dan tenaga terbuang untuk mengambil air bersih, karena sumber air biasanya terletak jauh dari tempat tinggal.
    Masalah kebutuhan air bersih dapat ditanggulangi dengan memanfaatkan sumber air dan air hujan. Menampung air hujan dari atap rumah adalah cara lain untuk memperoleh air. Cara yang cukup mudah ini kebanyakan masih diabaikan karena atap rumah yang terbuat dari daun rumbia atau alang-alang tidak memungkinkannya. Namun pada rumah yang beratap genteng atau seng bergelombang, hal ini dengan mudah dapat dilakukan dengan memasang talang air sepanjang sisi atap dan mengalirkan air hujan itu ke dalam tempat penyimpanan.
    Ada 7 cara penyimpanan air yang biasa digunakan atau dipakai di daerah pedesaan di Indonesia. Ke-7 cara tersebut yaitu :
    1. Gentong penampungan air cara cetakan (Kapasitas 250 liter)
    2. Drum air cara kerangka kawat (Kapasitas 300 liter)
    3. Bak penampungan air bambu semen (Kapasitas 2.500 liter)
    4. Bak penampungan air bambu semen (Kapasitas 10.000 liter)
    5. Instalasi air bersih pipa bambu metode tradisional
    6. Instalasi air bersih pipa bambu sistem pengaliran tertutup
    7. Bak penampungan sumber air/mata air
      Umumnya penyimpanan air yang digunakan adalah bak penampung yang dibuat dari drum, genteng dan bambu semen. Bahan ini digunakan karena : relatif murah, tahan lama, konstruksi kuat, mudah dibuat, bahan baku mudah didapat dan air yang ditampung tidak mudah tercemar.
  2. URAIAN SINGKAT
    Bambu selain dipakai untuk bahan bangunan dapat juga dipakai sebagai bak penampung air dengan istilah Bambu Semen. Konstruksi tulangnya dibuat dari bambu serta dilapisi oleh adukan mortar semen dan pasir.
  3. BAHAN DAN PERALATAN
    1. 9 (sembilan) sak semen.
    2. 1m 3 pasir.
    3. 0,2 m 3 kerikil.
    4. 12 (duabelas) batang bambu.
    5. 1 (satu) buah stop kran.
    6. 1 (satu) buah Elbog.
    7. 1 (satu) buah Pipa pengambilan.
    8. 1 (satu) buah Pipa pengurasan.
    9. 1 (satu) buah Pipa peluap.
    10. 1 (satu) buah Botol plastik.
    11. Pipa pengukur, lot, kerekan, snar.
    12. Saringan kasa nyamuk 100 cm 2.
    13. Ijuk penyaring ½ kg.
    14. Gedeg (anyaman bambu).
    15. Papan.
    16. Ember.
    17. Tali.
    18. Sarung tangan.
  4. PEMBUATAN
    1. Kerangka
      Sebelum mulai dengan pemasangan kerangka tulangan, potongan bambu dibelah menjadi bagian-bagian selebar 1-1,5 cm dan dibuat anyaman berlubang mata jala 3,5 – 4 cm.
      Pembuatan kerangka dibedakan atas 3 bagian :
      1. Tulangan dinding :
        • tulangan tegak
        • tulangan mendatar
      2. Tulangan dasar :
        • tulangan membujur
        • tulangan melintang
      3. Tulangan tutup :
        Sama dengan tulangan dasar ukuran dari masing-masing tulangan seperti terlihat pada Gambar 1, 2, 3, dan 4.

        Gambar 1. Rangka Anyaman Tangki Bambu Semen Kapasitas 2.500 liter

        Gambar 2. Rangka Pondasi Anyaman Bambu Kapasitas 2.500 liter

        Gambar 3. Rangka tutup tangki bambu semen kapasitas 2.500 dan 10.000 liter

        Gambar 4. Potongan Tangki Bambu Semen Kapasitas 2.500 liter
    2. Perakitan
      Untuk membuat kerangka dengan bentuk silindris yang bagus, buat dulu garisan berbentuk lingkaran di tanah. Kemudian letakkan kerangka dasar di atas lingkaran tadi. Kerangka dinding ditumpangkan di atas kerangka dasar dengan membentuk lingkaran seperti yang terlihat pada Gambar 5.

      Gambar 5. Perakitan Kerangka Silindris
    3. Plasteran
      1. Sebelum plasteran dimulai, buat pondasi dengan ukuran seperti Gambar 6 dan 7.

        Gambar 6. Pondasi tangki bambu semen kapasitas 2.500 Liter

        Gambar 7. Plesteran Pondasi
      2. Kerangka yang sudah jadi diselimuti dengan anyaman bambu (gedeg) sebelah luarnya diberi penguat dengan beberapa bilah papan (Gambar
        8).

