Membuat Instalasi Air Sederhana

  1. PENDAHULUAN
    Untuk daerah tropis seperti Indonesia, sebuah keluarga akan membutuhan puluhan liter air bersih per hari untuk minum, membasuh mulut, mencuci, dan memasak, dan kebutuhan yang lain. Dalam sebulan akan dibutuhkan beribu-ribu liter air bersih untuk keperluan lain seperti mandi, mencuci pakaian dan
    perabotan rumah tangga.
    Untuk daerah pedesaan yang kering di musim kemarau pada waktu hujan hanya sedikit dan persediaan air dalam tanah menurun, akan sulit sekali untuk mendapatkan air yang bersih. Pada musin kemarau sumur menjadi kering, aliran sungai besar berubah menjadi kecil dengan air yang keruh, mengakibatkan timbulnya penyakit yang menuntut banyak korban. Di samping itu pada musim kemarau banyak waktu dan tenaga terbuang untuk mengambil air bersih, karena sumber air biasanya terletak jauh dari tempat tinggal.
    Masalah kebutuhan air bersih dapat ditanggulangi dengan memanfaatkan sumber air dan air hujan. Menampung air hujan dari atap rumah adalah cara lain untuk memperoleh air. Cara yang cukup mudah ini kebanyakan masih diabaikan karena atap rumah yang terbuat dari daun rumbia atau alang-alang tidak memungkinkannya. Namun pada rumah yang beratap genteng atau seng bergelombang, hal ini dengan mudah dapat dilakukan dengan memasang talang air sepanjang sisi atap dan mengalirkan air hujan itu ke dalam tempat penyimpanan.
    Ada 7 cara penyimpanan air yang biasa digunakan atau dipakai di daerah pedesaan di Indonesia. Ke-7 cara tersebut yaitu :
    1. Gentong penampungan air cara cetakan (Kapasitas 250 liter)
    2. Drum air cara kerangka kawat (Kapasitas 300 liter)
    3. Bak penampungan air bambu semen (Kapasitas 2.500 liter)
    4. Bak penampungan air bambu semen (Kapasitas 10.000 liter)
    5. Instalasi air bersih pipa bambu metode tradisional
    6. Instalasi air bersih pipa bambu sistem pengaliran tertutup
    7. Bak penampungan sumber air/mata air
      Umumnya penyimpanan air yang digunakan adalah bak penampung yang dibuat dari drum, genteng dan bambu semen. Bahan ini digunakan karena : relatif murah, tahan lama, konstruksi kuat, mudah dibuat, bahan baku mudah didapat dan air yang ditampung tidak mudah tercemar.
  2. URAIAN SINGKAT
    Pipa bambu dapat digunakan untuk menyalurkan air di daerah pedesaan. Pipa bambu dapat digunakan sebagai pengganti pipa jenis lain yang sulit diperoleh
    di pedesaan.
  3. BAHAN DAN PERALATAN
    1. Bambu
    2. Pahat
    3. Palu
  4. PEMBUATAN
    1. Hilangkan sekat pada ruas bambu, dengan pemotongan bentuk huruf V
    2. Kemudian sekat dihilangkan dengan pahat
    3. Penyampungan pipa dilakukan dengan menumpangkan ujung pipa bagian hilir.
    4. Ujung-ujung tersebut dipotong miring agar mudah menumpangkannya (Gambar 1).

      Gambar 1. Pemasangan Pipa Bambu
  5. PENGGUNAAN
    Cara ini digunakan untuk penyambungan yang tidak seberapa jauh jaraknya yaitu jarak antara sumber air ke pemukiman. (Gambar 2 dan 3).