        Gambar 8. Kerangka Anyaman Bambu
      3. Kerangka yang terbungkus rapi diletakkan di atas plasteran dasar tangki (Gambar 9). Kemudian plesteran pertama dilakukan dari sebelah dalam kerangka setelah ditunggu selama 2 jam supaya agak kerinng, barulah bungkus gedeg dibuka dibiarkan terbuka selama 1 jam, baru pekerjaan plaster dinding bagian luar bisa dimulai (Gambar 10 dan 11).

        Gambar 9. Kerangka di atas Plesteran

        Gambar 10. Plesteran Dinding Luar

        Gambar 11. Plesteran Dinding Luar
  5. PENGGUNAAN
    Pengambilan air dilakukan melalui kran.
  6. PEMELIHARAAN
    1. Talang harus selalu bersih dari sampah dan kotoran tikus atau burung, tidak bocor, serta berfungsi baik untuk mengalirkan air ke bak penampungan air hujan.
    2. Bersihkan saringan atau lobang tempat masuk air dari sampah atau kotoran.
    3. Periksalah keadaan dinding dan pondasi bak, apakah terdapat kebocoran yang dapat menyebabkan air merembes ke luar. Amati apakah terdapat jentik nyamuk di dalam bak. Jika ada jentik nyamuk, bak dikuras (upayakan pengurasan pada musim hujan) dan tutup lobang tempat masuknya nyamuk.
    4. Pada dasar bak harus ada air yang tertinggal, agar bak tidak pecah atau retak.
    5. Saluran pembuangan air limbah berfungsi baik, tidak terdapat genangan air yang dapat menjadi sarang nyamuk.
  7. PERBAIKAN
    1. Perbaiki segera dinding lantai yang retak atau bocor dengan campuran semen dan pasir 1:2. Selama perbaikan usahakan agar dinding bak tetap dalam keadaan basah dengan memercikkan air pada dinding agar bak tidak retak atau pecah.
    2. Ganti pipa atau kran yang rusak atau bocor.
    3. Ganti atau tambal talang air yang rusak atau bocor.
    4. Buatkan saluran baru atau perbaiki saluran lama, jika saluran pembuangan air limbah tidak berfungsi dengan baik.
  8. KEUNTUNGAN
    1. Persediaan air dapat dimanfaatkan dalam waktu yang cukup lama.
    2. Pemeliharaan mudah.
    3. Bisa dimanfaatkan untuk beberapa keluarga.
  9. DAFTAR PUSTAKA
    1. Rolloos, Hans. Tangki air hujan bambu semen. Bandung : Institut Teknologi Bandung.
    2. Bak penampungan air bambu semen. Yogyakarta : Yayasan Dian Desa.
  10. INFORMASI LEBIH LANJUT
    1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250 3052, 250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
    2. Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.