    Gambar 2. Penyaluran Air Bersih

    Gambar 3. Penyaluran Air untuk Konsumen
  6. PEMELIHARAAN
    Harus diperhatikan lubang pada pipa penyambungan, karena mudah mengalami kebocoran.
  7. KEUNTUNGAN
    1. Tekanan dalam pipa sama dengan di luar pipa.
    2. Bahan mudah didapat
    3. Pengerjaannya sangat mudah
  8. KERUGIAN
    1. Tidak dapat dipendam dalam tanah
    2. Hanya dapat dipasang di lembah dengan mengikuti bentuk permukaan tanah
    3. Air mudah dicuri di tengah jalan
    4. Air mudah tercemar udara sekitar
    5. Pipa mudah lapuk karena kena sinar matahari dan hujan
    6. Banyaknya air yang tumpah dari lubang-lubang pipa yang disebabkan oleh kemiringan pipa yang berubah.
    7. Pipa mudah pecah
  9. DAFTAR PUSTAKA
    1. Partono. Teknologi tepat guna dengan bahan dasar bambu. TEKNA 1 (2) September 1988, p. 7-10.
    2. Penyediaan dan pengelolaan air bersih dari sumber mata air. Warta air dan sanitasi, 2, 1989, p. 6-9.
  10. INFORMASI LEBIH LANJUT
    1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250 3052, 250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
    2. Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.

Penyimpan Air Sederhana, BAK PENAMPUNGAN AIR BAMBU SEMEN

BAK PENAMPUNGAN AIR BAMBU SEMEN (KAPASITAS 2.500 LITER)
  1. PENDAHULUAN
    Untuk daerah tropis seperti Indonesia, sebuah keluarga akan membutuhan puluhan liter air bersih per hari untuk minum, membasuh mulut, mencuci, dan memasak, dan kebutuhan yang lain. Dalam sebulan akan dibutuhkan beribu-ribu liter air bersih untuk keperluan lain seperti mandi, mencuci pakaian dan
    perabotan rumah tangga.
    Untuk daerah pedesaan yang kering di musim kemarau pada waktu hujan hanya sedikit dan persediaan air dalam tanah menurun, akan sulit sekali untuk mendapatkan air yang bersih. Pada musin kemarau sumur menjadi kering, aliran sungai besar berubah menjadi kecil dengan air yang keruh, mengakibatkan timbulnya penyakit yang menuntut banyak korban. Di samping itu pada musim kemarau banyak waktu dan tenaga terbuang untuk mengambil air bersih, karena sumber air biasanya terletak jauh dari tempat tinggal.
    Masalah kebutuhan air bersih dapat ditanggulangi dengan memanfaatkan sumber air dan air hujan. Menampung air hujan dari atap rumah adalah cara lain untuk memperoleh air. Cara yang cukup mudah ini kebanyakan masih diabaikan karena atap rumah yang terbuat dari daun rumbia atau alang-alang tidak memungkinkannya. Namun pada rumah yang beratap genteng atau seng bergelombang, hal ini dengan mudah dapat dilakukan dengan memasang talang air sepanjang sisi atap dan mengalirkan air hujan itu ke dalam tempat penyimpanan.
    Ada 7 cara penyimpanan air yang biasa digunakan atau dipakai di daerah pedesaan di Indonesia. Ke-7 cara tersebut yaitu :
    1. Gentong penampungan air cara cetakan (Kapasitas 250 liter)
    2. Drum air cara kerangka kawat (Kapasitas 300 liter)
    3. Bak penampungan air bambu semen (Kapasitas 2.500 liter)
    4. Bak penampungan air bambu semen (Kapasitas 10.000 liter)
    5. Instalasi air bersih pipa bambu metode tradisional
    6. Instalasi air bersih pipa bambu sistem pengaliran tertutup
    7. Bak penampungan sumber air/mata air
      Umumnya penyimpanan air yang digunakan adalah bak penampung yang dibuat dari drum, genteng dan bambu semen. Bahan ini digunakan karena : relatif murah, tahan lama, konstruksi kuat, mudah dibuat, bahan baku mudah didapat dan air yang ditampung tidak mudah tercemar.
  2. URAIAN SINGKAT
    Bambu selain dipakai untuk bahan bangunan dapat juga dipakai sebagai bak penampung air dengan istilah Bambu Semen. Konstruksi tulangnya dibuat dari bambu serta dilapisi oleh adukan mortar semen dan pasir.
  3. BAHAN DAN PERALATAN
    1. 9 (sembilan) sak semen.
    2. 1m 3 pasir.
    3. 0,2 m 3 kerikil.
    4. 12 (duabelas) batang bambu.
    5. 1 (satu) buah stop kran.
    6. 1 (satu) buah Elbog.
    7. 1 (satu) buah Pipa pengambilan.
    8. 1 (satu) buah Pipa pengurasan.
    9. 1 (satu) buah Pipa peluap.
    10. 1 (satu) buah Botol plastik.
    11. Pipa pengukur, lot, kerekan, snar.
    12. Saringan kasa nyamuk 100 cm 2.
    13. Ijuk penyaring ½ kg.
    14. Gedeg (anyaman bambu).
    15. Papan.
    16. Ember.
    17. Tali.
    18. Sarung tangan.
  4. PEMBUATAN
    1. Kerangka
      Sebelum mulai dengan pemasangan kerangka tulangan, potongan bambu dibelah menjadi bagian-bagian selebar 1-1,5 cm dan dibuat anyaman berlubang mata jala 3,5 – 4 cm.
      Pembuatan kerangka dibedakan atas 3 bagian :
      1. Tulangan dinding :
        • tulangan tegak
        • tulangan mendatar
      2. Tulangan dasar :
        • tulangan membujur
        • tulangan melintang
      3. Tulangan tutup :
        Sama dengan tulangan dasar ukuran dari masing-masing tulangan seperti terlihat pada Gambar 1, 2, 3, dan 4.

        Gambar 1. Rangka Anyaman Tangki Bambu Semen Kapasitas 2.500 liter

        Gambar 2. Rangka Pondasi Anyaman Bambu Kapasitas 2.500 liter

        Gambar 3. Rangka tutup tangki bambu semen kapasitas 2.500 dan 10.000 liter

        Gambar 4. Potongan Tangki Bambu Semen Kapasitas 2.500 liter
    2. Perakitan
      Untuk membuat kerangka dengan bentuk silindris yang bagus, buat dulu garisan berbentuk lingkaran di tanah. Kemudian letakkan kerangka dasar di atas lingkaran tadi. Kerangka dinding ditumpangkan di atas kerangka dasar dengan membentuk lingkaran seperti yang terlihat pada Gambar 5.

      Gambar 5. Perakitan Kerangka Silindris
    3. Plasteran
      1. Sebelum plasteran dimulai, buat pondasi dengan ukuran seperti Gambar 6 dan 7.

        Gambar 6. Pondasi tangki bambu semen kapasitas 2.500 Liter

        Gambar 7. Plesteran Pondasi
      2. Kerangka yang sudah jadi diselimuti dengan anyaman bambu (gedeg) sebelah luarnya diberi penguat dengan beberapa bilah papan (Gambar
        8).

        Gambar 8. Kerangka Anyaman Bambu
      3. Kerangka yang terbungkus rapi diletakkan di atas plasteran dasar tangki (Gambar 9). Kemudian plesteran pertama dilakukan dari sebelah dalam kerangka setelah ditunggu selama 2 jam supaya agak kerinng, barulah bungkus gedeg dibuka dibiarkan terbuka selama 1 jam, baru pekerjaan plaster dinding bagian luar bisa dimulai (Gambar 10 dan 11).