Membuat Penampungan Air, Drum kerangka kawat

PENGELOLAAN AIR DAN SANITASI
 
DRUM AIR CARA KERANGKA KAWAT (KAPASITAS 300 LITER)
  1. PENDAHULUAN
    Untuk daerah tropis seperti Indonesia, sebuah keluarga akan membutuhan puluhan liter air bersih per hari untuk minum, membasuh mulut, mencuci, dan memasak, dan kebutuhan yang lain. Dalam sebulan akan dibutuhkan beribu-ribu liter air bersih untuk keperluan lain seperti mandi, mencuci pakaian dan
    perabotan rumah tangga.
    Untuk daerah pedesaan yang kering di musim kemarau pada waktu hujan hanya sedikit dan persediaan air dalam tanah menurun, akan sulit sekali untuk mendapatkan air yang bersih. Pada musin kemarau sumur menjadi kering, aliran sungai besar berubah menjadi kecil dengan air yang keruh, mengakibatkan timbulnya penyakit yang menuntut banyak korban. Di samping itu pada musim kemarau banyak waktu dan tenaga terbuang untuk mengambil air bersih, karena sumber air biasanya terletak jauh dari tempat tinggal.
    Masalah kebutuhan air bersih dapat ditanggulangi dengan memanfaatkan sumber air dan air hujan. Menampung air hujan dari atap rumah adalah cara lain untuk memperoleh air. Cara yang cukup mudah ini kebanyakan masih diabaikan karena atap rumah yang terbuat dari daun rumbia atau alang-alang tidak memungkinkannya. Namun pada rumah yang beratap genteng atau seng bergelombang, hal ini dengan mudah dapat dilakukan dengan memasang talang air sepanjang sisi atap dan mengalirkan air hujan itu ke dalam tempat penyimpanan.
    Ada 7 cara penyimpanan air yang biasa digunakan atau dipakai di daerah pedesaan di Indonesia. Ke-7 cara tersebut yaitu :
    1. Gentong penampungan air cara cetakan (Kapasitas 250 liter)
    2. Drum air cara kerangka kawat (Kapasitas 300 liter)
    3. Bak penampungan air bambu semen (Kapasitas 2.500 liter)
    4. Bak penampungan air bambu semen (Kapasitas 10.000 liter)
    5. Instalasi air bersih pipa bambu metode tradisional
    6. Instalasi air bersih pipa bambu sistem pengaliran tertutup
    7. Bak penampungan sumber air/mata air
      Umumnya penyimpanan air yang digunakan adalah bak penampung yang dibuat dari drum, genteng dan bambu semen. Bahan ini digunakan karena : relatif murah, tahan lama, konstruksi kuat, mudah dibuat, bahan baku mudah didapat dan air yang ditampung tidak mudah tercemar.
  2. URAIAN SINGKAT
    Drum kerangka kawat yaitu drum yang dibuat dengan cara memberi kerangka kawat sebagai penguat atau pemberi bentuk pola dasar. Kerangka tersebut ditutup dengan adonan semen, pasir beton dan air.
  3. BAHAN DAN PERALATAN
    1. Semen.
    2. Pasir beton 10 ember kecil.
    3. Kawat beton 60 meter.
    4. Kawat ayam ukuran lebar 1 meter sepanjang 5 meter.
    5. Kran air dan pipa ukuran ¾ inci.
    6. Tali kawat 1 kg.
    7. Sendok adukan besar.
    8. Sendok adukan kecil.
    9. Tang dan palu.
    10. Skop, pacul dan penyaringan pasir.
  4. PEMBUATAN
    1. Pemotongan kawat beton
      1. Ukuran tinggi drum diperlukan 21 potong kawat beton dengan panjang 1,02 meter. Bagian ujung atas dilekukan sepanjang 2 cm dan bagian ujung bawah sepanjang 5 cm.
      2. Badan drum dibuat dari 10 potong kawat berukuran 2-5 cm, dibentuk menjadi 10 lingkaran masing-masing berdiameter 65 cm.
      3. Dasar drum dibuat dari 5 potong kawat dengan ukuran 205 cm, 172,90 cm, 141,50 cm; 110 cm dan 78,70 cm dan dibentuk lingkaran masing-masing berdiameter 65,55; 45,35 dan 25 cm. Dengan bantuan penguat 2 potong kawat yang dipasang silang masing-masing panjang 65 cm untuk dasar drum. Gambar 1,2, dan 3.

        Gambar 1. Ukuran Drum Air dari Ferrocement

        Gambar 2. Ukuran Drum

        Gambar 3. Diameter Drum
    2. Pembuatan kerangka
      Potongan-potongan kawat tersebut di atas dibentuk dengan menggunakan tali kawat. Jarak antara satu dengan lainnya 10 cm (10 x 10 cm). (Gambar
      4).

      Gambar 4. Pembuatan Kerangka
    3. Pemasangan kawat
      Potongan kawat ayam dipasang dibagian dalam dan luar drum masing-masing berukuran 2,05 x 1 meter. Tali kawat dipakai untuk mengikat pada bagian-bagian yang diperlukan, untuk membuat ketebalan kerangka rata-rata 1,5-2 cm (Gambar 5 dan 6).

      Gambar 5. Pemasangan Kawat

      Gambar 6. Ketebalan Kerangka
    4. Pemasangan kran air dan pipa pembersih
      Kran dipasang 15 cm di atas dasar drum. Pada dasar drum dipasang pipa pembersih tepat di bawah kran air. Lihat Gambar 7.

      Gambar 7. Pemasangan Kran
    5. Plasteran/Pengacian
      1. Plasteran dilakukan 2 kali
        Plaster I : dilakukan di antara 2 kawat ayam dengan adukan semen, pasir dan air : 2:6:5 tebal kurang lebih 2 cm.
        Plaster II : berfungsi untuk menghaluskan plasteran I dengan adukan semen dan air 4 : 10, tebal 0,50 cm bagian dalam, dan 0,50 cm bagian luar.
      2. Jadi tebal keseluruhan setelah plasteran I dan II menjadi 2,5 sampai 3 cm. Kemudian supaya licin seluruh permukaan diamplas.
  5. KEUNTUNGAN
    1. Tidak mudah pecah, karena kerangka dibuat dari kawat.
    2. Pemakaiannya cukup lama.
    3. Perawatan mudah.
    4. Dapat menyimpan air dalam jumlah besar.
  6. KERUGIAN
    Apabila plasteran tidak rata dan kerangka kawat masih kelihatan, maka dalam pemakaiannya kawat akan mudah karatan, sehingga air yang tersimpan akan tercemar dan mengganggu kesehatan.
  7. DAFTAR PUSTAKA
    1. Ferro Cement untuk Wadah Air. Bandung : Pusat Informasi Dokumentasi PTP-ITB, 1977.
  8. INFORMASI LEBIH LANJUT
    1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250 3052, 250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
    2. Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.