        Gambar 9. Kerangka di atas Plesteran

        Gambar 10. Plesteran Dinding Luar

        Gambar 11. Plesteran Dinding Luar
  5. PENGGUNAAN
    Pengambilan air dilakukan melalui kran.
  6. PEMELIHARAAN
    1. Talang harus selalu bersih dari sampah dan kotoran tikus atau burung, tidak bocor, serta berfungsi baik untuk mengalirkan air ke bak penampungan air hujan.
    2. Bersihkan saringan atau lobang tempat masuk air dari sampah atau kotoran.
    3. Periksalah keadaan dinding dan pondasi bak, apakah terdapat kebocoran yang dapat menyebabkan air merembes ke luar. Amati apakah terdapat jentik nyamuk di dalam bak. Jika ada jentik nyamuk, bak dikuras (upayakan pengurasan pada musim hujan) dan tutup lobang tempat masuknya nyamuk.
    4. Pada dasar bak harus ada air yang tertinggal, agar bak tidak pecah atau retak.
    5. Saluran pembuangan air limbah berfungsi baik, tidak terdapat genangan air yang dapat menjadi sarang nyamuk.
  7. PERBAIKAN
    1. Perbaiki segera dinding lantai yang retak atau bocor dengan campuran semen dan pasir 1:2. Selama perbaikan usahakan agar dinding bak tetap dalam keadaan basah dengan memercikkan air pada dinding agar bak tidak retak atau pecah.
    2. Ganti pipa atau kran yang rusak atau bocor.
    3. Ganti atau tambal talang air yang rusak atau bocor.
    4. Buatkan saluran baru atau perbaiki saluran lama, jika saluran pembuangan air limbah tidak berfungsi dengan baik.
  8. KEUNTUNGAN
    1. Persediaan air dapat dimanfaatkan dalam waktu yang cukup lama.
    2. Pemeliharaan mudah.
    3. Bisa dimanfaatkan untuk beberapa keluarga.
  9. DAFTAR PUSTAKA
    1. Rolloos, Hans. Tangki air hujan bambu semen. Bandung : Institut Teknologi Bandung.
    2. Bak penampungan air bambu semen. Yogyakarta : Yayasan Dian Desa.
  10. INFORMASI LEBIH LANJUT
    1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250 3052, 250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
    2. Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.

Membuat Penampungan Air, Drum kerangka kawat

PENGELOLAAN AIR DAN SANITASI
 
DRUM AIR CARA KERANGKA KAWAT (KAPASITAS 300 LITER)
  1. PENDAHULUAN
    Untuk daerah tropis seperti Indonesia, sebuah keluarga akan membutuhan puluhan liter air bersih per hari untuk minum, membasuh mulut, mencuci, dan memasak, dan kebutuhan yang lain. Dalam sebulan akan dibutuhkan beribu-ribu liter air bersih untuk keperluan lain seperti mandi, mencuci pakaian dan
    perabotan rumah tangga.
    Untuk daerah pedesaan yang kering di musim kemarau pada waktu hujan hanya sedikit dan persediaan air dalam tanah menurun, akan sulit sekali untuk mendapatkan air yang bersih. Pada musin kemarau sumur menjadi kering, aliran sungai besar berubah menjadi kecil dengan air yang keruh, mengakibatkan timbulnya penyakit yang menuntut banyak korban. Di samping itu pada musim kemarau banyak waktu dan tenaga terbuang untuk mengambil air bersih, karena sumber air biasanya terletak jauh dari tempat tinggal.
    Masalah kebutuhan air bersih dapat ditanggulangi dengan memanfaatkan sumber air dan air hujan. Menampung air hujan dari atap rumah adalah cara lain untuk memperoleh air. Cara yang cukup mudah ini kebanyakan masih diabaikan karena atap rumah yang terbuat dari daun rumbia atau alang-alang tidak memungkinkannya. Namun pada rumah yang beratap genteng atau seng bergelombang, hal ini dengan mudah dapat dilakukan dengan memasang talang air sepanjang sisi atap dan mengalirkan air hujan itu ke dalam tempat penyimpanan.
    Ada 7 cara penyimpanan air yang biasa digunakan atau dipakai di daerah pedesaan di Indonesia. Ke-7 cara tersebut yaitu :
    1. Gentong penampungan air cara cetakan (Kapasitas 250 liter)
    2. Drum air cara kerangka kawat (Kapasitas 300 liter)
    3. Bak penampungan air bambu semen (Kapasitas 2.500 liter)
    4. Bak penampungan air bambu semen (Kapasitas 10.000 liter)
    5. Instalasi air bersih pipa bambu metode tradisional
    6. Instalasi air bersih pipa bambu sistem pengaliran tertutup
    7. Bak penampungan sumber air/mata air
      Umumnya penyimpanan air yang digunakan adalah bak penampung yang dibuat dari drum, genteng dan bambu semen. Bahan ini digunakan karena : relatif murah, tahan lama, konstruksi kuat, mudah dibuat, bahan baku mudah didapat dan air yang ditampung tidak mudah tercemar.
  2. URAIAN SINGKAT
    Drum kerangka kawat yaitu drum yang dibuat dengan cara memberi kerangka kawat sebagai penguat atau pemberi bentuk pola dasar. Kerangka tersebut ditutup dengan adonan semen, pasir beton dan air.
  3. BAHAN DAN PERALATAN
    1. Semen.
    2. Pasir beton 10 ember kecil.
    3. Kawat beton 60 meter.
    4. Kawat ayam ukuran lebar 1 meter sepanjang 5 meter.
    5. Kran air dan pipa ukuran ¾ inci.
    6. Tali kawat 1 kg.
    7. Sendok adukan besar.
    8. Sendok adukan kecil.
    9. Tang dan palu.
    10. Skop, pacul dan penyaringan pasir.
  4. PEMBUATAN
    1. Pemotongan kawat beton
      1. Ukuran tinggi drum diperlukan 21 potong kawat beton dengan panjang 1,02 meter. Bagian ujung atas dilekukan sepanjang 2 cm dan bagian ujung bawah sepanjang 5 cm.
      2. Badan drum dibuat dari 10 potong kawat berukuran 2-5 cm, dibentuk menjadi 10 lingkaran masing-masing berdiameter 65 cm.
      3. Dasar drum dibuat dari 5 potong kawat dengan ukuran 205 cm, 172,90 cm, 141,50 cm; 110 cm dan 78,70 cm dan dibentuk lingkaran masing-masing berdiameter 65,55; 45,35 dan 25 cm. Dengan bantuan penguat 2 potong kawat yang dipasang silang masing-masing panjang 65 cm untuk dasar drum. Gambar 1,2, dan 3.