Alat Penampung dan Pengolah Air Hujan, Gentong Semen

GENTONG PENAMPUNGAN  (KAPASITAS 250 LITER)
  1. PENDAHULUAN
    Untuk daerah tropis seperti Indonesia, sebuah keluarga akan membutuhan puluhan liter air bersih per hari untuk minum, membasuh mulut, mencuci, dan memasak, dan kebutuhan yang lain. Dalam sebulan akan dibutuhkan beribu-ribu liter air bersih untuk keperluan lain seperti mandi, mencuci pakaian dan perabotan rumah tangga.
    Untuk daerah pedesaan yang kering di musim kemarau pada waktu hujan hanya sedikit dan persediaan air dalam tanah menurun, akan sulit sekali untuk mendapatkan air yang bersih. Pada musin kemarau sumur menjadi kering, aliran sungai besar berubah menjadi kecil dengan air yang keruh, mengakibatkan timbulnya penyakit yang menuntut banyak korban. Di samping itu pada musim kemarau banyak waktu dan tenaga terbuang untuk mengambil air bersih, karena sumber air biasanya terletak jauh dari tempat tinggal.
    Masalah kebutuhan air bersih dapat ditanggulangi dengan memanfaatkan sumber air dan air hujan. Menampung air hujan dari atap rumah adalah cara lain untuk memperoleh air. Cara yang cukup mudah ini kebanyakan masih diabaikan karena atap rumah yang terbuat dari daun rumbia atau alang-alang tidak memungkinkannya. Namun pada rumah yang beratap genteng atau seng bergelombang, hal ini dengan mudah dapat dilakukan dengan memasang talang air sepanjang sisi atap dan mengalirkan air hujan itu ke dalam tempat penyimpanan.
    Ada 7 cara penyimpanan air yang biasa digunakan atau dipakai di daerah pedesaan di Indonesia. Ke-7 cara tersebut yaitu :
    1. Gentong penampungan air cara cetakan (Kapasitas 250 liter)
    2. Drum air cara kerangka kawat (Kapasitas 300 liter)
    3. Bak penampungan air bambu semen (Kapasitas 2.500 liter)
    4. Bak penampungan air bambu semen (Kapasitas 10.000 liter)
    5. Instalasi air bersih pipa bambu metode tradisional
    6. Instalasi air bersih pipa bambu sistem pengaliran tertutup
    7. Bak penampungan sumber air/mata air
      Umumnya penyimpanan air yang digunakan adalah bak penampung yang dibuat dari drum, genteng dan bambu semen. Bahan ini digunakan karena : relatif murah, tahan lama, konstruksi kuat, mudah dibuat, bahan baku mudah didapat dan air yang ditampung tidak mudah tercemar.
  2. URAIAN SINGKAT
    Penyimpanan air memakai gentong cetakan ini sangat mudah dan sederhana, baik cara pembuatan maupun pemeliharaannya.
  3. BAHAN DAN PERALATAN
    1. Semen ¾ sak
    2. Pasir beton 10 ember kecil
    3. Plat besi tebal 2,5 meter panjang 3 meter
    4. Karung bekas 3 buah ukuran 125 x 112 cm
    5. Sekam padi 2 karung
    6. Jerami dan tali karung
    7. Sendok adukan besar dan kecil
    8. Ember kecil
    9. Plat besi
    10. Skop, pacul dan penyaring pasir
  4. PEMBUATAN
    1. Pembukaan dan penyatuan kembali karung-karung. Tiga karung bekas dibuka dari jahitannya, 2 karung disatukan dengan cara dijahit pada bagian kiri dan kanan, sedang bagian atas dan bawah dibiarkan terbuka, 1 karung dipergunakan untuk alas. Ukuran gentong air seperti Gambar 1.

      Gambar 1. Ukuran Gentong Air dari Ferrocement
    2. Pembuatan patron/model cetakan
      Patron/model dijahit menurut bentuknya seperti Gambar 2 dan 3.

      Gambar 2. Gambar Patron Model Gentong Air Dijahit dengan Tali Karung.
      Dipergunakan dua karung ukuran 125 x 112 cm yang sudah dijahit kembali, kemudian balikkan arah ke dalam

      Gambar 3. Bentuk Patron yang sudah Dibalik Jahitannya
    3. Pembuatan kerangka dasar dan kerangka leher.
      Lingkaran dari plat besi dengan garis tengah 58 cm dimasukkan pada patron/model dengan cara dijahit untuk membentuk kerangka dasar, sedang
      kerangka leher menggunakan lingkaran plat besi dengan garis tengah 35 cm (Gambar 4 dan 5).

      Gambar 4. Patron/model Sesudah Diberi Kerangka Dasar.

      Gambar 5. Patron/model Sudah Diberi Kerangka Dasar dan Kerangka Leher
    4. Pengisian sekam padi atau pasir
      Patron/model dengan kerangka dasar diletakkan pada karung bekas yang dipakai sebagai dasar. Kemudian diisi sekam padi/pasir sampai rata dan padat, sehingga berbentuk gentong, lihat Gambar 6 dan 7.

      Gambar 6. Kerangka Dasar dan Kerangka Leher

      Gambar 7. Patron dengan Kerangka Dasar dan Diisi Sekam Padi
    5. Penyiraman
      Sebelum penempelan/plasteran adonan semen (semen, pasir, air), patron yang sudah diisi sekam disiram dulu dengan larutan semen encer (perbandingan semen : air = 1 : 3), guna memudahkan penempelan adonan pada patron (Gambar 8).

      Gambar 8. Cetakan Gentong
    6. Plasteran
      Adukan semen dengan perbandingan = semen : pasir : air (2:6:5) diplasterkan pada patron secara lapis demi lapis. Plasteran yang agak tebal dihindarkan untuk mencegah perontokan. Pemplasteran dihentikan setelah mencapai tebal ± 2 cm. Setelah plesteran agak kering, bagian luar dioles dengan campuran air dan semen (10:4). Kemudian mulut gentong dibentuk sesuai dengan keinginan, lihat Gambar 9 dan 10.

      Gambar 9. Gentong Air

      Gambar 10. Mulut Gentong
    7. Pengambialn isian dan cetakan
      Setelah 4 atau 5 hari diperkirakan gentong agak kuat, dengan hati-hati gentong dimiringkan untuk mengeluarkan isian dan cetakan dari bagian bawah.
    8. Pembuatan dasar gentong
      Gentong diletakkan di atas karung sebagai dasar, kemudian dasar ditutup dengan adonan semen seperti pada plasteran sampai rata dengan tebal yang sama. Mengerjakannya melalui mulut gentong.
  5. PENGGUNAAN
    Pemakaian gentong untuk penampungan :
    Dibutuhkan 4 gentong. Pemakaiannya seperti pada Gambar 11 dan 12. Pipa dipasang pada dinding gentong dengan melubangi dinding pada waktu masih basah, atau menggunakan pahat dan palu jika dinding sudah terlanjur kering. Agar tidak bocor, sela-selanya dilem semen.

    Gambar 11. Pemakaian Gentong

    Gambar 12. Pemakaian Gentong
    1. Gentong 1
      Digunakan untuk menempatkan air kotor yang baru diambil dari sungai. Kran A dipasang pada dasar gentong untuk membersihkan endapan lumpur. Kran B diletakkan 100 mm di atas kran A, gunanya untuk mengatur aliran air yang masuk ke gentong 2. Gentong 1 diletakkan lebih tinggi dari gentong 2 agar diperoleh tekanan air yang cukup.
    2. Gentong 2
      Berfungsi sebagai saringan pertama yang mampu membersihkan 20 liter air per jam. Sebagai penyaring air paling kotor, gentong 2 harus dibersihkan tiap minggu dengan membuka kran C dan menutup kran B. Air dari gentong 2 ini sudah cukup bersih, meskipun belum cukup sehat. Jika yang dibutuhkan hanya air bersih (bukan sehat), air bisa diperoleh dari kran D.
    3. Gentong 3
      Berfungsi sebagai saringan terakhir. Dapat menyaring dan menyehatkan 20 liter air per jam. Gentong ini harus dibersihkan tiap 2-3 bulan dengan mengeruk lapisan atas pasir sedalam 2 cm.
    4. Gentong 4
      Adalah gentong penampungan air bersih dan sehat. Dari tempat ini bisa dibentuk sesuai dengan selera.
  6. KEUNTUNGAN
    Pembuatan patron/model mudah dan sederhana, karena karung yang digunakan bisa dibentuk sesuai dengan selera.
  7. KERUGIAN
    1. Pengerjaan plasteran agak rumit, karena bentuk patron/model bisa berubah dari bentuk asli gentong.
    2. Pemakaian harus hati-hati, karena mudah pecah
  8. DAFTAR PUSTAKA
    1. Ferro Cement untuk Wadah Air. Bandung : Pusat Informasi Dokumentasi PTP-ITB bekerjasama dengan BUTSI dan TOOl (T.H.E. Negeri Belanda).
    2. Gentong Penampungan Air. Tarik IV (40), 1985 : p. 9-14.
  9. INFORMASI LEBIH LANJUT
    1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250 3052, 250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
    2. Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.