        Gambar 1. Ukuran Drum Air dari Ferrocement

        Gambar 2. Ukuran Drum

        Gambar 3. Diameter Drum
    2. Pembuatan kerangka
      Potongan-potongan kawat tersebut di atas dibentuk dengan menggunakan tali kawat. Jarak antara satu dengan lainnya 10 cm (10 x 10 cm). (Gambar
      4).

      Gambar 4. Pembuatan Kerangka
    3. Pemasangan kawat
      Potongan kawat ayam dipasang dibagian dalam dan luar drum masing-masing berukuran 2,05 x 1 meter. Tali kawat dipakai untuk mengikat pada bagian-bagian yang diperlukan, untuk membuat ketebalan kerangka rata-rata 1,5-2 cm (Gambar 5 dan 6).

      Gambar 5. Pemasangan Kawat

      Gambar 6. Ketebalan Kerangka
    4. Pemasangan kran air dan pipa pembersih
      Kran dipasang 15 cm di atas dasar drum. Pada dasar drum dipasang pipa pembersih tepat di bawah kran air. Lihat Gambar 7.

      Gambar 7. Pemasangan Kran
    5. Plasteran/Pengacian
      1. Plasteran dilakukan 2 kali
        Plaster I : dilakukan di antara 2 kawat ayam dengan adukan semen, pasir dan air : 2:6:5 tebal kurang lebih 2 cm.
        Plaster II : berfungsi untuk menghaluskan plasteran I dengan adukan semen dan air 4 : 10, tebal 0,50 cm bagian dalam, dan 0,50 cm bagian luar.
      2. Jadi tebal keseluruhan setelah plasteran I dan II menjadi 2,5 sampai 3 cm. Kemudian supaya licin seluruh permukaan diamplas.
  5. KEUNTUNGAN
    1. Tidak mudah pecah, karena kerangka dibuat dari kawat.
    2. Pemakaiannya cukup lama.
    3. Perawatan mudah.
    4. Dapat menyimpan air dalam jumlah besar.
  6. KERUGIAN
    Apabila plasteran tidak rata dan kerangka kawat masih kelihatan, maka dalam pemakaiannya kawat akan mudah karatan, sehingga air yang tersimpan akan tercemar dan mengganggu kesehatan.
  7. DAFTAR PUSTAKA
    1. Ferro Cement untuk Wadah Air. Bandung : Pusat Informasi Dokumentasi PTP-ITB, 1977.
  8. INFORMASI LEBIH LANJUT
    1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250 3052, 250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
    2. Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.