Cara Menjernihkan Air dengan Arang Sekam

PENJERNIHAN AIR MENGGUNAKAN ARANG SEKAM PADI
  1. PENDAHULUAN
    Kebutuhan akan air bersih di daerah pedesaan dan pinggiran kota untuk air minum, memasak , mencuci dan sebagiannya harus diperhatikan. Cara penjernihan air perlu diketahui karena semakin banyak sumber air yang tercemar limbah rumah tangga maupun limbah industri.
    Cara penjernihan air baik secara alami maupun kimiawi akan diuraikan dalam bab ini. Cara-cara yang disajikan dapat digunakan di desa karena bahan dan alatnya mudah didapat. Bahan-bahannya anatara lain batu, pasir, kerikil, arang tempurung kelapa, arang sekam padi, tanah liat, ijuk, kaporit, kapur, tawas, biji kelor dan lain-lain.
  2. URAIAN SINGKAT
    Sekam padi banyak terdapat didaerah pedesaan, namun penggunaan sekam padi belum dimanfaatkan sepenuhnya. Uraian ini adalah salah satu cara memanfaatkan sekam padi untuk memperoleh air bersih yang merupakan kebutuhan dasar bagi masyarakat.
  3. BAHAN DAN PERALATAN
    1. Arang sekam padi
    2. Kayu bakar
    3. Sampah-sampah/tanah
    4. Pipa
    5. Kerikil
    6. Kawat ram
    7. Lumpur
    8. Drum diameter 40 cm dan tinggi 72 cm
  4. PEMBUATAN
    1. Dasar drum dibuat lubang-lubang kecil (diameter 2 mm) dan 4 lubang dengan diameter 3,5 mm. Pada dinding drum diberi 6 lubang berdiameter 3,5 mm. Jarak antara masing-masing lubang 10 cm. Bagian kiri dan kanan drum dipasangi pipa yang panjangnya 15 cm. Pada bagian dasar dari drum diberi kawat ram (lihat Gambar 1).

      Gambar 1. Alat Pembuatan Arang Sekam Padi
    2. Tungku pembakaran :
      Tungku pembakaran adalah tungku rumah tangga yang dimodifikasi untuk pengarangan kayu bakar. Lihat Gambar 2.

      Gambar 2. Tungku Pembakaran Sekam Padi
    3. Alat penjernihan air terdiri atas 2 bagian :
      1. Alat pengendapan yang terbuat dari drum.
      2. Alat penyaringan yang dibuat dari gentong. Pada dasar gentong diberi kerikil dan arang sekam padi setebal dari 10 sampai 20 cm di atasnya. Di atas arang sekam padi diberi ijuk.
    4. Pembuatan arang sekam padi :
      1. Secara tradisional arang sekam padi dibuat dalam suatu lubang yang berukuran : panjang 50 cm, tinggi 30 cm dan diameter 50 cm, dengan kapasitas 5 kg. Sekam dibakar di atas tungku singer. Sekam yang sudah terbakar ditutup tanah dan diatasnya diberi sampah. Pada salah satu sudut lubang diberi pipa udara.
      2. Cara lain dengan menggunakan drum sebagi tungku pembakaran. Temperatur pada waktu pengarangan 400°-600°C dan lama pengarangan 2,5 jam. Bahan bakar kayu yang digunakan 5 kg, untuk 5 kg sekam padi.

        Gambar 3. Alat Penjernihan Air
  5. PENGGUNAAN
    Proses penyaringan air:
    1. Tahap pertama pengendapan
    2. Tahap kedua penyaringan dengan arang sekam padi kira-kira 10 cm tebalnya. Proses penyaringan ini bekerja selama 6 jam/hari.
  6. KEUNTUNGAN
    1. Dapat memenuhi kebutuhan air bersih untuk keperluan keluarga
    2. Pengarangan sekam padi mudah dikerjakan oleh masyarakat pedesaan sendiri.
    3. Relatif murah
    4. Hasil penjernihan memenuhi syarat kesehatan.
    5. Sekam padi mudah diperileh di pedesaan.
  7. KERUGIAN
    Pembakaran harus sempurna, apabila pembakaran”tidak sempurna” (kekurangan oksigen) arang sekam padi dan abu akan bercampur.
  8. DAFTAR PUSTAKA
    Asril, Lutan. Penjernihan air menggunakan arang sekam padi skala keluarga untuk daerah pedesaan. Dalam kumpulan makalah : Lokakarya penelitian dan pengembangan teknologi tepat guna penyediaan air minum dan pembuangan kotoran di pedesaan, Cimacan : 2-4 Februari 1981. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan, 1981.
  9. INFORMASI LEBIH LANJUT
    1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250 3052, 250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
    2. Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.

Menjernihkan Air Dengan Batu Cadas

“JEMPENG” (SARINGAN BATU CADAS) DI BALI
  1. PENDAHULUAN
    Kebutuhan akan air bersih di daerah pedesaan dan pinggiran kota untuk air minum, memasak , mencuci dan sebagiannya harus diperhatikan. Cara penjernihan air perlu diketahui karena semakin banyak sumber air yang tercemar limbah rumah tangga maupun limbah industri.
    Cara penjernihan air baik secara alami maupun kimiawi akan diuraikan dalam bab ini. Cara-cara yang disajikan dapat digunakan di desa karena bahan dan alatnya mudah didapat. Bahan-bahannya anatara lain batu, pasir, kerikil, arang tempurung kelapa, arang sekam padi, tanah liat, ijuk, kaporit, kapur, tawas, biji kelor dan lain-lain.
  2. URAIAN SINGKAT
    Sumber air minum yang umum digunakan oleh masyarakat desa Kerobokan, Bali berasal dari sumur gali, dan dari saluran irigasi sawah yang disaring dengan Jempeng yaitu saringan air yang terbuat dari batu cadas. Alat penyaring air minum ini merupakan teknologi yang telah membudaya di masyarkata di desa tersebut. Cara ini dapat digunakan di daerah yang banyak terdapat batu cadas.
  3. BAHAN
    1. Batu cadas, tergolong ke dalam jenis tanah keras/padat seperti : batu gunung.
    2. Beton (koral, pasir dan semen)
    3. Kolam
  4. PERALATAN
    1. Alat penyaring air minum “Jempeng” untuk menyaring air kolam yang berasal dari saluran irigasi sawah.
    2. Jempeng bentuk U atau jempeng bentuk W atau jempeng setengah sgi enam.
  5. PEMBUATAN
    Jempeng yang umum dipakai oleh penduduk rata-rata ketebalan dindingnya berkisar 7 sampai 12 cm, tinggi 60 cm dan diameternya 40 cm diukur dari luar.

    Gambar 1. Bentuk dan ukuran jempeng
    Macam/jenis jempeng Bali :
    1. Jempeng bentuk U, jempeng ini keseluruhannya terbuat dari batu cadas. Bagian bawahnya berbentuk penyungkup setengah bola, badan saringan berbentuk silinder, sedang bagian atasnya terbuka, sehingga penampang vertikalnya berbentuk huruf U.
    2. Jempeng berbentuk huruf W, tidak seluruhnya terbuat dari batu cadas. Sisi bawah dan ketiga sisi samping, terbuat dari beton kedap air. Hanya satu buah sisinya yaitu sisi tengah terbuat dari lempengan batu cadas, seang bagian atasnya terbuka.
    3. Jempeng yang bagian bawahnya berbentuk setengah segi enam, seperti
      Gambar 1, keseluruhanya terbuat dari batu cadas.
      Badan jempengan berbentuk silinder dan bagian atasnya juga terbuka.
      ( 1 )
      ( 2 )
      ( 3 )
      Gambar 2. Model-model jempeng
  6. PENGGUNAAN
    Jempeng digunakan dengan cara diletakkan dalam aliran air supaya air meresap. Daya kerja saringan jempeng dalam penggunaannya untuk menyaring air minum dipengaruhi oleh beberapa faktor :
    1. Besar kecilnya diameter pori bahan saringan
    2. Derajat kekeruhan air
    3. Suhu air
    4. Derajat keasaman (ph) air
    5. Tekanan air pada dinding saringan, dan
    6. Tebal tipisnya dinding saringan
      Air yang dihasilkan untuk jempeng dengan ketebalan 13 cm adalah 3,8 1/jam
  7. KEUNTUNGAN
    1. Daya saring jempeng tidak berpengaruh terhadap kesadahan air kolam stelah disaring. Bahan baku jempeng (batu cadas) tidak mengandung unsur-unsur kimia yang dpaat mempengaruhi kesadahan air kolam sebelum dan sesudah disaring.
    2. Saringan tersebut telah lama digunakan oleh masyarakat desa Kerobokan, sehingga boleh dikatakan pemakaiannya telah membudidaya di kalangan
      masyarakat desa tersebut.
    3. Semakin tebal dinding jempeng, semakin kecil bakteri golongan coli setelah penyaringan.
  8. KERUGIAN
    1. Rata-rata debit air minum yang dihasilkan oleh jempeng dengan ketebalan dinding 13 cm, belum cukup untuk memenuhi kebutuhan air minum suatu keluarga yang beranggotakan 5 orang lebih.
    2. Belum dapat diketahui setelah berapa lama jempeng tersebut perlu dibersihkan dari lumut, ganggang/algae yang tumbuh pada permukaan jempeng.
  9. DAFTAR PUSTAKA
    Kusnoputranto, Haryoto et al. Daya kerja “Jempeng” sebagai saringan sederhana untuk me-nyaring air minum di desa Kerobokan, Kecamatan Kuta, Kab. Badung, Bali. Dalam Lokakarya Penelitian dan Pengembangan Teknologi Tepat Guna Penyediaan Air Minum dan Pembuangan/Pengolahan Kotoran di
    pedesaan. Cimacan, 2-4 Februari 1981. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan R.I., Jl. Percetakan negara
    I, Telp. 414-226, Jakarta.
  10. INFORMASI LEBIH LANJUT
    1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250 3052, 250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
    2. Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.

Cara Menjernihkan Air Gambut atau Rawa

PENGOLAHAN AIR GAMBUT UNTUK DAERAH RAWA PASANG SURUT
  1. PENDAHULUAN
    Kebutuhan akan air bersih di daerah pedesaan dan pinggiran kota untuk air minum, memasak , mencuci dan sebagiannya harus diperhatikan. Cara penjernihan air perlu diketahui karena semakin banyak sumber air yang tercemar limbah rumah tangga maupun limbah industri.
    Cara penjernihan air baik secara alami maupun kimiawi akan diuraikan dalam bab ini. Cara-cara yang disajikan dapat digunakan di desa karena bahan dan alatnya mudah didapat. Bahan-bahannya anatara lain batu, pasir, kerikil, arang tempurung kelapa, arang sekam padi, tanah liat, ijuk, kaporit, kapur, tawas, biji kelor dan lain-lain.
  2. URAIAN SINGKAT
    Pengolahan air gambut menjadi air sehat bisa digunakan di daerah rawa seperti di Kalimantan dan Sumatera yang mengandung gambut. Untuk itu diperlukan suatu cara pengolahan air gambut yang sederhana dan terjangkau oleh masyarakat di daerah tersebut. Caranya dengan menggunakan pasir sebagai saringan.
  3. BAHAN
    1. Air gambut (yang berwarna coklat, kandungan zat organik tinggi; pa rendah; kesadahan rendah)
    2. Zat pengumpul (tanah liat yang berwarna hitam dan berbau busuk)
    3. Pasir (diambil 03-1,2 mm)
  4. PEMBUATAN
    Proses pengolahannya terdiri dari dua tahap, yaitu:
    1. Dalam drum, air gambut dicampur dengan lempung. Setelah diaduk terjadi proses penggumpulan, penyampuran, penyerapan dan pengendapan.
    2. Proses penyaringan (filtrasi)
      Dalam tabung penyaring, air yang mengalir dari drum mengalami proses filtrasi (fisik dan kimia) sehingga menghasilkan air bersih yang memenuhi persyaratan Departemen Kesehatan RI.
  5. PENGGUNAAN
    Petunjuk Operasi
    Gambar 1.Diagram Proses
    1. Air gambut dimasukkan ke dalam drum/tong kira-kira sebanyak 200 liter semua kran dalam keadaan tertutup.
    2. Siapkan tanah lempung kira-kira sebanyak 40 sendok makan (1/2 kg), kemudian larutkan dalam ember kecil dengan air kira-kira 2 lt.
    3. Masukkan larutan dalam ember tadi ke dalam drum melalui ayakan, kemudian aduk dengan jalan memutar batang pengaduk selama 5-10 menit.
    4. Biarkan air dalam drum selama 45-60 menit agar kotoran mengendap.
    5. Kran 1 dan 3 dibuka untuk mendapatkan air bersih.
      Catatan : Media penyaring harus dalam keadaan terendam air, baik ketika operasi maupun tidak beroperasi.
  6. PEMELIHARAAN
    1. Pembersihan Drum
      Setiap kali setelah dipakai, drum harus dibersihkan dengan cara :
      1. Kran 1 dan 2 ditutup
      2. Kran 4 (penguras) dibuka, kemudian dibilas dengan air sampai bersih.
    2. Pembersihan Saringan (Filter)
      Pembersihan saringan dilakukan paling lama seminggu sekali, atau kalau air yang keluar dari kran 3 sudah mulai keruh/berwarna dengan cara sebagai
      berikut :
      1. Tutup kran 1,3 dan 4 kemudian buka kran 2 (penguras)
      2. Tuangkan air bersih ke dalam tabung filter perlahan-lahan, sampai air yang keluar dari kran 2 bersih kembali.
  7. KEUNTUNGAN
    1. Teknologi yang sederhana, diwujudkan dalam bentuk instalasi pengolahan air gambut yang murah, mudah dikelola dan dirawat.
    2. Pembuatan instalasi ini masih dapat disederhanakan lagi dengan memanfaatkan bahan-bahan setempat serta dapat dikerjakan sendiri, sehingga biaya pembuatan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak.

  8. DAFTAR PUSTAKA
    Pengolahan air gambut individual untuk daerah rawa pasang surut (bergambut). Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Pekerjaan Umum, 1986. Jl. Pattimura No. 20, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
  9. INFORMASI LEBIH LANJUT
    1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250 3052, 250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
    2. Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.